Jumat, 13 Juli 2012

Masjid Agung Al-Fateh, Manama – Bahrain (Bagian II)

Masjid Agung Al-Fateh, Manama, Bahrain

Arsitektural Masjid Agung Al-Fateh

Sedangkan interior masjid dihias dengan lukisan kaligrafi dengan fola Kufi yang merupakan salah satu fola penulisan kaligrafi tertua di dunia. Masjid Agung Al-Fateh dibangun oleh mendiang Sheikh Isa ibn Salman Al Khalifa ditahun 1987 dan dinamai sesuai dengan nama dari Ahmed Al Fateh, sang penakluk Bahrain. Sejak tahun 2006, Masjid Agung Al-Fateh juga menjadi tempat bagi Perpustakaan Nasional Bahrain (National Library of Bahrain).

Seni Arsitektural Islami di Masjid Al-Fateh

Watak dari seni Islami berfokus kepada penggambaran pola pola tertentu dan kaligrafi arab, dan menghindari bentuk bentuk figure tertentu karena penggambaran figure manusia dalam seni ditakutkan akan menggiring kepada pengkultusan dan menggiring kepada kesyrikan. Demikian pula dengan seni islami yang di aplikasikan pada masjid Agung Al-Fateh di kota Manama ini, yang di dominasi oleh bentuk bentuk geometris dan pengulangan bentuk bentuk yang sudah ada serta seni Kaligrafi.

Area Sahn Masjid Agung Al-Fateh, Manama

Bentuk Bentuk Geometris

Pola geometris mendominasi wajah masjid Agung Al-Fateh, mulai dari lantai pualamnya, karpet, dinding, hingga pintu dan jendela, meskipun sebenarnya karya seni pola geometris ini awalnya bukanlah bagian dari seni Islam, namun fakta bahwa seni merupakan bentuk ekspresi tidak dapat dipungkiri, interprestasi yang paling lumrah dari pola pola tersebut adalah bahwa “Tuhan yang maha kuasa memiliki kekuasaan yang tak terbatas, disimbolkan dalam pola geometri dengan pengulangan  pola geometris awal disusul yang berikutnya begitu seterusnya”.

Kaligrafi

Kaligrafi bagi seorang muslim merupakan bentuk ekspresi visual dalam konsep spiritual dengan mengambil ayat ayat suci Al-Qur’an sebagai materi utama, memainkan peran penting dalam melestarikan bahasa Arab Al-Qur’an ke dalam arsitektural Islam. Seni penulisan kaligrafi bergaya Kufi merupakan salah satu karya seni kaligrafi paling tua yang masih eksis dan menjadi rujukan utama bagi para kaligrafer dunia termasuk yang dikembangkan dan di gunakan di Masjid Agung Al-Fateh ini.

Ornamen indah di dalam kubah masjid Agung Al-Fateh, Manama, kaligrafi Kufi di ukir melingkar  pada cincin dalam kubah. 

Istilah Kufi diambil dari nama kota Kufa di Iraq, meskipun seni penulisan hurup arab jenis tersebut telah dikenal sejak zaman Mesopotamia setidaknya 100 tahun sebelum berdirinya kota Kufa. Seni Kufi terdiri dari garis garis lurus dan sudut, seringkali dengan persilangan horizontal dan vertical, jenis seni ini yang digunakan dalam penulisan Al-Qur’an untuk pertama kali ketika dibukukan sebagai sebuah mushaf. Hurup hurup itu masih digunakan di berbagai dunia islam melalui perjalanan panjang dan pada ahirnya melahirkan perbedaan diberbagai daerah.

Mihrab

Mimbar pada prinsipnya adalah sebuah ruang kecil di sisi kiblat sebuah masjid tempat khusus bagi imam saat memimpin sholat berjamaah. Mimbar di masjid Agung Al-Fateh dibuat seperti kebanyakan mimbar mimbar masjid Timur Tengah dengan  bentuk setengah lingkaran dengan tujuan agar suara imam memantul ke seantero ruangan. Mihrab di masjid ini hanya dipakai dalam sholat fardhu Jum’at dan dua hari raya. Di hari biasa disediakan tempat lebih ke tengah ruangan berupa bentuk mihrab movable dari kayu berukir.

Interior ruang utama masjid Agung Al-Fateh dengan lampu gantung utamanya, hamparan karpet yang dipesan khusus dari Eropa untuk memadukan warnanya dengan keseluruhan warna interior, mimbar dan Mihrab utama di sisi kiblat, dan mimbar dan sajadah imam di tengah ruang sholat untuk sholat harian.

Mimbar

Mimbar di zaman Rosullulloh S.A.W berupa landasan dengan tiga anak tangga tempat  beliau menyampaikan khutbah. Dalam perkembangan selanjutnya mimbar berkembang sedemikian rupa dalam berbagai bentuk meski memiliki fungsi yang sama sebagai tempat khatib menyampaikan khutbah. Fungsi utama dari sebuah mimbar adalah memberikan tempat yang lebih tinggi bagi khatib saat menyampaikan khutbah agar terlihat dengan mudah oleh jemaah yang hadir dari segala penjuru.

Mimbar di Masjid Agung Al-Fateh dibuat dari kayu berukir dengan ukuran cukup tinggi. Tangga mimbar tidak diletakkan di sisi depan seperti kebanyakan mimbar di masjid masjid Mesir tapi di sisi samping mihrab, sedangkan sisi depan mihrab yang menhadap ke jemaah justru dipasang pagar berukir setinggi pinggang. Tempat diletakkannya perangkat microphone.

Mimbar Masjid Agung Al-Fateh

Menara Masjid Agung Al-Fateh

Selain kubah besar, fitur utama lain nya di masjid Al-fateh adalah bangunan menara kembarnya yang dibangun setinggi meter (230 kaki) dari permukaan terendah tempatnya berdiri. Menara pada prinsipnya memiliki dua fungsi utama yakni sebagai tempat muazin mengumandangkan azan di balkoni menara, dan, tentu saja sebagai salah satu penanda atau landmark. Seiring dengan ditemukannya teknologi pengeras suara, tak ada lagi muazin yang memanjat ke puncak menara untuk menyampaikan azan. Azan dikumandangkan dari dalam masjid dan diteruskan ke perangkat pengeras suara di menara dan seantero masjid.

Sahn / Courtyard / Halaman Tengah

Sahn dalam istilah arsitektural Islam adalah sebuah courtyard atau halaman tengah. Aslinya Sahn digunakan pada bangunan hunian, kebanyakan digunakan pada bangunan istana dan hunian sebagai semuan taman pribadi sang pemilik. Dalam perkembangannya Sahn digunakan diberbagai bangunan. Penggunaan Sahn dalam dunia arsitektur lebih kepada fungsionalnya sebagai ruang terbuka bagi sebuah komplek bangunan untuk memberikan ruang bagi fungsi ventilasi bangunan.

salah satu sudut Sahn di Masjid Agung Al-Fateh

Sahn secar berkelanjutan digunakan dalam dunia arsitektural hingga pertengahan abad ke 20, ketika arsitektural modern mula menggunakannya pada hampir semua bangunan publik selain bangunan hunian. Di berbagai masjid sahn dipadu dengan dengan arkade disekelilingnya, memberikan keindahan tersendiri bagi induk bangunan, seperti yang terdapat pada Masjid Agung Al-Fateh.

Kubah Masjid Agung Al-Fateh

Kubah telah menjadi bagian tak terpisahkan bagi wujud sebuah masjid secara universal, setidaknya sejak abad ke 12 yang lalu. Kubah menjadi salah satu fitur dominan dari sebuah masjid dan biasa dirancang dalam  bentuk yang besar, tinggi dan dominan. Kubah masjid Agung Al-Fateh dibangun setinggi 40 meter (132 kaki) dari permukaan lantai dan berdiameter 25 meter. Sejak masa lalu kubah dibangun dengan bukaan yang tinggi dan jendela besar guna memberikan keleluasaan bagi ventilasi udara dan cahaya ke dalam masjid, kubah dengan kaidah seperti itu pertama kali digunakan dalam arsitektural Islam di tahun 691 pada bangunan masjid Kubah Batu / Kubah Mas / Dome of the Rock / Qubatus Shakrah di Al-Quds (Jerusalem) – Palestina.

Ornament dalam kubah Masjid Agung Al-Fateh ) 

Kubah besar di puncak atap masjid Agung Al-fateh keseluruhannya dibuat dari bahan fiberglass seberat 60 ton dan menjadikannya sebagai kubah terbesar di dunia yang terbuat dari bahan fiberglass. Kubah masjid Al-fateh juga dilengkapi dengan 12 jendela kaca anti noda. Sisi bagian dalam kubah di lukis dengan pola geometris membentuk pola seperti bunga merekah pada sisi tengahnya dalam balutan warna warna cerah. Keindahan sisi dalam kubah besar ini dipercantik dengan serangkaian kaligrafi Kufi melingkar dibagian dalam cincin kubah.

Lampu Gantung Masjid Agung Al-Fateh

Lampu gantung di ruang utama Masjid Agung Al-Fateh menyerupai beberapa masjid utama di Istanbul – Turki berupa satu lampu gantung utama berukuran besar dikelilingi sebuah struktur metal berukuran besar dengan melingkar diatas ruang utama dengan lampu gantung utama ditengahnya. Pada struktur melingkar itu digantung sederetan lampu lampu kaca tiup berukuran kecil memberikan pemandangan klasik di dalam ruang utama.

Sebelum dan Sesudah ::: Masjid Agung Al-Fateh saat sedang dibangun dan saat setelah selesai. foto dari situs resmi Masjid Al-Fateh

Selain di ruang utama, ruang ruang yang lain di masjid ini juga dihias dengan lampu lampu gantung kaca tiup Austria yang dirangkai pada sebuah rangka metal digantung di berbagai sudut ruang termasuk di lantai dua masjid. Benar benar unik dan klasik, mengingat sudah sangat jarang masjid masjid baru yang menggunakan lampu gantung jenis ini.

Perpustakaan Ahmed Al-Fateh

Perpustakaan Ahmed Al-Fateh memiliki koleksi sekitar 7000 judul buku, beberapa diantaranya sudah berusia lebih dari 100 tahun. Termasuk di dalamnya adalah salinan dari buku buku hadist kuno, Ensiklopedia bahasa Arab, Ensiklopedia hukum Islam, pustaka pustaka terbitan Al-Azhar terbitan lebih dari seratus tahun lalu termasuk juga majalah majalah dan sejumlah terbitan berkala lain nya.

Lampu gantung di lantai dua Masjid Agung Al-Fateh

Tujuan Wisata Rohani

Selain sebagai tempat ibadah Masjid Agung Al-Fateh telah menjadi salah satu tujuan wisata utama di Bahrain, terutama sebagai objek wisata rohani. Masjid ini melayani kunjungan wisata dari pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore. Pengunjung dalam rombongan ditemani oleh pemandu yang menjelaskan detil masjid ini dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Inggris, Prancis, Fhilipina dan Rusia. Dan tentu saja masjid ditutup untuk semua kunjungan wisata pada waktu waktu sholat, Hari Jum’at dan hari hari libur nasional.

Kembali ke BAGIAN I

Ruang Utama masjid Agung Al-Fateh
Area Sahn Masjid Agung Al-Fateh
Pengunjung di masjid Agung AL-Fateh dari berbagai negara
Lampu Gantung utama di ruang utama Masjid Agung Al-Fateh


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA