Sabtu, 30 Juni 2012

Masjid Agung Roma – Italia

Masjid Agung Roma – Italia 

Roma atau dalam bahasa Inggris disebut Rome, atau dalam bahasa Arab disebut Rum, nama yang begitu kental dengan kebesaran sejarah Kekaisaran Romawi di masa lalu dan kini di abadikan sebagai nama ibukota Italia.  Rum atau Romawi salah satu bangsa yang sejarahnya di sebut sebut dalam Al-Qur’an, namanya pun diabadikan sebagai nama surah ke 30, Surah Ar-Rum, salah satu surat Al-Makiah yang turun sebelum Hijrah-nya Baginda Rosulullah ke Madinah.

Roma dikenal sebagai pusat Agama Katholik, Tahta Suci Vatikan tempat bertahtanya Paus selaku pimpinan tertinggi Ummat Katholik dunia berada di tengah kota ini. Bagaikan suatu yang mustahil bagi minoritas muslim Italia untuk mendirikan masjid di kota ini. Benito Mussolini (1883-1945) diktator Italia beraliran Fasis yang berkuasa di Italia dalam periode 1922-1943, bahkan terkenal dengan ketipan ucapannya tentang pembangunan masjid di kota Roma “Tak kan ada masjid di Roma, selama tak ada Gereja di Mekah”.


Lima puluh tahun setelah kematian Mussolini, ummat Islam di kota Roma ahirnya memiliki sebuah masjid megah dan menjadi salah satu masjid terbesar di Eropa, lengkap dengan segala fasilitas penunjangnya. Masjid Agung Roma diresmikan penggunaannya pada tanggal 21 Juni 1995, setelah melalui proses panjang yang teramat melelahkan selama 20 tahun, dihitung sejak tahun 1974 ketika pertama kali lahan untuk pembangunan masjid ini diperoleh dari dewan kota Roma atas lobi lobi intensif Raja Faisal dari Arab Saudi kepada Presiden Giovanni Leone (presiden Italia ke-6, menjabat tahun 1971-1978).

Kedutaan Besar Italia di Jakarta pernah menggelar pameran foto tentang Masjid Roma (La Moschea di Roma) ini di Pusat Kebudayaan Italia (Instituto Italiano di Cultura) Jakarta pada 11 Agustus ~ 19 September 2009 dan di Surabaya 24 Agustus – 14 September 2009 dalam upaya memperkenalkan arsitektural dan budaya Islam Italia kepada masyarakat Indonesia, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mendanai pembangunan Masjid tersebut bersama 23 Negara Islam lainnya dengan Saudi Arabia sebagai penyandang dana terbesar.

Lokasi dan Alamat Masjid Agung Roma

Mosque of Rome
Viale della Moschea, 85, 00100 Roma, Italia


Masjid Agung Roma berada di utara kota Roma. Berjarak sekitar 5 kilometer dari inti kota yang paling bersejarah di kota Roma. Berada di distrik Parioli yang merupakan kawasan bangunan bangunan apartemen hunian menengah ke atas yang dibangun diantara tahun 1950 hingga 1970-an. Letak persisnya berada di ujung taman Villa Ada Park yang luas yang terdiri dari gunung Monte Antenne yang sangat lekat dengan legenda masa lalu terkait dengan sejarah pendirian kota Roma.

Kawasan tempatnya berdiri juga merupakan bagian dari kawasan bersejarah meskipun cukup jauh dari pusat kota. Villa Ada Park merupakan tempat tinggal keluarga kerajaan Italia di masa lalu, sedangkan gunung Monte Antenne dipercaya sebagai lokasi dari kota Sabian para Antenat yang kemudian ditaklukkan oleh pendiri kota Roma, Romulus.


Dengan posisi 45 derajat terlihat bangunan masjid ini secara utuh dari ketinggian “mata di udara”

Sejarah Islam di Roma

Sentuhan Awal Roma dan Islam

Kebesaran kekaisaran Romawi telah terdengar hingga ke semenanjung Arabia di zaman Rolullullah. Imam Tirmizi mengetengahkan sebuah hadis melalui Abu Said yang menceritakan, bahwa ketika perang Badar meletus orang-orang Romawi mengalami kemenangan atas orang-orang Persia. Maka hal itu membuat takjub orang-orang Mukmin, hal tersebut yang kemudian menjadi sebab musabab turunnya surah Ar-Rum Ayat 1 ~ 5. 1.

“Alif Laam Miim, Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.(QS 30 :1-5)

Interior Masjid Agung Roma – Italia 

Sejarah mencatat bahwa pasukan islam dibawah pimpinan halifah Abu Bakr Ash-Shiddiq, pernah melakukan perang dengan kerajaan Romawi, menaklukkan wilayah Romawi di  negeri Syam (kini Suriah dan sekitarnya). Disinilah kelihaian Khalid bin Al-Walid terlihat dalam membuat strategi perang sehingga memenangkan peperangan, mengalahkan pasukan kerajaan Romawi yang berjumlah 240 ribu personel

Sedangkan masuknya islam, menguasai kepulauan Sisilia sampai ekspedisi ke Italia utara pada abad ke 8. Bahkan sampai ke kota Roma, terjadi saat pasukan muslim dari Afrika utara. Sayangnya invasi pasukan Muslim ini kurang intensif. Sehingga daratan Italia lepas dari tangan pasukan muslim. Pada tahun 1300 merupakan kehancuran benteng pertahanan Islam terakhir di Lucera, Puglia, sehinga Islam hampir tidak ada lagi di Italia sejak zaman penggabungan negara di tahun 1861 hingga tahun 1970-an.

Masjid Agung Roma 

Tapi pengaruh Islam di pulau Sisilia dan Italia terlihat dengan peninggalan berupa Bangunan dan benteng peninggalan pasukan muslim di Italia masih berdiri dan sekarang menjadi tempat pariwisata. Kontribusi Islam saat itu bagi kebudayaan Eropa berupa ilmu pengetahuan, seni, sastra, arsitektur dan ilmu pengetahuan lainnya bahkan mempengaruhi pemikiran bangsa Eropa di jaman renaissance yang bermula di negara ini.

Islam kembali ke Roma

900 tahun kemudian, Islam kembali ke Roma dan Italia, dibawa oleh para pekerja, pedagang, pelajar dan mahasiswa yang berimigrasi kesana. Sebagian besar dari mereka adalah imigran dari Afrika utara, Albania, Bosnia, Turki, Arab dan dari negara Islam lainnya. Kebanyakan mereka tinggal di pulau Sisilia, Roma, Milan, Turin dan kota-kota besar lainnya. Bahkan Gelombang imigran muslim pun terus bertambah dan mereka berbaur dengan masyarakat setempat.

interior Masjid Agung Roma

Masjid dan Musholla bertumbuhan, organisasi Islam bermunculan dengan sekolah Islam dan toko makanan halal mulai banyak berdiri. Jumlah Masjid bertambah dari 16 menjadi 400 buah lebih hanya dalam jangka waktu 16 tahun. Syiar Islam pun menyebar dengan pesat. Hanya dalam beberapa tahun saja jumlah pemeluk Islam di Italia meningkat sampai dua kali lipat. Sangat mengejutkan karena ternyata Islam dapat tumbuh dengan sangat pesat di negara yang sangat Katolik ini. Dan sekarang Islam adalah agama terbesar kedua di Italia.

Sejarah Masjid Agung Roma

Sebagaimana disebutkan dalam laporan ahir arsitek sekaligus konsultan pembangunan Masjid Agung Roma, Sami Maosawi untuk Aga Khan Award for Architecture pada tanggal 6 Januari 1998, pembangunan Masjid Agung Roma merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi muslim Roma begitupun bagi para pembangunnya, mengingat signifikansi sejarah kota Roma hingga menyangkut masalah sosial dan politik disana, menjadikan pembangunan masjid ini menyita begitu banyak perhatian dari berbagai pihak baik yang pro maupun konta.


Keseluruhan proses pembangunan masjid ini bahkan memakan waktu begitu lama hingga mencapai 20 tahun, sejak pertama digulirkan tahun 1975 sampai ahirnya benar benar berdiri di tahun 1995 lalu. Sampai sampai proses perencanaan, pembangunan hingga peresmian masjid ini menjadi salah satu bangunan yang paling banyak menyita publikasi dunia di abad ke 20.

Sebelum masjid Roma dibangun, komunitas muslim di Kota Roma melaksanakan aktivitas sholat berjama’ah di gedung gedung apartemen sewaan untuk termasuk untuk kegiatan kegiatan budaya. Sebuah cerita yang berkembang di tengah masyarakat dalam periode 1920-an ketika Mussolini di tanyakan tentang kemungkinan untuk membangun masjid di kota Roma, Mussolini yang memang biangnya rasisme itu menjawab “bila mereka mengizinkan saya membangun gereja di kota Mekah, maka saya akan setuju (mereka membangun masjid di kota Roma)”.

Menlu Italia Gianfranco Fini (kiri) 
disambut oleh tokoh muslim
saat beliau mengunjungi Masjid
Agung Roma 18/2/2006

Islamic Center Roma kemudian dibentuk tahun 1959 dan upaya memberikan sarana bagi muslim yang tinggal di Roma serta berupaya mewujudkan kebutuhan tempat ibadah permanen bagi kelompok kelompok jemaah muslim disana. Menyadari begitu tingginya kebutuhan bagi kehadiran masjid di kota Roma, Tahta Suci Vatikan kemudian mengeluarkan Dekrit tahun 1963 yang menyatakan dengan tegas bahwa Vatikan tidak menentang pembangunan masjid di kota Roma sepanjang bangunan masjid tersebut dibangun dilokasi yang tidak terlihat dari Basilika Santo Petrus, serta menaranya tidak lebih tinggi dari kubah Santo Petrus. Dan kemudian Islamic Cultural Center Italia pun dibentuk secara resmi tahun 1966 disahkan dengan dekrit presiden.

Keinginan untuk membangun masjid di kota Roma semakin menguat di tahun 1972. Duta besar dan perwakilan berbagai negara islam di Italia bersama sama dengan perwakilan komunitas muslim setempat melakukan pendekatan kepada presiden Italia bagi pembangunan Masjid Agung Roma / Centro Islamico Culturale d’Italia di kota tua Roma. Tujuan utama dari pembangunan pusat kebudayaan Islam tersebut juga dimaksudkan sebagai sarana bagi forum dialog internasional yang menjembatani Islam dengan dunia barat.

Kubah utama Masjid Agung Roma

Di tahun 1975, atas nama pemerintah Italia, dewan kota Roma menghibahkan lahan seluas 30 ribu meter persegi bagi pembangunan Masjid dan Pusat kebudayaan Islam kota Roma. Lahan tersebut berlokasi di kaki gunung Antenne berbatasan dengan jalur kereta api di salah satu sisi lahannya dan ruas jalan Via G Pezzana di sisi lain nya. Di tahun yang sama Dewan direktur Pusat Kebudayaan Islam menyelenggarakan Kompetisi Internasional bekerjasama dengan dewan juri yang memiliki pengalaman internasional terkait Arsitektur dan budaya Islam. Dari 42 peserta kompetisi tersebut terpilih hasil rancangan Arsitek Irak Sami Mousawi dan Firma Arsitek milik Paolo Porotgeshi / Vittorio Gigliotti.

Dewan Direktur kemudian meminta kedua firma Arsitek tersebut untuk bekerjasama merancang merancang proyek pembangunan Masjid Agung dan Pusat Kebudayan Islam Roma. Hasil rancangan kedua firma arsitek kawakan tersebut disetujui oleh Dewan Direktur Pusat Kebudayaan Islam pada bulan Oktober 1976. Di bulan Februari 1979 rancangan ahir masjid tersebut disetujui oleh dewan kota Roma dengan berbagai perubahan termasuk mengurangi luasan ruang sholat utama, mengurangi ukuran kubah utama yang ahirnya dibuat sebuah kubah utama yang dikelilingi rangkaian kubah kubah kecil.

Kepala Rabi kota Roma
Riccardo Shmuel Di Segni
dalam sebuah kunjungan
ke Masjid Agung Roma
13/03/2006 
Keseluruhan dokumentasi tender proyek pembangunan sudah diselesaikan oleh dua firma tersebut dan seyogyanya proses pembangunan dimulai pada bulan Juli 1979 namun kemudian dibatalkan karena berbagai alasan sosial dan politik. Pengajuan ulang kepada dewan kota dilakukan lagi pada tahun 1983 dengan (lagi lagi) berbagai revisi rancangan termasuk pengurangan tinggi menara dan ahirnya disetujui oleh dewan kota Roma. Proses pembangunan mulai dilaksanakan pada 11 Desember 1984 ditandai dengan upacara peletakan batu pertama oleh Presiden Italia (saat itu), Alessandro Pertini. Kontrak pembangunan diserahkan kepada kontraktor di kota Roma, Fortunato Federici.

Paolo Portoghessi/vittorio Gigliotti ditunjuk ulang sebagai pengawas pelaksanaan pembangunan sedangkan Sami Maosawi bertindak sebagai konsultan. Keseluruhan proses pembangunan selesai dilaksanakan pada bulan Januari 1995. Keseluruhan proyek pembangunan tersebut menghabiskan dana sebesar L 59 Milyar Lira Italia atau sekitar L 3 juta Lira untuk setiap meter perseginya.

Keseluruhan dana pembangunan tersebut ditanggung bersama 24 negara Islam yaitu : Algeria, Uni Emirat Arab, Bahrain, Bangladesh, Brunei, Mesir, Indonesia, Iraq, Jordania, Kuwait, Libya, Malaysia, Mauritania, Maroko, Oman, Pakistan, Qatar, Saudi Arabia, Senegal, Sudan, Tunisia, Turki, dan Yemen. Saudi Arabia memberikan kontribusi terbesar bagi pendanaan proyek pembangunan tersebut. Upacara peresmian dilaksanakan pada 23 Muhharam 1416 H atau bertepatan dengan tanggal 21 Juni 1995 dihadiri oleh Presiden Italia Oscar Luigi Scalfaro, ummat Islam dan tokoh masyarakat Roma, serta perwakilan negara negara Islam yang ada di Italia.

Arsitektural Masjid Agung Roma

Masjid Agung Roma dari Udara

Hasil rancangan ahir Pusat Kebudayaan Islam tersebut terdiri dari sebuah komplek bangunan lengkap dengan Masjid Jami’ yang di rancang berdiri sepanjang sisi ruas jalan Via G. Pezzana dengan daya tampung 2500 jemaah. Dilengkapi dengan berbagai fasilitas lengkap sebagai Pusat Kebudayaan Islam termasuk didalamnya ruang sholat kecil untuk keperluan sehari hari, perpustakaan berisikan buku buku Islam, auditorium berkapasitas 400 tempat duduk, ruang pameran, ruang resepsi, ruang konfrensi serta ruang administrasi.

Keseluruhan Fasilitas Pusat Kebudayaan Islam ini dibangun berupa bangunan gedung memanjang dua lajur di belakang bangunan masjid menghasilkan garis latar horizontal antara masjid Gunung Monte Antenne. Dua garis tersebut kemudian menumpuk untuk mengakomodir sisi sisi lengkungan kubah dan bangunan masjid, dan di lengkapi dengan halaman tengah diantara keduanya. Sisa lahannya yang luas di gunakan sebagai lahan parkir dan area taman yang kemudian juga ditanami dengan 100 batang pohon Pinus Roma yang di budidayakan dewan kota Roma dari Gunung Monte Antenne.

Sitem pencahayaan alami di dalam masjid agung Roma menjadi salah satu nafas rancangan Porttogeshi dan Sami Masauwi 

Berbagai teknik pengerjaan bangunan di aplikan dalam pembangunan komplek Masjid Agung ini termasuk terknik teknik yang biasa digunakan dalam pembangunan Mausoleom Romawi dan bagian dari Antonio da Sangello di Istana Farnese dan Oratorio di S. Filippo O Neri oleh Borromini, teknik ini dipilih karena keterikatan sejararahnya dengan kota Roma, begitu pula dengan tampilan elegan nya. Garis garis tegas melintang pada jendela dan atap atap yang mengerucut melengkapi intergrasi kontekstual keseluruhan komplek pusat kebudayaan Islam ini.

Bangunan masjid yang menjadi focal point dari komplek ini dibangun berdenah segi empat sebagai sebuah aula besar dengan kubah utama, dengan beberapa lorong dan pekarangan luar yang digunakan sebagai penghubung antara ruang sholat utama dengan aktivitas kebudayaan di sekitarnya. Dalam sebuah simposium tentang arsitektural Italia terkini yang diselenggarakan di London pada tahun 1991, Potoghesi menjelaskan konsep tak biasa yang dipakainya dalam merancanga pilar pilar di Masjid Agung Roma.

Simbolik pepohonan dengan rangkaian batang dan ranting benar benar tercermin dalam interior Masjid Agung Roma, Pertemuan masing masing ujung dahan yang kemudian membentuk kanopi  sebagai bentuk begitu beragam nya ummat Islam dunia namun dalam satu nafas islam 

Portoghesi merasa bahwa tak ada simbol lain yang teramat kuat untuk dapat mengekspresikan integritas keberagaman Islam selain menyimbolkannya dalam bentuk batang pohon, dahan, cabang serta dedaunan pepohonan. Sebagaimana islam yang ada di berbagai negara di belahan bumi manapun dengan segala macam keberagamannya namun tetap satu sebagai satu kesatuan.

Rangkaian pilar di dalam Masjid Agung Roma ini seolah olah sebagai deretan pohon pohon kurma dengan pelepah pelepahnya yang menjulur lalu daun daunnya yang kemudian membentuk sebuah kanopi melindungi bagian bawahnya dari sinar matahari. Rangkuman dedaunan yang membetuk kanopi tersebut menyatu menjadi sebuah kubah besar yang kemudian di bangun dengan teknik yang sama dengan pembangunan sebuah teknik pembangunan gedung gedung zaman Romawi Kuno.

Muslimah yang sedang berkumpul di Masjid Agung Roma di Bulan Romadhon, 5 September 2008 

Beberapa penulis bahkan mengasosiasikan rancangan pilar pilar di masjid ini sebagai tangan tangan yang sedang menengadah ke atas. Bila diperhatikan dengan seksama sisi atas pilar pilar tersebut memang terkesan seperti dua belah tangan yang sedang menengadah ke atas layaknya doa tangan hamba yang sedang berdoa.

Masjid Agung Roma Dalam Angka

Luas lahan 29.915 meter persegi
Luas Bangunan : 19.708 meter persegi
Islamic Center : 19.592 meter persegi
Bangunan tambahan : 3.116 meter persegi
Dana Pembangunan : 15 Milyar Lira Italia
Kapasitas Ruang Sholat Utama : 2000 Jemaah
Kapasitas Ruang Sholat khusus wanita : 500 jema’ah
Kapasitas Ruang Konfrensi : 400 tempat duduk
Kapasitas Raung Banquet : 250 orang
Kapasitas Ruang Mushola : 150 jemaah

Aktivitas Masjid Agung Roma

Rangkaian interior di bawah kubah utama Masjid Agung Roma yang membentuk bintang segi delapan ini yang kemudian dijadikan Logo Masjid Agung Roma 

Komplek masjid dan Islamic Cultural Center Roma ini memang sengaja drancang bagi muslim kota Roma dari berbagai latar belakang. Pada saat dibangun komplek ini disediakan bagi muslim disana yang diperkiarakan mencapai 20 ribu jiwa namun sayangnya tidak ada angka akurat terkait jumlah muslim disana, namun yang sudah terjadi di tiap pelaksanaan sholat hari Raya di komplek ini dihari oleh lebih dari 15 ribu jemaah hingga sholat terpaksa dilaksanakan dalam tiga gelombang.

Sekelompok kecil komunitas muslim kota Roma termasuk korp diplomatic dan para perwakilan Negara Negara sahabat untuk Italia dan Vatikan. Setidaknya adalah 23 negara yang turut ambil bagian dalam pendanaan pembangunan masjid ini. duta besar Negara negar Islam menempati 11 dari 13 kursi dewan administrasi Masjid dan Pusat Kebudayaan Islam tersebut, dan dua kursi sekretaris Jenderal dijabat oleh perwakilan Persatuan Mahasiswa Muslim di Italia.

Masjid Agung Roma dari Arah Pelataran

Kelompok muslim kedua yang tak kalah penting adalah terdiri dari para mahasiswa dari berbagai Negara Islam yang sedang menuntut ilmu di Italia, sedangkan kelompok ketiga adalah para pekerja muslim dari berbagai Negara Islam yang bekerja di Kota Roma. Rata rata mereka berpenghasilan rendah datang dari Maroko, Mesir, Senegal, Bangladesh, Albania dan Bosnia-Herzegovina. Dengan mempertimbangkan kelompok muslim kedua dan ketiga ini yang memiliki jumlah paling banyak, sangat jelas bahwa jemaah yang datang ke Masjid Agung Roma paling banyak dari kaum muda muslim kota Roma.

Sebagai tambahan bahwa pusat kebudayaan Islam dan Masjid Agung Roma telah menjadi sebuah etalase yang dengannya warga kota Roma dapat mengerti dan memahami atau setidaknya mendapatkan imformasi tentang Islam sebagai sebuah agama dan Peradaban. Masjid dan Pusat Kebudayaan Roma terbuka untuk kunjungan umum dua kali dalam sepekan dengan tingkat kunjungan mencapai dua ribu hingga tiga ribu pengunjung perbulan. Komplek ini juga telah menjadi salah satu tujuan wisata penting kota Roma dan sudah dimasukkan dalam peta panduan Wisata resmi kota Roma seperti pada the Michelin Tourist Guide.

Sebagian penulis menyebut bentuk atas pilar di masjid Agung Roma ini sebagai simbolisasi tangan tangan hamda Allah yang sedang menengadah

Sambutan Warga Setempat

Pada mulanya warga kelas menengah ke atas pemukim di sekitar lokasi masjid Agung Roma, menolak dengan keras kehadiran pusat Islam ini di lingkungan mereka,namun seiring dengan berjalannya waktu warga setempat kini tidak saja telah menerima dengan baik kehadiran Masjid disana namun juga telah berkembang menjadi sebuah rasa kebanggaan baru atas kehadirannya. Sebagaimana dimuat dalam majalah lokal Parioli Pocket terbitan 15 Oktober 1992 mempublikasikan artikel yang sangat positif terkait keberadaan Masjid dan Pusat Kebudayaan Islam di lingkungan mereka. Dan faktanya bahwa Masjid Agung Roma telah menjadi salah satu monument utama yang pernah dibangun di kota Roma selama kurun waktu beberapa dekade ini.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA