Kamis, 12 Januari 2012

Masjid Raya Darussalam Samarinda – Kaltim

Masjid Raya Darussalam Samarinda dilihat dari arah Sungai Mahakam.

Berdiri megah di tepian sungai Mahakam, Masjid Raya Darussalam menghadirkan nuansa Turki Usmani di pusat kota Samarinda ibukota propinsi Kalimantan Timur. Masjid bergaya Turki Usmani (Otoman) dapat dengan mudah dikenali dari bentuk menara nya yang dibuat seramping dan setinggi mungkin. 

Menara dalam bentuk ini memang memberikan kesan yang jauh berbeda bila dibandingkan dengan masjid bergaya Arabi seperti pada Masjid Islamic Center Samarinda yang juga berlokasi ditepian sungai Mahakam dan terpaut tak terlalu jauh jaraknya dari masjid ini.
 
Sisi depan Masjid Raya Samarinda.

Masjid Raya Darrusalam adalah masjid terbesar kedua di Samarinda dan di provinsi Kalimantan Timur setelah Masjid Islamic Center Samarinda. Masjid Raya Darussalam dari kejauhan-pun langsung dapat dikenali dengan empat menara tinggginya yang dibangun di ke-empat penjuru bangunan utama masjid ditambah dengan kubah besar warna hijau di atap tengah masjid dan di apit oleh beberapa kubah berukuran kecil.

Lokasi Masjid Raya Darussalam – Samarinda

Masjid Raya Darussalam
Jalan K.H. Abdullah Marisie No. 1, Ps. Pagi, Kec. Samarinda Kota, Kota Samarinda, Kalimantan Timur 75111


 
Masjid Raya Darussalam berada di di kelurahan Pasar Pagi, Kecamatan Samarinda Ilir, kota Samarinda, propinsi Kalimantan Timur. Kelurahan Pasar Pagi merupakan salah satu pusat keramaian kota Samarinda.  Pasar pagi yang menjadi nama kelurahan ini benar benar bangunan pasar pagi yang letaknya hanya terpisah satu blok bangunan dari Masjid Raya Samarinda.
 
Sejarah Masjid Raya Samarinda
 
Bangunan awal masjid Raya Darussalam dibangun oleh para saudagar Bugis dan Banjar yang tinggal di Samarinda sekitar tahun 1925. Lokasinya saat itu berada di tepian sungai Mahakam diatas lahan berukuran 25 meter x 25 meter. Sejak dibangun pertama kali telah mengalami beberapa kali perbaikan diantaranya tahun 1953 dan 1967 meski tanpa merubah ciri khasnya. Sejak pertama kali dibangun masjid ini sebagai masjid Jami’ (masjid yang dipakai untuk sholat Jum’at selain sholat lima waktu lainnya).
 
Masjid Raya Darussalam Samarinda.

Seiring dengan kemajuan Kota Samarinda yang semakin pesat dibutuhkan bangunan masjid yang lebih besar dengan lahan yang lebih luas, maka lokasi masjidpun bergeser ke Jalan Yos Sudarso dengan lahan seluas sekitar 15 ribu meter persegi. 

Bangunan masjid yang kini berdiri adalah hasil pembangunan tahun 1990-an, diresmikan penggunaannya oleh Dr. H. Tarmizi Taher - Menteri Agama RI, pada tanggal 21 Rabi'ul Akhir 1418H bertepatan dengan tanggal 25 Agustus 1997M. Masjid berkonstruksi  beton  ini berlantai tiga dan dapar menampung sekitar 14.000 jemaah. Di  lingkungan masjid ini dilengkapi taman, kolam dan perpustakaan.

Dua Masjid Megah di tepian sungai Mahakam, di latar depan adalah Masjid Raya Darussalam Samarinda sedangkan Masjid di belakangnya adalah Masjid Islamic Center Samarinda, keduanya tampak begitu indah di gelap malam kota Samarinda.


Di bulan September tahun 2010 sempat ada wacana untuk mengubah Masjid Raya Darussalam menjadi Masjid Agung. Wacana tersebut dikemukakan Kanwil Kemenag Kaltim, dasarnya adalah Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 394 tahun 2004 tentang penetapan status masjid wilayah. Di sana disebutkan, di satu propinsi, harus ada masjid yang disebut masjid raya. Sementara tingkat kabupaten/kota bernama masjid agung.

Presiden SBY di Masjid Raya Samarinda.
Wacana tersebut langsung mendapat penolakan dari Wali Kota Samarinda Achmad Amins, penolakan dari walikota ini di dukung oleh tokoh masyarakat Samarinda termasuk dari Dewan Masjid Indonesia (DMI) sebagaimana disampaikan oleh sekretaris DMI Samarinda, HM Yusuf Mugenie. 

Penolakan tersebut didasarkan pada alasan sejarah dan demi menghormati para pendiri masjid Raya Darussalam, ditambah lagi fakta bahwa nama Masjid Raya sudah melekat di hati masyarakat Samarinda dan Kaltim.

Arsitektural Masjid Raya Darussalam – Samarinda

Turki Usmani atau dalam lidah orang Eropa yang tak pandai menyebut Usmani berubah menjadi Otoman, mewariskan seni bina bangunan masjid dengan gayanya sendiri ditandai dengan beberapa ciri utama diantaranya adalah bentuk menara seperti yang sudah sedikit disinggung di awal, menara masjid bergaya Usmani ditandai dengan bentuk bundar, ramping, tinggi menjulang dengan puncak menara yang meruncing dan tak pernah absen lambang bulan sabit di ujung tertinggi menara.

Masjid Raya Darussalam dilihat dari menara tertinggi Islamic Center Samarinda.

Di Masjid Raya Darussalam Samarinda empat menara masjid diletakkan di empat penjuru bangunan utama masjid. Warna putih mendominasi bangunan menara. Sedikit keunikan pada kubah utama Masjid Raya Darussalam ini, kubah utama berukuran besar itu diapit oleh delapan kubah berukuran lebih kecil yang menempel pada kubah utama. 

Empat kubah lebih kecil juga menghias ke empat penjuru atap masjid ini. Ornamen khas Kalimantan menghias sisi luar masing masing kubah memberi keistimewaan tersendiri bagi masjid ini. Masjid Raya Samarinda dilengkapi dengan Beranda dengan bukaan besar berlengkung, sana seperti beranda keseluruhan jendela masjid ini juga dilengkapi dengan ornamen lengkungan. 

Kubah utama masjid Raya Samarinda.

Masuk ke dalam masjid, akan dijumpai ruang sholat yang lega tanpa tiang tiang penyanggah struktur atap di tengah masjid. Ruang sholat Masjid Raya Samarinda dilengkapi dengan lantai mezanin. Secara keseluruhan Masjid Raya Samarinda mampu menampung jemaah hingga empat belas ribu jemaah sekaligus.

Warna hijau mendominasi warna karpet sejadah di ruang sholat, warna yang senada dengan warna plafon (langit langit) masjid. Seperti kebanyakan masjid masjid lainnya, dinding sisi mihrab masjid Raya Darussalam Samarinda juga dilapis dengan bahan bewarna lebih gelap dibandingkan sisi dinding yang lain. Dan tak ketinggalan juga lampu lampu gantung di pasang dilangit langit masjid turut memperindah masjid ini.

Gemerlap lampu masjid Raya Samrinda mewarnai malam ditepian Mahakam

Aktivitas Masjid Raya Darussalam – Samarinda

Walaupun Masjid Islamic Center Samarinda telah rampung dibangun, tetapi masyarakat samarinda masih tetap menyukai beribadah di Masjid Raya. Karena dari segi letak masih dekat dengan lingkungan pemukiman. Masjid ini pun pernah mengukir sejarah. Pada bulan Ramadhan 2006, Presiden SBY bersama Ibu Ani Yudhoyono pernah singgah ke ke Masjid Raya Darussalam untuk melaksanakan sholat Tarawih berjamaah bersama masyarakat Kaltim dipimpin imam K.H.Ramly.

Di dua hari raya Masjid Raya Darussalam ini dipadari ribuan jamaah dari berbagai penjuru kota Samarinda seperti yang terjadi pada sholat hari raya idulfitri pada Rabu 31 Agustus 2011 lalu. Pada kesempatan tersebut turut hadir Walikota Samarinda Syaharie Jaang dan Wakil Walikota Nusyirwan Ismail serta para ulama dan tokoh masyarakat diantara ribuan jemaah lainnya.

Foto Foto Masjid Raya Darussalam Samarinda

Pemandangan khas Masjid Raya Samarinda dari arah sungai.

Interior Masjid Raya Samarinda.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA