Rabu, 29 Mei 2013

Langgar Agung Keraton Kasepuhan Cirebon

::: terlihat sepi di hari biasa, namun Langgar Agung ini benar benar dopadati jem'ah hingga ke jalanan di dua sholat hari raya dan di perayaan maulid nabi :::

Langgar Agung atau kadang disebut Masjid Langgar Agung adalah mushola tua yang berada di dalam komplek keraton Kasepuhan Cirebon. Kata Langgar adalah sama dengan surau atau mushola. Disebut dan difungsikan sebagai Langgar karena memang tak jauh dari lokasi nya, berdiri megah Masjid Agung Sang Ciptarasa yang merupakan masjid resmi kesultanan Cirebon, dan di dalam komplek keraton ini juga terdapat Langgar Alit dengan ukuran yang jauh lebih kecil.

Ada beberapa tradisi yang sangat unik dari Langgar Agung ini yang tetap dilestarikan oleh keluarga keraton Kasepuhan Cirebon. Diantaranya yang paling menyedot perhatian masyarakat luas adalah perhelatan Panjang Jimat oleh Keraton Kasepuhan yang acara puncaknya digelar di Langgar Agung ini.

Langgar Agung Keraton Kasepuhan
Kompek Keraton Kasepuhan Cirebon
Kampung Mandalangan, Kelurahan Kasepuhan
Kecamatan Lemah Wungkuk, Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat.


Untuk menuju ke Langgar Agung, tentu saja harus menuju ke Keraton Kasepuhan Cirebon, salah satu dari tiga Keraton di Kota Cirebon yang pada awalnya merupakan satu Kesultanan yakni Kesultanan Cirebon sebelum kemudian terbagi menjadi tiga Keraton yaitu Keraton Kasepuhan dengan Sultan Sepuh sebagai penguasanya, Lalu Keraton Kanoman dengan Sultan Anom-nya dan Keraton Kacirbonan.

Dari arah gerbang paling depan yang menghadap ke Alun Alun Keraton Kasepuhan, Langgar Agung berada di halaman kedua yang berada diatara gerbang pertama dan kedua (Regol Pengada), dua gerbang yang sama sama berbentuk paduraksa beratap genteng. Hanya sedikit perbedaan pada ornamen atap dan warna-nya.

Gerbang paduraksa kedua (Regol Pengada) berukuran 5 x 6,5m dibangun menggunakan batu dan daun pintunya dari kayu. merupakan gerbang masuk ke halaman keraton Kasepuhan. Dari gerbang peduraksa pertama Langgar Agung ada di sebelah kanan (sisi barat).

Sejarah Pembangunan Langgar Agung

Sejauh ini kami belum menemukan literatur yang secara jelas menyebutkan kapan dan oleh siapa Langgar ini dibangun. Hanya saja, sebagai sebuah kerajaan Islam, pembangunan komplek keraton biasanya berbarengan dengan pembangunan sebuah masjid atau mushola atau setidaknya pembangunan antara gedung keraton dan mushola / masjidnya tidak terpaut jauh.

Lannar Agung dari arah gerbang paduraksa kedua

Keraton Kasepuhan pada awalnya dibangun oleh Pangeran Cakrabuana, putra Prabu Siliwangi II dengan nama Keraton Pakungwati atau Dalem Agung Pakungwati di tahun 1452. Nama tersebut dinisbatkan kepada putri tunggal beliau yang bernama Putri Pakungwati. Sebagai pusat pemerintahan Cirebon yang kala itu masih merupakan wilayah bawahan kerajaan Padjajaran.

Dikemudian hari putri Pakungwati dinikahkan oleh Pangeran Cakrabuana dengan keponakannya yang tak lain adalah Syarif Hidayatullah yang dikemudian hari menjadi Sultan Pertama di Kesultanan Cirebon. Keraton tersebut diperluas sekitar tahun 1479. Bangunan asli Keraton Pakungwati sendiri kini sudah tidak ada lagi.

Lokasinya kini ditandai dengan tiga bangunan petilasan, yakni petilasan Sunan Gunung Jati, Petilasan Pangeran Cakrabuana dan petilasan Walisongo. Ketiga petilasan tersebut dikelilingi dengan pagar tembok dari susunan bata merah dengan gerbang berpintu kayu berukir. Di dalam komplek petilasan ini terdapat sumur Kejayaan.

Langgar Agung dari arah gerbang paduraksa pertama

Sedangkan bangunan keraton yang kini berdiri dibangun setelah wafatnya Sunan Gunung Jati dan posisi beliau digantikan oleh cicitnya yang bernama Pangeran Emas Zaenal Arifin, bergelar Panembahan Pakungwati I. Pada tahun 1529 beliau membangun keraton baru di sebelah barat daya keraton lama. Kemungkinan besar Langgar Agung dibangun bersamaan dengan pembangunan tersebut.

Tradisi Mauludan

Sekali dalam setahun, Langgar Agung Keraton Kasepuhan menjadi pusat peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan setiap tahun di Keraton Kasepuhan. Tradisi Mauludan di kota Cirebon atau lebih dikenal dengan nama tradisi Panjang Jimat merupakan tradisi yang diselenggarakan oleh tiga Keraton di kota Cirebon, baik di Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman dan Keraton Kacirbonan.

::panjang jimat, di keraton Kasepuhan - Cirebon ::

Panjang Jimat merupakan serangkaian ritual panjang peringatan Maulid Nabi Muhammad S.A.W. yang dimulai dengan pembersihan benda benda pusaka keraton yang akan dipergunakan dalam prosesi Maulid Nabi, hingga ke acara puncaknya berupa iring iringan benda benda pusaka tersebut dari keraton Kasepuhan menuju ke Langgar Agung untuk pelaksanaan acara puncak peringatan Maulid Nabi yang dipimpin oleh imam Masjid Agung Sang Ciptarasa.

Sultan Kasepuhan Cirebon Salat Id Dua Kali

Selain tradisi Mauludan, yang tak kalah menarik tradisi di Langgar Agung ini adalah tatkala Sultan Sepuh, penguasa Keraton Kasepuhan melaksanakan Sholat Idul Fitri dan Idul Adha dua kali. Sholat Id pertama dilaksanakan di Langgar Agung ini bersama dengan seluruh kerabat keraton lalu kemudian dilanjutkan dengan Sholat Id kedua di Masjid Agung Sang Ciptarasa. Sultan dijemput oleh Imam Masjid ke keraton untuk kemudian berjalan kaki menuju ke Langgar Agung diiringi oleh para kerabat.

::: Suasana Idul Fitri di Langgar Agung Keraton Kasepuhan - Cirebon :::

Salah satu dari abdi dalem yang mengiringi keluarga Sultan membawa sebuah dupa yang menyala untuk menebarkan aroma wewangian sejak dari keraton hingga masuk ke dalam Langgar Agung. di dalam Langgar Agung Sultan melaksanakan sholat membaur dengan seluruh kerabat dan masyarakat dalam lingkungan keraton, tidak di dalam maksurah atau Krapyak seperti di Masjid Agung Sang Ciptarasa.

Tradisi unik lainnya di Langgar Agung ini adalah, khutbahnya disampaikan dalam bahasa Aeab, tradisi yang sama juga dilaksanakan di Masjid Agung Sang Ciptarasa. Khutbah berbahasa Arab ini sudah dilaksanakan sejak masa Sunan Gunung Jati dengan tujuan untuk memotivasi jemaah untuk belajar bahasa Arab.

:: dari gerbang paduraksa pertama, Langgar Agung berada di sebelah kanan halaman ke dua Keraton Kasepuhan, tampak di foto di atas tembok pagar Langgar Agung di sebelah kanan foto. Gerbang yang tampak adalah gerbang paduraksa kedua yang langsung menuju ke Keraton Kasepuhan :::

Selesai melaksanakan sholat Id di Langgar Agung ini, Sultan sepuh dan keluarga akan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sekitar 100 meter menuju ke Masjid Agung Sang Ciptarasa untuk melaksanakan sholat Id bersama masyarakat umum di masjid Kesultanan tersebut.

Sepulang dari Masjid Agung Sang Ciptarasa, Sultan keluarga kembali ke keraton dengan berjalan kaki dan disambut dengan tetabuhan gamelan sekaten di pendopo keraton, disana Sultan akan singgah sejenak melepas lelah sembari menikmati irama gamelan sekaten yang hanya dimainkan dua kali dalam setahun yakni ketika Idul Fitri dan peringatan Maulid Nabi.

Arstitektural Langgar Agung

::: Gerbang merah ini adalah gerbang paduraksa pertama saat kita masuk ke kawasan Keraton Kasepuhan, Langgar Agung ada disebelah kanan dari gerbang ini atau ada disebelah kiri foto dengan temboknya yang terlihat sedikit ::: 

Bangunan Langgar Agung memiliki bangunan utama dengan ukuran 6 x 6 m. Teras 8 x 2, 5 m. Denah bangunannya berbentuk “T” terbalik Karena teras depan lebih besar dari bangunan utama. Bagian teras berdinding kayu setengah dari permukaan lantai, kemudian setengah bagian atas diberi terali kayu. Dinding bangunan utama merupakan dinding tembok. Mihrab berbentuk melengkung berukuran 5 x 3 x 3 m. Di dalam mihrab tersebut terdapat mimbar terbuat dari kayu berukuran 0,90x 0,70x2 m.

Atap Langgar Agung merupakan atap tumpang dua dengan menggunakan sirap. Konstruksi atap disangga 4 tiang utama. Langgar Agung ini memiliki halaman dengan ukuran 37 x 17 m. Langgar ini berfungsi sebagai tempat ibadah kerabat keraton. Bangunan Langgar Agung dilengkapi pula dengan Pos Bedug Somogiri. Bangunan yang menghadap ke timur ini berdenah bujursangkar berukuran 4 x 4 m yang di dalamnya terdapat bedug (tambur). Bangunan ini tanpa dinding dan atap berbentuk limas, penutup atap didukung 4 tiang utama dan 5 tiang pendukung.***

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA