Kamis, 16 Agustus 2012

Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh, Aceh Barat

Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Propinsi Nangroe Aceh Darussalam 

Masjid Termegah di Pantai Barat Aceh

Meulaboh merupakan kota kelahiran pahlawan nasional Teuku Umar Johan Pahlawan, di kota ini kini berdiri megah Masjid Agung Baitul Makmur yang merupakan salah satu masjid terbesar dan termegah di pantai barat Nangroe Aceh Darussalam. Masjid yang sangat menonjol dengan perpaduan arsitektur Timur Tengah, Asia, dan Aceh ini dibalut dengan warna cokelat cerah dikombinasikan dengan warna merah bata di kubah masjid. Masjid Agung Baitul Makmur diresmikan tanggal 1 Juni 1999 dengan daya tampung mencapai 7000 jemaah sekaligus, dan terus mengalami penyempurnaan dan perluasan hingga mencapai bentuknya seperti saat ini.

Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh ini sempat menjadi titik berkumpul warga Meulaboh saat terjadi peristiwa gempa dan tsunami di Aceh 26 Desember 2004 lalu dan juga menjadi dropping point bahan makanan dan bantuan kemanusian dari udara melalui helikopter yang mendarat di halaman masjid Baitul Makmur. Masjid Agung Baitul Makmur ini disebut sebut sebagai salah satu dari 100 masjid terindah di Indonesia dalam buku yang disusun oleh Teddy Tjokrosaputro & Aryananda terbitan PT Andalan Media, Agustus 2011.

Lokasi dan Alamat Masjid Baitur Makmur

Masjid Agung Baitur Makmur
Jl.Imam Bonjol No. 100 Desa Seuneubok
Kecamatan Johan Pahlawan, Kota Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat
Propinsi Nangroe Aceh Darussalam - Indonesia


Letak Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh ini sangat strategis karena berada di persimpangan yang membelah beberapa kabupaten. Bagian timur masjid terletak di persimpangan Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Barat Daya, masing-masing menuju Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Aceh Selatan atau Singkil. Di sebelah barat terdapat persimpangan Aceh Jaya menuju Banda Aceh, sementara di bagian selatan diapit Lautan Hindia dengan pelabuhan kota Meulaboh menuju Kabupaten Simeulu.

Sejarah singkat Kota Meulaboh

Meulaboh adalah ibu kota Kabupaten Aceh Barat, Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Berada sekitar 175 km sebelah tenggara Kota Banda Aceh. Meulaboh adalah kota kelahiran Pahlawan Nasional Teuku Umar Johan Pahlawan. Meulaboh merupakan kota terbesar di pesisir barat Aceh dan salah satu area terparah akibat bencana tsunami yang dipicu oleh gempa bumi Samudra Hindia 26 Desember 2004.

7 Januari 2005 di Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh ::: Sebuah Helikopter HH-60H Seahawk dari skuadron helikopter anti kapal selam “Golden Falcons” (HS-2), mengirimkan bantuan kepada masyarakat Meulaboh di halaman Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh paska bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh 26 Desember 2004. Helikopter ini merupakan bagian dari Carrier Air Wing Two (CVW-2) kapal induk USS Abraham Lincoln (CVN 72) yang ditugaskan dalam misi kemanusiaan di Aceh. Kapal induk ini lego jangkar di Samudera Hindia lepas pantai perairan Indonesia dan Thailand. Foto ini sendiri direkam oleh anggota AL Amerika yang sedang bertugas dalam misi tersebut.

Meulaboh dahulu dikenal sebagai Negeri Pasi Karam, nama yang kemungkinan ada kaitannya dengan peristiwa terjadinya tsunami di Kota Meulaboh pada masa lalu, dan terulang pada tanggal 26 Desember 2004 lalu. Meulaboh sudah ada sejak 4 abad di masa kekuasaan Sultan Sultan Saidil Mukamil (1588-1604) naik tahta di Kesultanan Aceh. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636), Mulai dibuka perkebunan merica, di Meulaboh tapi belum dapat menandingi Negeri Singkil yang banyak disinggahi kapal dagang untuk memuat kemenyan dan kapur barus. Dimasa pemerintahan Sultan Djamalul Alam perkebunan merica diperluas dan  untuk mengelola kebun-kebun itu didatangkan orang-orang dari Pidie dan Aceh Besar.

Meulaboh didirikan oleh tiga orang Datuk yang kemudian menghadap Sultan Aceh, Mahmudsyah (1830-1839) untuk memperkenalkan diri dengan membawa satu botol mas urai sebagai buah tangan. Mereka meminta kepada raja Aceh agar memberikan batas-batas negeri mereka. Permintaan itu dikabulkan, Raja Alam Song Song Buluh kemudian diangkat menjadi Uleebalang (hulubalang) Meulaboh dengan ketentuan wajib mengantar upeti tiap tahun kepada bendahara kerajaan.

rancangan Timur Tengah di Meulaboh ::: kubah masjid dengan warna nya yang cerah serta bentuknya itu mengingatkan kita pada bangunan bangunan di dongeng 1001 malam yang bertebaran di seantero kota Bagdad, nuansa Timur Tengah memang sangat kental di masjid ini.

Secara berturut turut kemudian Sultan Aceh menempatkan wakilnya di Meulaboh atas permintaan para Hulubalang di Meulaboh, mulai dari masa pemerintahan Sultan Ali Iskandar Syah (1829-1841) yang menempatkan Wazir Teuku Tjiek Lila Perkasa, sebagai wakil Sultan penerima upeti. Menyusul kemudian ditempatkan Penghulu Sidik Lila Digahara menjadi penghulu Meulaboh pertama untuk mengurusi perkara adat dan pelanggaran dalam negeri. Dan terahir ditempatkan Teuku Tjut Din seorang ulama besar bergelar Almuktasim-billah sebagai Kadhi kesultanan Aceh di Meulaboh.

Meulaboh kemudian masuk dalam Federasi Kaway XVI, sebuah fedrasi yang dibentuk oleh enam belas Uleebalang, yaitu Uleebalang Tanjong, Ujong Kala, Seunagan, Teuripa, Woyla, Peureumbeu, Gunoeng Meuh, Kuala Meureuboe, Ranto Panyang, Reudeub, Lango Tangkadeuen, Keuntjo, Gume/Mugo, Tadu, serta Seuneu’am, yang diketuai oleh Ulee Balang Ujong Kalak.

Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh dirancang dengan multi dome, dengan bentuk kubah yang serupa dan seirama. dua menara tingginya itu dibangun belakangan.  

Silsilah Raja Meulaboh

Raja-raja yang pernah bertahta di kehulu-balangan Kaway XVI hanya dapat dilacak dari T. Tjik Pho Rahman, lalu digantikan anaknya yang bernama T.Tjik Masaid, hingga ke hulubalang terahir-nya, T.Tjiek Ali Akbar yang dibunuh oleh pasukan Jepang bersama dengan Teuku Ben, Keujreun Polem. Jenazah kedua tokoh Meulaboh tersebut baru ditemukan tahun 1978 di bekas Tangsi Belanda (sekarang menjadi Asrama tentara Desa Suak Indrapuri). Setelah itu Meulaboh diperintah para Wedana dan para Bupati sebelum kemudian pecah menjadi kabupaten Aceh Selatan, Simeulue, Nagan Raya, dan Aceh Jaya.

Arsitekrural Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh

Ciri khas masjid yang dapat dilihat secara kasatmata adalah tiga kubah utama yang diapit dua kubah menara air berukuran lebih kecil. Bentuk kepala semua kubah sama, yakni bulat berujung lancip, khas paduan arsitektur Timur Tengah dan Asia. Masjid juga dilengkapi dua menara baru di sisi mihrab. Masjid Agung Baitul Makmur juga dilengkapi dengan gerbang masjid yang berdiri sendiri dengan jarak beberapa meter dari masjid.

Bangunan Gerbang utama masjid khas Asia Tengah digunakan di Masjid Agung Baitul Makmur ini menghadirkan keindahan tembahan untuk keseluruhan masjid Baitul Makmur, sementara rancangan lengkungan khas Andalusia mendominasi interior masjid. Sentuhan budaya Aceh dapat dirasakan pada seni ukir dan detil ornamen interior masjid ini.

Di dalam masjid terlihat dua konsep ruang yang berbeda. Pertama, pengunjung disambut oleh ruangan yang memiliki banyak tiang penyangga lantai dua. Di bagian tengah terdapat ruang lapang yang terasa sangat lega dengan ornamen lampu hias menggantung di tengah ruangan. Inspirasi gaya Timur Tengah terlihat dari bentuk mihrab yang didominasi warna cokelat dan nuansa keemasan khas material perunggu dengan ornamen khas Islam.

Selain sebagai tempat ibadah, masjid memiliki fungsi pendidikan, lengkap dengan Madrasah Tsanawiyah, Ibtidaiyyah, Dinniyyah, TK Al-Quran. Masjid Agung Baitul Makmur diresmikan tanggal 1 Juni 1999 dengan daya tampung mencapai 7000 jemaah sekaligus. Bangunan Masjid Agung Baitul Makmur ini seluas 3500 meter persegi di atas lahan seluas 6000 meter persegi. Proses rancang bangun-nya ditangani oleh arsitek Ir. Alwin dan Profesor Dr. H. Idris.***

2 komentar:

  1. semoga masjidnya membawa barokaah... amin..

    BalasHapus
  2. Jazakumullah khoir, artikelnya sangat bermanfaat sekali.


    Salam kenal dari kami PabrikJamMasjid.com PabrikJamMasjid.com

    BalasHapus

Dilarang berkomentar berbau SARA