Kamis, 21 Februari 2013

Masjid Sheikh Ibrahim Al-Ibrahim, Caracas - Venezuela

Masjid Ibrahim Al-Ibrahim di kota Caracas ini berdiri tak jauh dari Gereja Katedral Katholik Roma dan Synagog Yahudi. menjadi simbol toleransi beragama di negara tersebut.

Masjid Sheikh Ibrahim Al-Ibrahim adalah masjid terbesar Venezuela sekaligus terbesar- kedua di kawasan Amerika Latin setelah Masjid dan Islamic Center King Fahd di Buenos Aires, Argentina. Masjid yang dibangun oleh Sheikh Ibrahim Bin Abdul Aziz dari Saudi Arabia ini dinamai sesuai dengan nama pembangunnya. Mulai dibangun tahun 1989 dan selesai tahun 1993.

Sejak selesai dibangun, tak pelak lagi menara masjid ini yang menjulang setinggi 113 meter memberikan warna tersendiri bagi wajah kota Caracas, Ibukota Venezuela, menegaskan kehadiran Islam di negara yang dipimpin oleh Hugo Chávez, satu dari sedikit pemimpin dunia yang dengan berani secara terbuka menentang hegemoni Amerika Serikat. Salah kebijakannya yang bersinggungan langsung dengan kepentingan Amerika adalah langkah besarnya menasionalisasi perusahaan perusahaan minyak milik Amerika yang beroperasi di wilayah Venezuela.

Menaranya yang menjulang lebih dari seratur meter menghadirkan pemandangan tersendiri diantara bangunan bangunan pencakar langit di kota Caracas. Menara Masjid ini menjadi menara masjid tertinggi di seluruh kawasan Amerika Latin.

Kepesertaan Venezuela dalam organisasi negara negara pengekspor minyak yang di dominasi oleh dunia Arab di Timur Tengah memberikan peluang besar bagi perkembangan Islam di negara tersebut. Tak mengherankan bila kemudian di kota Caracas hadir sebuah bangunan masjid megah bergaya Arabia yang dibangun oleh keluarga kerajaan Saudi Arabia.

Sheikh Ibrahim Mosque
Calle Real de Quebrada Honda,Los Caobos, A.P. 52106 Sabana Grande,
Caracas, 1050, VENEZUELA

 

Lokasi masjid ini berada di Distrik El Recreo di kota Caracas. Mulai bangun tahun 1989 oleh Sheikh Ibrahim Bin Abdulaziz merujuk kepada hasil rancangan dari arsitek Zuhe Fayez, dan selesai dibangun tahun 1993. Bangunan masjid ini berdiri di atas lahan seluas 5000 m² Lengkap dengan menara setinggi 113 meter, menjadikannya sebagai menara masjid tertinggi di Amerika Latin. Kubah besar tunggalnya itu setinggi 23 meter. Dan keseluruhan bangunan masjid ini mampu menampung 3500 jemaah sekaligus.

Korban Perampokan

Masjid terbesar di Venezuela ini sempat menjadi korban peramporan oleh para penjarah sebagaimana dilaporkan oleh pengurus masjid ini. para perampok tersebut menjarah perangkat computer dan melakukan pengrusakan serta penistaan kitab suci yang tersimpan di dalam ruang administrasi masjid tersebut. Pengurus masjid dan pemuka muslim setempat menekan pihak berwenang untuk memberikan perlindungan lebih terhadap tempat tempat ibadah mengingat kejadian tersebut bukan yang pertama terjadi.

Tak salah bila disebut bahwa menara masjid ini mendominasi pemandangan dikawasan ditempatnya berdiri. Ditambah dengan kubahnya yang begitu menonjol menghadirkan pemandangan tak biasa di ibukota negara dengan mayoritas penduduknya beragama Katholik Roma tersebut.

Area masjid ini menempati lahan seluas 5000 meter persegi, cukup luas untuk diawasai oleh hanya dua orang penjaga keamanaan masjid. pemuka muslim setempat juga cukup menyayangkan sepinya pemberitaan terhadap perampokan yang terjadi di masjid tersebut berbeda dengan yang terjadi di Synagog yang juga menjadi korban perampokan beberapa bulan sebelumnya. Di Kota Caracas ini sendiri menjadi rumah bagi setidaknya 50.000 muslim sebagaian besar dari mereka merupakan muslim keturuan Arab.

Masjid Ibrahim Al-Ibrahim dan Islam di Venezuela

Ketika para pelaut Spanyol mendarat untuk pertama kali di pantai Venezuela di tahun 1498 yang kemudian mereka sebut sebagai Little Venice, dan sejak itu agama Katholik Roma mendominasi daerah tersebut. Di tahun 1993, sebuah menara masjid setinggi 370 kaki berdiri menjulang di pusat kota Caracas, menara yang di mahkotai dengan bulan bintang menjadi symbol toleransi kehidupuan beragama sekaligus symbol kehadiran Islam di negara kaya minyak tersebut. Menara masjid ini bahkan berkali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan menara Katedral Katholik yang hanya terpisah beberapa blok sebelah timur dari masjid tersebut.

Simbol toleransi. di foto di atas terlihat dengan jelas bangunan masjid Ibrahim Al-Ibrahim berseberangan dengan gereja Katedral Katholik Roma.

Hassan Majzoub, selaku presiden dari Venezuela's Islamic Center, menyebut berdirinya masjid tersebut sebagai sebuah mimpi yang menjadi nyata. Proyek empat tahun pembangunan masjid itu ahirnya berwujud di bulan maret tahun 1993 dengan diresmikannya masjid tersebut sekaligus sebagai Caracas Islamic Center. Merujuk kepada penjelasan Hassan Majzoub, yang berimigrasi dari Lebanon tahun 1968 bahwa di Venezuela terdapat setidaknya 100 ribu muslim yang dapat kapan saja menyalib jumlah muslim di Argentina, Brazil dan Amerika Serikat.

Venezuela merupakan salah satu negara anggota dan pendiri organisasi pengekspor minyak (OPEC), 80 persen pendapatan negara tersebut diperoleh dari ekspor minyak. Namun pemerintah negara tersebut memutuskan untuk menerima kucuran dana dari pemerintah Saudi Arabia sebesar 8.5 juta dolar untuk pembangunan masjid terbesar di Amerika Latin ini. beberapa pengamat menyebut tindakan tersebut sebagai diplomasi relijius yang dilancarkan oleh pemerintah Venezuela. Dalam sebuah wawancara presiden Venezuela, Carlos Andres Perez, bahkan menyebut pembangunan masjid tersebut tidak saja sebagai sebuah contoh sempurna dari kebebasan beragama tapi juga hubungan yang sempurna antara Venezuela dan Saudi Arabia.

Exterior Masjid Ibrahim Al-Ibrahim

Berdirinya Masjid Ibrahim Al-Ibrahim di Caracas ini merupakan satu dari masjid yang dibangun oleh yayasan Ibrahim Bin Abdul Azis Al-Ibrahim dari Kerajaan Saudi Arabia, setelah sebelumnya yayasan yang sama juga membangun masjid di Dusseldorf (Jerman), Gibraltar di semenanjung Iberia, Milan (Italia) dan Moscow (Russia) serta beberapa tempat lainnya.

Kubah masjid ini mendominasi salah satu kawasan paling bergengsi di pusat kota Caracas, lokasinya berada di tepian ruas jalan Avenida Libertador yang merupakan jalan arteri utama, berada diantara gedung teater nasional, museum seni, perusahaan telekomunikasi dan kebun raya.

Interior Masjid Ibrahim Al-Ibrahim

Dari sisi arsitektural masjid ini merupakan karya seni tak ternilai mengingat bentuk-nya yang memang tak biasa diantara gedung gedung lainnya yang berdiri di kota Venezuela. Berdiri megah dilahan seluas satu hektar yang diperoleh dari pemerintah, masjid ini mampu menampung hingga 3500 jemaah sekaligus. Lahan tempat masjid ini berdiri berada 40 kaki diatas jalur subway, dan berada ditepian delapan lajur ruas jalan bebas hambatan.

Oscar Bracho, arsitek Venezuela yang menangani pembangunan masjid ini merancang bangunan ini sedemikian rupa termasuk melakukan langkah inovativ untuk meredam suara bising dari jalur sub way yang dibawah bangunan ini dengan memfungsikan lantai dasar masjid sebagai ruang serbaguna yang dapat digunakan sebagai ruang pertemuan, acara pernikahan, area perpustakaan serta sekolah al-Qur’an. Untuk mengatur pencahayaan alami ke dalam ruangan sholat, cahaya matahari di filter melalui kaca jendela ganda, serta sistem pencahayaan buatan menggunakan lampu gantung dari kuningan sepanjang 56 kaki yang khusus didatangkan dari Mesir.

Masjid Ibrahim Al-Ibrahim diwaktu malam

Sebagai sebuah masjid, bangunan ini dibangun mengarah ke Ka’bah di kota Mekah, berada di kawasan yang disebut Santa Rosa atau Mawar Suci, ruas jalan Avenida Libertador kini diawali dengan secara berurutan adalah bangunan masjid, lalu Gereja Katholik dan di ahiri dengan sebuah bangunan Synagog. Di hadapan masjid adalah Peace Square, sebuah plaza kecil dengan sebuah tugu monolit dari batu pualam dengan relief dari kuningan berbentuk bulan sabit Islam, cedar dari Lebanon dan bintang Daud.

Kehadiran bangunan masjid ini benar benar menjadi sejumput pemandangan tak lazim namun begitu menarik perhatian bagi penduduk Venezuela yang 95% dari 20 juta penduduknya merupakan penganut Katholik. Saking menariknya sampai sampai selama proses pembangunan masjid ini, para pengendara taksi yang terjebak kemacetan di ruas jalan bebas hambatan di depan masjid ini selalu saja menurunkan kaca jendela mobilnya untuk sekedar bertanya kepada para pekerja disana untuk menanyakan sudah sampai sejauh mana proses pembangunan bangunan yang mereka sebut sebagai “gereja muslim” atau “synagog muslim” tersebut.**

Baca Juga


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA