Sabtu, 23 April 2011

Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin, Putrajaya, Malaysia

Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin Putra Jaya.

Putrajaya adalah kota mandiri baru yang dibangun oleh pemerintah Malaysia sebagai kawasan pusat pemerintahan federal Malaysia yang baru, menggantikan pusat pemerintahan yang selama ini berada di pusat kota Kuala Lumpur. Kebijakan itu menjadikan Malaysia sebagai salah satu dari sedikit negara yang mencatakan diri dalam sejarahnya sebagai negara yang memindahkan pusat pemerintahannya.

Sebelum Malaysia sudah ada beberapa negara yang memindahkan Ibukota pemerintahan negaranya karena berbagai alasan, mulai dari Amerika Serikat yang memindahkan Ibukota pemerintahannya dari New York ke Washington DC, Rio Jeneiro ke Brazilia di Brazil, Kyoto ke Tokyo di Jepang, Bonn ke Berlin di Jerman, Kandahar ke Kabul di Afganistan. Dan beberapa negara lain nya.

Masjid Tuanku Mizan dimalam hari.

Ketika memindahkan ibukota pemerintahan dari Pusat kota Kuala Lumpur ke Kota baru Putrajaya, selain membangun gedung gedung pemerintahan, pemerintah Malaysia juga membangun dua masjid megah di kawasan kota baru tersebut. Dua masjid yang hanya terpisah lebih kurang dua kilometer dalam kawasan yang sama. Yakni Masjid Putera dan Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin atau yang biasa dikenal sebagai Masjid Besi.

Terbiasa disebut Masjid Besi, karena sebagian besar material yang dipakai untuk pembangunan Masjid Tuanku Mizan ini menggunakan besi dari berbagai jenis dan aplikasi, mulai dari material untuk konstruksi hingga material yang dipakai untuk ornamen guna memperindah interior dan eskterior bangunan masjid ini menggunakan besi sebagai material utama.

Lokasi Masjid Besi, Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin.

Masjid Besi atau Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin berada di Presint 3, Putrajaya, Malaysia. Letaknya yang berada ditepian danau buatan yang sengaja dibangun mengitari kawasan Putrajaya, menghadirkan keindahan tersendiri bila dilihat dari seberang atau dari kawasan danau. Refleksi bangunan masjid pada siang hari ataupun refleksi lampu lampu masjid pada malam hari yang terpantul di permukaan danau menghadirkan keindahan tersendiri. Dan dari kejauhan masjid ini seolah olah terapung di atas air danau.


Sejarah Pembangunan Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin

Masjid besi muali dibangun sejak bulan April 2004 dan selesai keseluruhannya pada bulan Agustus 2009. Pembukaan Masjid besi dilakukan pada hari Jumaat, malam Awal Ramadan 1430H. Masjid dibangun untuk mampu menampung sekitar 24,000 jemaah sekaligus yang terdiri dari warga dan pegawai pemerintah disputar kawasan Presint 2, 3, 4 dan 18. Luas Masjid besi ini lebih kurang dua kali lipat bila dibandingkan dengan Masjid Putra, yang terletak kira-kira 2.2 km ke utara, dan masjid besi atau Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin sudah menjadi salah satu penanda baru bagi kota baru Putrajaya.

Arsitektural Masjid Masjid Besi, Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin, Putrajaya

 

Keseluruhan pembangunan masjid ini memakan waktu selama 5 tahun 4 bulan dan dibangun seluas 73795 meter persegi, menghabiskan biaya RM 208 Juta Ringgit Malaysia atau setara dengan kira kira US$ 55 juta dolar Amerika. Rancang bangun nya dibuat oleh Kumpulan Senireka Sdn. Bhd, kontraktor Ahmad Zaki Resources Bhd. Kontraktor pelaksana pembangunan nya ditangani oleh Perbadanan Putrajaya. Perusahaan negara milik pemerintah Malaysia.

Masjid besi ini dirancang berdasarkan 3 konsep yaitu : angin, sederhana dan berkerawang. Kira-kira 6,000 ton besi baja dihabiskan untuk pembangunan masjid ini, itu setara dengan 75% dari total keseluruhan material yang dipakai untuk membangun masjid ini, sisanya baru menggunakan beton. Wajar bila kemudian masyarakat setempat terlanjur menyebutnya dengan Masjid Besi.

Interior Masjid Tuanku Mizan semua terlihat bewarna perak dengan cahaya alami disiang hari.

 

Dengan tiga konsep itu menghasilkan bangunan masjid yang cukup istimewa. Dinding yang berkerawang (Telus, dalam bahasa melayu) menghasilkan ruang masjid yang sejuk tanpa perlu menggunakan penyejuk udara ataupun kipas angin. Tapi menggunakan teknologi GDC (Gas District cooling). Masjid ini juga menggunakan wire mesh (anyaman serat baja) khusus untuk arsitektural-nya. Wire mesh tersebut semuanya di inport dari Jerman dan Cina. 

Jenis wire mesh yang sama yang dipakai untuk stadion Stadium BernabĂ©u di Madrid dan perpustakaan Bibliothèque nationale de France di kota Paris, Perancis. Pintu gerbang masuk juga menggunakan GRC untuk memberikan satu kesatuan struktur dengan kaca buram yang dipakai untuk menghasilkan kesan warna putih saat masjid dipandang dai kejauhan.

Rencana induk pembangunan masjid ini memasukkan pembangunan koridor yang akan menghubungkan Putrajaya langsung menuju masjid koridor yang disebut Kiblat Walk seluas 13,639 m². Koridor ini dihiasi dengan kolam air seolah-olah berada di kawasan kota istana purba Alhambra. Hiasan dalamannya dilatari ukiran Asma Ul Husna menggunakan tulisan kaligrafi dari jenis kaligrafi yang disebut Khat Thuluth. Pintu utama menuju ke ruang solat utama terukir ayat suci al-Quran dari Surah Al-Israa’ ayat ke-80.

Seolah terapung diatas danau, cahaya lampu yang membuatnya seolah bewarna emas.

Dinding mihrab masjid ini dibuat dari panel kaca setinggi 13 meter yang juga di import dai Jerman yang terukit 2 barus ayat Surah Al-Baqarah pada bahagian kanan dan Surah Ibrahim di sebelah kiri. Uniknya, dinding mihrab ini tidak memantulkan bayangan dari pancaran cahaya atau lampu menjadikan ukiran kaligrafi ayat suci yang berwarna keemasan itu kelihatan jelas dan seolah-olah terapung di udara. Bagian tepi atap menjulur keluar masjid sepanjang 40 kaki mampu melindungi jemaah yang sholat di luar ruang solat utama dari tempias hujan.

Fasilitas Masjid Besi, Tuanku Mizan Zainal Abidin

Masjid besi, Tuanku Mizan Zainal Abidin terdiri dari lima lantai utama yang menyediakan berbagai fasilitas bagi jamaah masjid dan pengunjung. Lantai 1 (C2) terdiri dari 10 unit ruang dan jalan utama untuk memasuki masjid, 2 dari ruang tersebut akan dijadikan perpustakaan untuk anak anak, terdapat juga ruang serbaguna berkapasitas 250 orang. Di bagian depan lantai satu ini tersedia lahan parkir yang mampu menampung 281 kendaraan roda empat dan 79 sepeda motor. Sementara ruang pengurusan jenazah dan ruang pengurus masjid berada di samping area parkir ini.

Lantai bawah masjid (C1) merupakan area parkir untuk 180 kendaraan roda empat, kamar mandi, tempat wudhu pria dan wanita. Tak tanggung tanggung, demi kenyamanan jamaah lantai ini dilengkapi dengan eskalator yang menghubungkan semua lantai dari C1 hingga ke L2.

Rancangan kotabaru Putrajaya memang memikat, memadukan gedung gedung modern dengan bangunan masjid dalam satu kawasan terpadu.

Lantai berikutnya (L1) tempat dimana ruang sholat utama berada dengan kapasitas mencapai 12 ribu jamaah sekaligus. Di bagian kiri dan kanan ruang ini juga terdapat ruang terbuka untuk menampung jemaah yang tidak tertampung di dalam ruang sholat utama dan mampu menampung hingga 6000 jamaah. Kiblat walk yang tadi disebutkan di awal tulisan terhubung langsung ke lantai ini.

Di lantai L2 merupakan ruang sholat teras yang dibagi dua bagian. Sebagian untuk jemaah pria dan sebagian lagi untuk jemaah wanita di sebelah kiri. Teras ini berkapasitas 5000 jemaah sekaligus. Sedangkan di lantai L3 merupakan lantai khusus untuk kru media masa baik televisi maupun radio untuk memudahkan segala kegiatan liputan oleh media di masjid ini.

Selain fasiltas fasilitas tersebut, Masjid Besi Tuanku Mizan Zainal Abidin juga dilengkapi dengan lift, foyer, koridor, tangga, eskalator, penghitung pengunjung, dapur, ruang utility, ruang audio visual, ruang marbot, ruang VIP dan VVIP, pengurus masjid (DKM) dan area parkir beratap. Yang kesemuanya itu ditujukan bagi kenyamanan jamaah dan pengunjung salah satu dari dua masjid di pusat pemerintahan Federal Malaysia ini.

Besi yang dipakai sebagai bahan utama masjid ini berpendar memantulkan cahaya dimalam hari.

Pengelolaan Masjid Besi, Tuanku Mizan Zainal Abidin

Masjid Besi, Tuanku Mizan Zainal Arifin ini dikelolal oleh Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM). Sebagaimana masjid yang dibangun di kawasan pusat pemerintahan, jemaah masjid ini pun pada umumnya adalah para pegawai pemerintah baik pemerintah Malaysia maupun pegawai kantor kantor perwakilan negara sahabat yang ada di Putrajaya yang terdiri dari para duta besar beserta staffnya, dan dengan sendirinya menjadikan Masjid Besi ini menjadi salah satu masjid dengan jemaah antar bangsa di Malaysia.

Dalam daftar kegiatan masjid besi ini yang dilansir di situs Jakim, terdapat nama KH. Abdullah Gymnastiar atau biasa kita kenal dengan nama Aa’ Gym dari pesantren Daarut Tauhid Bandung, sebagai salah satu dai yang di undang untuk memberikan tauziah di Masjid antar bangsa ini pada 25 Maret 2011 lalu.***

Rabu, 20 April 2011

Masjid Negara, Masjid Nasional Malaysia di Kuala Lumpur

Masjid Negara, masjid nasional Malaysia.

Sesuai dengan namanya, Masjid Negara merupakan Masjid Nasional Malaysia yang berada di Ibukota Negara, Kuala Lumpur. Masjid Negara mampu menampung 15 ribu jamaah sekaligus, menjadikannya sebagai masjid terbesar di Malaysia pada saat selesai dibangun, sampai kemudian Masjid Biru di Shah Alam berdiri. Tak hanya luas, besar, dan megah, tapi juga dikelilingi oleh taman yang ditata begitu apik dan indah. Masjid Negara merupakan lambang keagungan Islam, sebagai agama resmi di Malaysia.

Masjid Negara dirancang oleh tiga arsitek, masing masing adalah Howard Ashley dari departemen pekerjaan umum Inggris dan dua Arsitek pribumi, Hisham Albakri dan Baharuddin Kassim. Dibangun tahun 1965 dilokasi Gereja Venning Road Brethren Gospel Hall yang sudah berdiri disana sejak tahun 1922 kemudian diambil alih oleh pemerintah Malaysia untuk membangun Masjid Negara. Bangunan masjid negara Malaysia dibangun sebagai masjid moderen dan megah dengan struktur beton bertulang serta menyimbolkan aspirasi bangsa Malaysia yang ketika itu baru saja memperoleh kemerdekaan dari Inggris.

Alamat dan Lokasi Masjid Negara

Jalan Perdana, 50480
Kuala Lumpur, Malaysia



Masjid Negara berada di kawasan strategis di Pusat kota Kuala Lumpur, bersebelahan dengan Kereta api Malaysia , gedung Daya Bumi , Kantor Pos Besar Malaysia, Musium Seni Islam, Taman Burung Kuala Lumpur dan Taman Tasik Perdana.

Arsitektural Masjid Negara

Kawasan Masjid Negara menempati lahan seluas 13 hektar dan bangunan utamanya seluas lebih kurang 3 hektar. Seluruh kawasan masjid di kelilingi sebahagian besar oleh tembok konkrit dan sebagian lagi oleh pagar. Dilengkapi tujuh pintu masuk. Fasilitas untuk pengunjung non muslim juga disediakan termasuk toilet umum. Pintu masuk khusus wisatawan luar dan dalam negeri berada berdekatan dengan Dewan Bandaraya Kuala Lumpur.

Secara umum, Masjid Negara dibangun bergaya masjid moderen. Arsitektural masjid ini dikenali dengan sebuah menara setinggi 73 meter dan kubah di atap masjid yang bila dilihat dari udara berbentuk bintang 16. Kubah dengan bentuk bintang 16 ini cukup unik, bila dilihat dari samping sangat jelas terlihat bahwa kubah Masjid Negara berbentuk payung yang sedang terbuka sebagian, sinonim dari pelindung terhadap sengatan panasnya matahari tropis. Kubah berbentuk payung di Masjid Negara berukuran tinggi 84ft dan diameter 200ft.

Bangunan warna putih dilatar depan adalah bangunan makam para pahlawan nasional Malaysia.

Sisi dalam kubah payung dihias dengan ukiran kaligrafi ayat suci Al-quran dari bahan alumuium menyimbollkan kesultanan di Malaysia dan terlihat begitu indah dari dalam masjid. Sedangkan bagian puncak bangunan menaranya menyerupai bentuk payung yang sedang tertutup. Digunakannya struktur beton bertulang pada atap utama adalah untuk mendapatkan ruang yang lega bagi ruang sholat utama. bangunan masjid ini terpantul dengan indah dari kolam dan pancuran air yang sengaja dibangun disekeliling masjid.

Tak jauh dari Masjid Negara terdapat Taman Makam Pahlawan Nasional Malaysia, tempat dimakamkannya beberapa politisi malaysia diantaranya adalah Tun Abdul Razak, Tun Hussain Onn dan lain lain. Maosoleum Makam Pahlawan dibangun dengan atap berbentuk tujuh bintang tujuh bila dilihat dari udara.

Masjid Negara dalam Mata Uang Ringgit Malaysia
Fasilitas Masjid Negara

Ruang sholat Masjid Negara memiliki luas sekitar 22,500 kaki persegi, dilengkapi juga dengan ruang sidang, Makam Pahlawan, perpustakaan umum, ruang kantor, halamanluas, menara, ruang khusus kerajaan dan ruang imam. Disediakan juga ruang khusus untuk radio dan televisi, dan keseluruhan ruang sholat di Masjid Negara dilengkapi penyejuk udara. Makam tujuh pahlawan negara yang disebut di awal tadi terletak di baagian barat Masjid.

Masjid Negara dilengkapi dengan 3 pintu besar dan satu pintu khusus untuk keluarga kerajaan, pejabat tinggi pemerintah dan tamu negara. Lobi masjid ada di lantai bawah, satu lantai dengan tempat berwudhu, kamar mandi tempat menyimpan alas kaki dan ruang istirahat bagi jamaah yang datang dari luar kota. Sebelum sampai ke ruang sholat utama di tingkat pertama terdapat halaman besar. Di bagian tengah halaman ini terdapat payung dari beton berukuran 48 ft, plus kolam-kolam beserta beberapa buah pancuran.

Interior Masjid Negara Malaysia.

Ruang sholat utama bertembok konkrit bertulang dan ditutup dengan marmar Itali. Ruang utama masjid dapat di akses melalui 7 pintu dari Jalan Lembah, Jalan Perdana, Jalan Kinabalu and Jalan Cenderasari.  Tersedia juga terowongan bawah tanah yang menghubungkan masjid dengan stasiun kereta api di jalan Hishamuddin. Fasilitas untuk pengunjung non muslim juga disediakan termasuk fasilitas toilet yang dibangun oleh Kuala Lumpur City Hall.

Diatas masing masing pintu ini dipasang kaligrafi ayat ayat suci Al-Qur’an dengan mozaik bewarna biru dan keemasan. Di atas ruang sholat utama ini tempat kubah payung masjid berada. Dibagian bawah kubah, selain dihias dengan kaligrafi juga dihias dengan kaca mozaik dan emas putih.


Masjid Negara Malaysia.

Kubah Masjid Negara ditopang oleh 16 tiang utama berdiameter 3 ft. Sebelum di renovasi, mihrab Masjid Negara tadinya berbentuk bersegi seperti pintu namun kemudian di ubah berbentuk melengkung seperti gerbang. Mihrab ini bertatahkan ayat-ayat al-Quran bernuansa Maroko. Paras tembok yang mengelilingi mihrab ini juga seni bangunan Maroko. Mimbar, tempat imam berkhutbah terletak di sebelah kanan mihrab. Mimbar yang berbentuk seperti beranda ini dibuat dari kayu. 16 chandelier turut menghias interior Masjid Negara. Lampu lampu tersebut merupakan sumbangan dari para Sultan, Gubernur dan bekas Yang Di Pertuan Negara Singapura.

Ruang Pertemuan

Masjid negara juga dilengkapi dengan fasilitas ruang pertemuan yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan akademik termsuk upacara upacara resmi, perkuliahan umum, seminar, pelatihan dan workshop. Dan tentusaha untuk menjamu tamu tamu VVIP termasuk tamu negara dan Yang Dipertuan Agong Raja Malaysia, Perdana Metri dan tamu kerajaan.

Masjid Negara Malaysia.

Ruang perkualiahan

Tersedia 3 ruang yang dapat digunakan untuk kegiatan dalam kelas. Masing masing mampu menampung 20-30 orang setiap kelas. Ruangan ruangan tersebut biasa dipakai untuk pembelajara dalam ruang kelas, rapat, seminat dan sebagainya. Masing masing ruang dilengkapi dengan layar LCD untuk setiap acara yang membutuhkan Slide show.

Selain dua jenis fasiltas fasilitas di atas masjid Negara masih memilki fasilitas ruang meeting utama yang biasa dipakai oleh pengurus Masjid Negara, pejabat pemerintah, NGO dan lain lain. Dan masih ada lagi area pameran luar ruang yang dapat dipakai untuk penyelenggaraan pameran di sekitar Masjid Negara tanpa mengganggu proses peribadatan. Dan tak kalah menarik, masjid ini berkerja sama dengan pihak swasta juga menyediakan fasiltas olahraga yang dapat digunakan oleh anggotanya untuk berolahraga.

Dibawah kubah makam pahlawan.

Makam Pahlawan

Seperti disebutkan dimuka bahwa di komplek Masjid Negara ini dimakamkan beberapa tokoh penting Malaysia. Baik di dalam bangunan maosolium yang berbentuk  bintang 7 itu atau pun di luar maosolium. Pahlawan nasional yang dimakamkan di sini adalah :

Dibawah kubah :

1. Tun Dr Ismail –Wakil Perdana menteri Malaysia (wafat 1973)
2. Tun Abdul Razak –Perdana menteri Malaysia (wafat 1976)
3. Tun Hussein Onn –Perdana menteri Malaysia (wafat 1990)
4. Tun Ghafar Baba –Wakil Perdana menteri Malaysia (wafat 2006)

Diluar kubah :

1. Tan Sri Syed Jaafar Albar – Sekjen UMNO dan Menteri pengembangan daerah tertinggal (wafat 1977)
2. Tan Sri Syed Nasir – Juru bicara Dewan Rakyat (wafat 1982)
3. Tun Sardon Jubir – Menteri PU dan Komunikasi dan Yang di-Pertuan Negeri Penang (wafat 1985)
4. Tan Sri Mohammad Noah – Menteri perumahan dan Juru bicara Dewan Rakyat (wafat 1991)
5. Tan Sri Abdul Kadir Yusuf – Menteri Kehakiman (wafat 1992)
6. Tan Sri Mohd Khir Johari – Menteri pendidikan (wafat 2006)
7. Tun Dr Fatimah Hashim – Menkesra (Wanita pertama yang menjadi menteri di Malaysia– wafat 9/1/2010)


Masjid Negara Malaysia.

Sejarah Pembangunan Masjid Negara

Pembangunan Masjid Negara ini melambangkan semangat perpaduan dan toleransi. Ia direka bentuk oleh orang Melayu dan Inggris, dibangun oleh orang keturunan Cina dan India serta dibiayai oleh sumbangan masyarakat Islam, Kristian, Buddha dan Hindu.

Malaysia mendapatkan kemerdekaan dari pemerintah Inggris pada tanggal 31 Agustus 1957. perkembangan utama terjadi di bidang ekonomi, sosial dan arsitektur yang secara aktif di terapkan oleh pemerintahan baru Malaysia ketika itu.  Program program yang dilaksanakan adalah juga untuk merepleksikan kemajuan budaya dan kehidupan berdemokrasi.

Masjid Negara Malaysia.

Keinginan untuk membangun Masjid Negara muncul sebulan sebelum kemerdekaan Malaysia. Pada tanggal 30 Juli 1957 dalam pertemuan Majlis Kerja Persekutuan muncul ide untuk membangun sebuah masid nasional sebagai simbol dari kemerdekaan negara. Dalam pertemuan lainnya pada tanggal 5 Maret 1958 Menteri Besar dari 11 Negara Bagian Malaysia mengusulkan untuk memberi nama masjid tersebut dengan nama Masjid Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj, sebagai penghormatan atas jasa jasa beliau memimpin negara memperoleh kemerdekaan. Namun usulan tersebut ditolak oleh oleh beliau dan beliau kemudian memberi nama masjid tersebut dengan nama Masjid Negara sebagai bentuk syukur atas kemerdekaan yang diperoleh tanpa pertumpahan darah.

Peletakan batu pertama pembangunan Masjid Negara dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 1963 bertepatan dengan 3 Syawal 1383H oleh DYMM SPB Yang Di Pertuan Agong Tuanku Syed Putra Ibni Al Marhum Syed Hassan Jamalullail. Pekerjaan pembangunan berjalan selama 2 tahun dan Menghabiskan dana sekitar RM 10 juta Riggit Malaysia. Pada hari Jum’at tanggal 27 Agustus 1965 bertepatan dengan 29 Rabiulakhir 1385 masjid Negara diresmikan juga oleh DYMM SPB Yang Di Pertuan Agong Tuanku Syed Putra Ibni Al Marhum Syed Hassan Jamalullail,

Bentuk kubahnya seperti payung tenda berukuran sangat besar. sedangkan menaranya seperti payung yang belum dibuka. 

Masjid Negara mengalami renovasi besar besaran di tahun 1987, atap beton masjid yang semula berwarna merah muda kemudian ditutup dengan keramik bewarna hijau dan biru. Hingga saat ini Masjid Negara masih berdiri megah dengan kharismanya diantara gedung gedung jangkung pencakar langit kota Kuala Lumpur. Masjid Negara sudah dilengkapi dengan koridor bawah tanah berlokasi di dekat stasiun kereta di jalan Sultan Hishamuddin.

Pengurus  Masjid Negara

Kepengurusan Masjid Negara berada dibawah pengawasan Sektor Pembangunan Insan, Jabatan kemajuan Islam Malaysia (JAKIM). Penyelenggaraan MASJID NEGARA diketuai oleh Imam Besar MASJID NEGARA dan dibaagi ke dalam dua bagian penyelenggara yaitu : (1) Bagian Pengurusan dan (2) Bagian Pengimarahan. Bagian pengurusan dibagi lagi menjadi menjadi 3 unit kerja masing masing (1) Unit Penerbitan dan Multimedia (2) Unit Perhubungan Awam dan Pusat Sumber dan (3) Unit Khidmat Pengurusan. bagian Pengimarahan dibagi lagi menjadi 6 unit kerja yaitu (1) Unit Penyelarasan, Dakwah dan Ibadah (2) Unit Pembinaan Saksiah (3) Unit Perkhidmatan Sosial (4) Unit Protokol dan Kebajikan (5) Unit Pengajian Dewasa dan (6) Unit Pendidikan Dewasa dan Kanak-kanak. 

Daftar Imam dan Masa Bakti nya di Masjid Negara

1. H. Ghazali Abdullah (1965)
2. H. Mohammad Salleh Hassan Farid
3. Dato’ Sheikh Abdul Mohsein bin H. Salleh (1974-1975)
4. Dato’ H. Ahmad Shahir bin H. Daud (1975-1980)
5. Dato’ H. Hassan Din Al-Hafiz (1981-1983)
6. Dato’ H. Ahmad Shahir bin H. Daud (1984-1992)
7. H. Arifin Harun (1992-1993)
8. H. Taib Azamudden Mohammad Taib (1993-1999)
9. H. A. Jalil bin Sindring (1999-Sep. 2001)
10. H. Wan Halim bin Wan Harun (2001-2004)
11. Dato' H. Kamaruddin bin H. Zakaria (2005-2006)
12. Tan Sri Dato' Syaikh H.Ismail bin H.Muhammad (February 2007 sampai sekarang.)

Tun Mahatir Muhammad sedang sholat di Masjid Negara.

Aktivitas Masjid Negara

Layaknya sebagai masjid nasional, Masjid Negara menjalani fungsinya sebagai masjid utama bagi kegiatan kegiatan berskala nasional dan internasional di Malaysia. selain itu masjid ini juga begitu meriah dengan beragam aktivitas yang digelarnya. Mulai aktivitas untuk kanak kanak, remaja, dewasa hingga untuk manula.  Beberapa contoh aktivitas yang digelar di Masjid Negara adalah : Camp Ibadah untuk kanak kanak, camp ibadah untuk remaja, exam cuti sekolah (semacam pesantren kilat selama masa libur sekolah), donor darah, pameran pendidikan kesehatan, hingga Menggagas kunjungan dan pemberian sumbangan kepada panti jompo.

Dan ada satu kegiatan yang pernah di laksanakan di Masjid Negara yang benar benar tak lazim. Yakni menyelenggarakan kursus pengurusan jenazah khusus untuk tunanetra. Tak tanggung tanggung, kursus yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan bekal yang cukup bagi para penyandang tunanetra dalam menjalankan aktivitas pengurusan jenazah ini di fasiltasi langsung oleh para pegawai Jabatan kemajuan Islam Malaysia (JAKIM), Jabatan Agama Islam Wilayah Persekutuan (JAWI), Jabatan Agama Islam Melaka (JAIM), dan Baitulmal Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur yang diketuai oleh Ustaz Haji Mohd. Marngi bin Wasim, bekerjasama dengan Persatuan Orang-orang Cacat Penglihatan Islam (PERTIS). Acara terebut diselenggarakan pada 2 dan 3 Ogos 2005.***

Senin, 18 April 2011

Masjid Al-Mujahidin Cibarusah, Pangkal Perjuangan Laskar Hizbullah

Masjid Al-Mujahidin Kampung Babakan Cibarusah, Kabupaten Bekasi

Hizbullah yang disebut disini tak ada kaitannya dengan pasukan Hizbullah yang secara the facto berkuasa di Lebanon Selatan dan ahirnya melibatkan pasukan TNI mengambil bagian dalam pasukan perdamaian Internasional di Lebanon. Laskar Hizbullah yang dimaksud adalah Pasukan pemuda, pelajar Islam (santri) semasa perang kemerdekaan di bumi tercinta ini. Laskar Hizbullah dibentuk oleh Masyumi  tahun 1944 ketika pasukan Jepang mulai terdesak oleh pasukan sekutu. Masyumi sendiri dibentuk oleh berbagai organisasi Islam termasuk didalamnya Nahdatul Ulama (NU) dibawah pimpinan KH. Wachid Hasyim.

Adapun masjid Al-Mujahidin yang akan kita bahas disini adalah masjid tua yang terletak di kampung Babatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Sebuah masjid tua yang menjadi salah satu saksi sejarah perjuangan para syuhada Bekasi memerdekakan Republik ini dari belenggu penjajahan meski harus berkalang tanah, dalam niat tulus ‘Jihad Fisabilillah”.

Bagian depan Masjid Al-Mujahidin Cibarusah

Adalah Drs. Munawar Fuad Noeh, MA, petinggi Gerakan Pemuda Anshar, dan merupakan warga asli Cibarusah yang kemudian menggagas pembangunan monumen perjuangan Laskar Hizbullah di samping masjid Al-Mujahidin ini, untuk mengenang perjuangan Laskar Hizbullah turut serta memerdekakan Republik ini, dan yang lebih penting lagi adalah melestarikan dan mewariskan semangat perjuangan para pejuang kemerdekaan kepada generasi selanjutnya.

Lokasi Masjid Al-Mujahidin Cibarusah.

Masjid Al-Mujahidin ini berada di Kampung Babakan Cibarusah (biasa disebut KBC) masuk dalam Desa Cibarusah Kota, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Agak sulit menemukan koordinat masjid ini di aplikasi google maps ataupun Google Earth, dalam aplikasi gratisan tersebut, daerah ini masih ditampilkan dalam format foto satelit beresolusi rendah. Bila ada yang lebih memahami lokasi masjid ini jangan sungkan untuk memberikan masukan.




Untuk mencapai kampung Babakan Cibarusah (KBC) dari Jakarta atau Bandung, bila anda menggunakan ruas tol Jakarta-Cikampek, akan lebih mudah bila anda keluar di pintu tol Cikarang Barat / Lemah Abang lalu berbelok ke arah selatan (belok kanan) melewati Lippo Cikarang, Pasar Serang, Area Rekreasi Taman Buaya, perumahan Kota Serang Baru (KSB), sampai kemudian masuk ke kawasan KBC, masjid ini berada di sisi kanan jalan. Alternatif lain adalah dari pertigaan jonggol ke arah Cikarang, masjid ini berada di sisi kiri jalan di KBC.

Sejarah Masjid Al-Mujahidin KCB

Sejarah Tertulis Masjid Al-Mujahidin KBC

Nama masjid & tahun renovasi
Di atas pintu masuk utama masjid ini tertulis dalam aksara Arab dan Latin “MASJID AL-MUJAHIDIN BABAKAN KOTA CIBARUSAH, JUNI 1937, ROBIUL AWAL 1356”. Lengkap dengan lambang laskar Hizbullah di bagian atasnya. Sementara di salah satu dari enam tiang utama di dalam masjid terpasang prasasti kecil dalam bahasa Belanda yang berbunyi “HERBOUWD 1935/1937, COMITE MASDJID”

Di dinding depan masjid juga terpasang piagam pendirian masjid dari Kantor Departemen Agama Kabupaten Bekasi bertanggal 19 Syafar 1409H / 1 Oktober 1998M dan ditandatangani oleh Kepada Kantor Departemen Agama Kabupaten Bekasi HM. Zainuddin, BA. Dalam piagam tersebut dijelaskan bahwa masjid Al-Mujahidin yang terletak di Kampung Babakan Desa Cibarusah Kota, dibangun pada tahun 1930.

Plakat renovasi di tiang masjid
Piagam tersebut juga menyatakan bahwa Masjid Al-Mujahidin Kampung Babakan Cibarusah ini sudah terdaftar di Departemen Agama dengan nomor 34/MJ/1988. dan disebutkan juga bahwa piagam pendirian masjid tersebut dikeluarkan berdasarkan surat keterangan dari Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Cibarusah bernomor K.13/05/142/1998 tanggal 16 Agustus 1988. Sebagai mana disebutkan dalam piagam tersebut bahwa dikeluarkannya piagam pendirian masjid ditahun 1988 itu menjadi pengukuhan pendirian masjid sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Menurut aplikasi “google terjemah”, Herbouwd dalam bahasa Belanda bila Indonesiakan berarti “dibangun kembali”. Merujuk kepada tahun tersebut saja masjid ini sudah jauh lebih tua dari umur Republik Indonesia tercinta ini. Menjadi pertanyaan adalah, kapan masjid Al-Mujahidin ini pertama kali dibangun dan oleh siapa ?. Bila kita mencermati tiga sumber tertulis di atas ada 3 angka tahun yang berbeda, masing masing adalah tahun 1937 di atas pintu utama masjid, tahun 1935/1937 sebagaimana tertulis dalam prasasti di tiang masjid dan tahun 1930 seperti dijelaskan dalam piagam pendirian masjid yang dikeluarkan oleh Kantor Departemen Agama Kabupaten Bekasi.

Pintu Utama
Bisa saja kita menyimpulkan bahwa masjid tersebut dibangun tahun 1930M lalu di renovasi atau “dibangun kembali” lima tahun kemudian (tahun 1935M) dan proses direnovasi tersebut selesai dilaksanakan pada bulan Juni tahun 1937M bertepatan dengan bulan Robiul Awal tahun 1356H. Lalu kenapa harus dibangun kembali ditahun 1935M/1937M ?. Kawasan Cibarusah bukanlah kawasan padat penduduk di era tersebut, jalan akses dari dan menuju kesana pun sangat sulit ketika itu. Pertambahan jumlah penduduk yang membengkak dalam kurun 5 tahun sepertinya bukanlah alasan yang dapat diterima sebagai dasar pembangunan kembali masjid tersebut untuk diperluas guna menampung membludaknya jamaah.

Penetapan angka 1930M oleh Kantor Departemen Agama Kabupaten Bekasi sebagai tahun pendirian masjid itupun sepertinya masih patut dipertanyakan, mengingat adanya batu nisan salah satu makam di samping masjid yang bertarikh 1916M. Seperti yang sudah umum terjadi, biasanya pemakaman umum dibangun di sebelah Masjid, bukan Masjid yang dibangun disebelah pemakaman umum. Artinya, boleh jadi masjid ini dibangun jauh sebelum tahun 1916M sebagaimana tarikh pada Nisan Makam tersebut. Butuh penggalian lebih dalam untuk menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut.

Sejarah Tutur Masjid Al-Mujahidin KBC

Kubah di atas atap limas masjid
Sejarah tutur yang disampaikan secara turun temurun menyebutkan bahwa masjid Al-Mujahidin di Kampung Babakan Cibarusah (KBC) ini dibangun pertama kali oleh Pangeran Senapati, salah satu keturunan Pangeran Jayakarta Wijayakrama. Konon di tahun 1619M Pangeran Jayakarta memerintahkan Pangeran Senapati menyelamatkan diri dari kepungan Belanda, paska kekalahan Sunda Kelapa dalam perang melawan Belanda di bulan April-Mei 1619M, sekaligus membangun pertahanan di kawasan pesisir dan pedalaman. Maka dimulailah perjalanan panjang Pangeran Senapati bersama pasukannya menyusuri pantai utara Jawa, melewati daerah Cabang Bungin, Batujaya, Pebayuran, Rengas Bandung, Lemah Abang, Pasir Konci hingga sampai di sebuah kawasan hutan jati.

Di kawasan hutan jati itulah kemudian Pangeran Senopati berhenti bersama pasukan dan keluarga yang masih menyertainya. Beliau menganggap kawasan hutan lebat itu sebagai lokasi persembunyian yang aman dari kejaran pasukan Belanda. Termasuk untuk tinggal mengembangkan keluarga dan keturunan. Babat alas dimulai untuk membangun pemukiman baru yang dikemudian hari dikenal dengan nama Cibarusah. Kata Cibarusah sendiri konon berasal dari kalimat berbahasa sunda “Cai baru sah”.

Salah satu dari enam pintu di masjid ini
Dikisahkan bahwa ketika masjid masjid telah didirikan, jemaah kesulitan untuk mendapatkan air bersih yang memenuhi sarat sah untuk bersuci sebelum menunaikan sholat. Ketika pencarian sumber air berhasil menemukan sumber air bersih salah satu ulama yang menyertai Pangeran Senopati berujar dalam bahasa Sunda “nah ieu’ CAI’ BARU SAH” yang berarti “Nah ini airnya baru sah” maksudnya sah secara syar’i untuk keperluan bersuci. Kalimat “CAI’ BARU SAH” itulah yang kemudian menjadi CI BARU SAH. Sedangkan nama kampung ‘Babakan’ berasal dari kata ‘Bukbak’ dalam bahasa sunda yang berarti membersihkan.

Masjid yang pertama kali dibangun oleh Pangeran Senopati tersebut berbahan utama kayu jati yang ketika itu melimpah disana. Tak jauh dari masjid dibangun sebuah kolam penampung air bersih berukuran kira kira 20x30m untuk menampung air bersih yang dialirkan dari sumbernya menggunakan pipa pipa bambu dan saluran yang dibangun secara bergotong royong. Riwayat tutur menyangkut sejarah masjid ini terputus sampai disitu. Hingga kini keturuan Pangeran Sena masih ada di KBC, keluarga beliau dapat dikenali dengan gelar ‘Raden’ yang disematkan kepada nama mereka masing masing. Pangeran Senapati wafat dan dimakamkan di Kampung Babakan Cibarusah (KBC) dan dikenal dengan sebutan Makam Embah Uyut Sena.

Peran Masjid Al-Mujahidin KBC di masa perjuangan

Mimbar & Mihrab
Dimasa perjuangan kemerdekaan melawan Belanda dan Jepang masjid Al-Mujahidin ini menjadi markas serta camp pelatihan pasukan Laskar Hizbulllah, Pasukan perang bentukan Masyumi tahun 1944M. Masyumi menjadi tempat bergabungnya organisasi organisasi Islam ketika itu termasuk Nahdatul Ulama (NU) dibawah pimpinan KH. Wachid Hasyim (Pahlawan Nasional dan juga ayah dari Mantan Presiden RI, KH. Abdurrahman Wachid alias Gusdur). Di masjid inilah yang menjadi pusat penggemblengan Laskar Hizbullah untuk disiapkan menjadi tentara terlatih untuk kemudian ditempatkan di berbagai lokasi di pulau jawa dan Madura.

Dipilihnya Cibarusah sebagai tempat latihan semi miter Laskar Hizbullah karena dinilai strategis. Masih banyak hutan dan terletak tidak jauh dari pusat kekuasaan Jepang di Jakarta.  Laskar Hizbullah dibentuk atas usulan 10 ulama besar di Jawa, untuk mengimbangi Laskar PETA (Pembela Tanah Air) tentara nasionalis bentukan Jepang tahun 1942. Meskipun antara PETA dan Hizbullah berbeda, namun kurikulum militernya disusun oleh orang yang sama, yaitu Kapten Yamazaki.

Pada masa itu, Masjid Al-Mujahidin KBC bukan hanya sekedar sebagai tempat ibadah saja, tapi juga pusat komando dalam mengatur strategi. Dari Masjid ini KH. Zainul Arifin (pahlawan Nasional) merupakan seorang tokoh muda yang ketika itu menjabat sebagai konsul NU di Jakarta, mengobarkan semangat anak muda khususnya kaum santri pesantren untuk menjadi garda terdepan perjuangan melawan penjajah. Dalam rapat Masyumi Banten 15 Januari 1945, KH. Zainul Arifin menyampaikan pidato yang kutipannya begitu terkenal berbunyi “Hanya dengan adanya pemuda-pemuda yang berani berjuang, keluhuran bangsa dapat tercapai”.

Lampu antik di teras masjid
Pembinaan Hizbullah dipercayakan kepada Masyumi, sedangkan latihannya dilaksanakan oleh Kapten Yamazaki. Pusat latihan Hizbullah dikelola oleh Markas Tertinggi Hizbullah yang dipimpin oleh KH. Zainul Arifin, Konsul NU di Jakarta. Anggotanya meliputi Abdul Mukti, Konsul Muhammadiyah Madiun, Ahmad Fathoni, Muhammad Syahid, Amir Fattah, Prawoto Mangkusasmito, dan KH Mukhtar.
Adapun penanggungjawab politik adalah KH A. Wahid Hasyim, didampingi KH Abdulwahab Hasbullah, Ki Bagus Hadikusumo, KH Masykur, Mr. Mohammad Roem, dan Anwar Tjokroaminoto.

Latihan semi-militer Hizbullah diselenggarakan masing masing selama dua bulan di Cibarusah, Bogor (sejak 1950 Cibarusah dimasukkan ke dalam wilayah Kabupaten Bekasi). Pada angkatan pertama latihan, diikuti 150 pemuda yang dikirim dari tiap keresidenan di seluruh Jawa dan Madura. Masing-masing keresidenan sebanyak lima pemuda. Jumlah anggota Hizbullah diperkirakan mencapai 50 ribu orang.

Arsitektur Masjid

Masuk ke dalam masjid ini serasa ditelan aura masa lalu, bagaimana tidak. Arsitektural masjid ini serupa dengan bangunan bangunan peninggalan Belanda di Indonesia. Pintu pintu dan jendela berukuran besar, tembok yang tebal berikut sedikit langgam art deco, ditambah pernak pernik yang popular di abad yang lalu.

Masjid Al-Mujahidin dari arah jalan raya menuju ke Cibarusah

Bangunan yang kini berdiri merupakan bangunan hasil HERBOUWD (renovasi) tahun 1935/1937. Sejatinya bangunan ini merupakan bangunan segi empat dengan atap limas ditopang enam tiang utama di tengah masjid. keseluruhan dinding masjid menggunakan tembok bata lebar diplester. Sisi luar tembok masjid bagianbawah ditutup dengan susunan batu alam ukuran besar di cat berwarna hitam seperti kebanyakan bangunan warisan Belanda di Indonesia.

Pintu dan jendela masjid berbentuk segi empat tanpa lengkungan dengan dua daun pintu. Pintu utama masjid terdiri dari 3 buah pintu masuk di bagian depan dan 3 pintu di samping kanan masjid (sisi utara) yang masing masing terhubung dengan teras besar. Teras sisi kanan masjid sebagian digunakan untuk tempat sholat jemaah wanita dan area tempat berwudhu.

Masjid Al-Mujahidin dari arah jalan raya menuju ke Cikarang

Tak ada jendela di sisi kanan (utara), sebaliknya tak ada pintu di sisi kiri (selatan) masjid yang menghadap ke pemakaman. Di sisi depan masjid beri dua bukaan kaca, yang sepertinya dipasang belakangan dengan kusen bagian atas yang sedikit melengkung, sangat berbeda dengan bentuk dua jendela di sisi mihrab (barat) dan 3 jendela di sisi kiri (selatan) yang kesemuanya berbentuk segi empat berteralis besi.

Masing masing pintu dan jendela diberi lubang ventilasi di tembok bagian atas nya dengan bentuk empat persegi panjang, seperti layaknya bangunan art deco era penjajahan Belanda. Dan satu hal yang tak akan ditemukan di masjid masjid masa kini adalah masih digunakannya palang pintu dari kayu sebagai pengunci dari dalam masing masing pintu masjid ini.

Ada enam pilar di dalam masjid Almujahidin Cibarusah, plakat renovasi berbahasa Belanda di pasang di tiang paling kiri foto di atas, menghadap ke timur.

Teras depan dilengkapi dengan pintu utama menggunakan pintu besi. Di bagian atas pintu ini dipasang tulisan nama dan tarikh pembangunan masjid yang tadi disebut di bagian awal tulisan ini. Di sisi kiri dan kanan pintu utama ini dilengkapi dua pintu pendek bergaya spanyol yang menjadi tempat lalu lalang jemaah.

Masjid ini juga dilengkapi dengan satu bangunan menara berbentuk persegi delapan berbalkon melingkar di bagian atasnya. Dipuncak menara dipasang kubah berbentuk bawang dari bahan logam. Di puncak atap masjid juga dipasang kubah berbahan logam dengan bentuk yang sedikit berbeda. Kubah di puncak atap masjid ini berbentuk kawah tengkurep dengan lafazd Allah di puncak tertingginya.

Kaligrafi berukuran besar mendominasi pemandangan di sisi kiblat

Butuh perhatian pemerintah.

Setelah kemerdekaan, Masjid Mujahidin hanya menjadi tempat penyebaran agama Islam di Cibarusah. Hampir semua masyarakat menjadikan masjid ini sebagai kiblat keagamaan hingga saat ini. Namun sayangnya, masjid ini tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah. Pemeliharaan masjid digotong bersama oleh warga. Sejarah perjuangannyapun tidak pernah ditulis dalam literatur sejarah yang di keluaran oleh Pemda. Masyarakat merawat ingatannya hanya dengan cerita turun temurun.

Sejauh ini hanya TNI yang rutin memberikan perhatian kepada masjid ini. Dengan program program kerja bakti seperti yang dilakukan Kodim 0507/Bekasi dalam rangka memperingati HUT Proklamasi dan menjelang HUT TNI dengan melaksanakan karya bhakti dengan memperbaiki, membersihkan dan melakukan penghijauan dengan penanaman bibit pohon mangga dan kamboja di lingkungan mesjid Al-Mujahidin.

Interior Masjid Al-Mujahidin Cibarusah

Kodim 0507/Bekasi juga membuat prasasti dan cindera hati bagi Masjid Al-Mujahidin KBC yang ditandatangani bersama sama pada tanggal 7 Agustus 2009 oleh Komandan Kodim 0507/Bekasi Letkol Infantri Mohammad Affandi, Ketua DKM Al-Mujahidin R.H. Alwi Junaedi SE, MM. Sesepuh Babakan Cibarusah R.H.A.Manjidin. Imam/Khotib Ust. R. Oni. Juwaeni dan Penggagas kegiatan tersebut Drs. Munawar Fuad Noeh, MA. Yang merupakan waraga asli Cibarusah dan kini menjadi salah satu petinggi Gerakan Pemuda Anshor.

Mengingat sejarah masjid ini dan usianya yang sudah melebihi 50 tahun sesuai dengan peraturan pemerintah, Masjid Al-Mujahidin ini sudah masuk dalam katagori Bangunan Bersejarah yang harus dilindungi dan dilestarikan. Namun sayangnya hingga kini sepertinya belum ada tanda tanda adanya perhatian serius dari pemerintah terhadap Masjid tua ini.

Teras Depan Masjid Al-Mujahidin

Rencana Pembangunan Monumen Laskar Hizbullah

Untuk mengenang dan meneladani perjuangan para syuhada yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, Drs. Munawar Fuad Noeh, MA menggagas pembangunan Monumen Laskar Hizbullah di samping Masjid Al-Mujahidin KBC ini. Rencana tersebut sudah diluncurkan pada 21 September 2010 lalu dan rencananya akan mulai dibangun tahun 2011.  pembangunan monumen tersebut juga mengenang peristiwa bersejarah yang luar biasa yang pernah terjadi di Masjid Al-Mujahidin KBC di masa perjuangan kemerdekaan.

Penutup

Sangat disadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, sebagian besar materi dikumpulkan dari pernyataan Drs. Munawar Fuad Noeh, MA diberbagai kesempatan kepada media, kunjungan ke lokasi dan foto fisik bangunan. Seperti yang beliau tuturkan bahwa buku buku sejarah perjuangan kemerdekaan, saat sedikit menyinggung eksistensi Masjid Al-Mujahidin KBC. Karenanya, masukan dari berbagai pihak akan diterima dengan tangan terbuka bagi penyempurnaan tulisan ini.

Foto Foto Masjid Al-Mujahidin KBC

Teras samping Masjid Al-Mujahidin Cibarusah
Pemakaman disamping masjid
Dari arah belakang
kibaran yang tersangkut
Suasana malam hari