Kamis, 13 Juni 2013

Masjid Agung Xi’an - China

Masjid Agung Xi'an disebut sebut sebagai masjid tertua di China. Bangunan masjid yang benar benar menyerupai sebuah kelenteng namun untuk aplikasi yang berbeda dan dengan modifikasi berbagai ornamen khasnya ke dalam bentuk yang lebih Islami.

Xi’an adalah ibukota propinsi Shaanxi yang dulunya disebut Chang’an. Xi’an terletak di Huajue distrik, sekitar 120 km sebelah barat gunung Huashan, salah satu dari kelima gunung terkenal di negeri Cina. Xi’an juga merupakan pusat dari 12 dinasti yang ada di Cina. Di kota ini terkenal sebuah bangunan masjid tua yang sudah berumur lebih dari 1000 tahun dan disebut sebut sebagai masjid tertua di China yakni Masjid Agung Xi’an.

Masjid Agung Xi’an dibangun pada tahun 742 di tahun pertama pemerintahan Kaisar Tia Bo dari dinasti Tang (618-907). Mesk sudah berusia begitu tua masjid yang lebih mirip sebuah bangunan kelenteng ini masih berfungsi dengan baik hingga kini, dan pada tahun 1998 yang lalu menetapkan bangunan Masjid Agung Xi’an sebagai warisan Sejarah China.

Lokasi dan Alamat Masjid Agung Xi’an


Masjid yang beralamat lengkap di Huajue Xiang 30, Xi'an, Shaanxi ini buka setiap hari dengan waktu yang berbeda namun pada umumnya mulai pukul 8.00 waktu setempat. Para pengunjung non muslim diperbolehkan melihat masjid namun tidak bisa masuk ke ruang dalam masjid. Biaya masuk ke masjid ini adalah CNY12 (sekitar Rp16 ribu).

Sejarah Masjid Agung Xi’an

Masjid Raya Xi’an memiliki  beberapa varian nama diantaranya Great Mosque of Xian / Huajuexiang Mosque in Xian / Mosque on Hua Jue Lane / Huachueh Mosque / Hua Jue Xiang Mosque / Hua Jue Jiang Mosque / Qing Zhen Si. Masjid Xian ini sangat bercorak tradisional China dalam design dan artistiknya, kaya dengan warna-warni dan ukiran disegenap penjuru. Masjid Xian merupakan masjid paling awal dalam skala besar dan merupakan masjid paling baik pemeliharaan keaslian nya di China.

MAJID BENTENG. Masjid Agung Xi'an dibangun dengan denah menyerupai sebuah komplek kuil China dengan beberapa pavilion dengan keseluruhan komplek dikelilingi pagar tembok cukup tinggi dan dibagi bagi dalam empat bagian. Masing masing bagian dihubungkan dengan gerbang.

Menurut catatan sejarah pada ukiran kayu pada bagian interiornya, Masjid Agung Xi’an didirikan tahun 742 pada jaman Dinasti Tang [618 - 907], di tahun pertama pemerintahan kaisar Tian Bo. Tahun tahun ke’emasan jalur sutra, saat itu banyak pedagang dari Arab dan Persia mendatangi Cina melalui Jalur tersebut. Sumber lain menyebut-nya dibangun pada masa Kaisar Xuanzong, (685-762), dan kemudian di renovasi dimasa kekuasaan Kaisar Hongwu dari Dinasti Ming.

Masjid Agung Xi’an dibangun semasa dinasti Ming berkuasa di China dimana elemen arsitektural asli china bersintesa ke dalam arsitektural bangunan masjid ini. Sebagaimana dengan masjid Raya di Hangzhou, Quanzhou dan Guangzhou, masjid Raya Xi’an memberikan kesan seolah olah sudah ada sejak awal abad ke 7. Namun sebenarnya masjid yang ada sekarang ini mulai dibangun tahun 1392 atau di tahun ke 25 kekuasaan dinasti Ming di China.

GERBANG DAN PENDOPO.
Konon masjid ini dibangun oleh Laksamana Cheng Ho, Seorang laksamana angkatan Laut  China di masa dinasti Ming. Beliau adalah seorang muslim yang gemar memakmurkan masjid. Beliau juga sudah menunaikan rukun Islam ke Lima (ibadah haji) itu sebabnya embel embel haji pun melekat pada namanya. Beliau terkenal dengan tindakannya memberantas bajak laut di laut China Selatan.

Perjalanan keliling dunia armada laut Laksamana Cheng Ho meninggalkan jejak di beberapa kota di Indonesa. Di Indonesia sendiri saat ini sudah berdiri 3 Masjid yang dibangun oleh Muslim Indonesia keturunan China dan nama masjid masjid yang didirikan itu di nisbatkan kepada sang laksamana sebagai penghormatan bagi diri nya. Yakni Masjid Cheng Ho Palembang, Masjid Cheng Ho Surabaya dan Masjid Cheng Ho Pasuruan dan segera menyusul masjid dengan nama yang sama di beberapa kota lainnya di Indonesia.

SENTUHAN ARAB terlihat pada ukiran kaligrafi di berbagai tempat di komplek masjid ini termasuk ukiran ayat ayat Al-Qur'an yang terpahat dengan indah di salah satu tembok dalam masjid ini

Sejak abad ke 17 Masjid Xi’an sudah mengalami beberapa kali proses rekonstruksi. Sebagian besar bangunan yang ada saat ini merupakan bangunan dari Dinasti Ming dan dan Dinasti Qing di abad ke 17 dan 18. masjid ini didirikan di Hua Je Lane di luar tembok kota yang dibangun semasa dinasti Ming. Daerah yang menjadi lingkungan jiao-fang bagi orang orang asing di sebelah barat laut kota Xi’an. Dan saat ini wilayah ini menjadi bagian dari kota Xian dengan bangunan Drum Tower yang sangat terkenal itu hanya terpisah satu blok dari masjid Raya Xi’an

Kemudian para pedagang tersebut menetap di beberapa kota seperti Guangzhou, Quanzhou, Hoangzho, Yangzhou, dan Chang’an atau Xi’an. Selain berdagang, mereka juga berdakwah, menyebarkan ajaran Islam kepada penduduk setempat. Penduduk kota Xi’an kala itu turut menikmati masa ke’emasan mereka di Xi’an dan membangun  masjid ini sebagai masjid di pertengahan Jalur Sutra dari Timur dan Barat.

Arsitektural Masjid Agung Xi’an

TAMAN di salah satu sudut komplek Masjid Agung Xi'an

Masjid Agung Xi’an ini dibangun dalam bentuk bangunan tempat ibadah tradisional China. Makanya tidak heran bila tidak teliti, siapapun akan mengira bangunan ini adalah bangunan Kelenteng lengkap dengan beberapa halaman pavilion dan pagoda. Namun setelah masuk ke kawasan masjid kita akan menemukan kaligrafi Al-Qur’an yang bertebaran di masjid ini.

Masjid Raya Xi’an menyerupai bentuk kuil Budha era abad ke 15, dengan poros tunggal sejalur dengan halaman depan yang dikelilingi tembok dan paviliun.  Masjid Raya ini berdiri diatar tanah memanjang berukuran 48 x 248 meter. Tak seperti kebanyakan masjid, masjid xi’an memiliki penataan seperti Kuil,  halaman depan masjid berada dalam satu garis dengan paviliun dan lebih mirip sebuah pagoda yang yang di adaptasikan ke dalam fungsi fungsi Islami, sebagai contohnya adalah masjid Raya Xi’an dibangun ke arah barat menghadap ke arah Ka’bah di Kota Mekah.

BANGUNAN UTAMA. Gerbang menuju bangunan utama Masjid Agung Xi'an

Masjid Agung Xi’an berdiri di area seluas 12.000 – 13.000 m2. Sedangkan bangunan utama masjidnya mempunyai luas lebih dari 6.000 m2. Areal masjid berbentuk empat persegi panjang, memanjang dari Timur ke Barat dan terbagi menjadi empat area.

Area pertama berupa gerbang kayu setinggi 9 m yang dibuat pada abad ke-17. Gerbang ini berhadapan dengan tembok yang sangat lebar dengan dekorasi ukiran tanah liat serta dihiasi atap dari tumpukan genting mengilap. Pada dua sisinya dihiasi perabot antik yang sangat berharga buatan jaman dinasti Ming dan Qing.

BISA MENGENALINYA SEBAGAI MASJID ?

Area yang kedua terdiri dari tiga pintu batu yang saling berhubungan berpilar empat. Para pengunjung umumnya dipersilakan melewati area ini. Saat memasukinya, para pengunjung disambut dengan tulisan yang terdapat pada puncak pintu pertama, yang dapat diartikan sebagai “The Court of The Heaven” atau Taman Surga.

Pintu tersebut dikelilingi tembok batu yang berukir indah dengan dua lintasan di dua sisinya yang merupa-kan peninggalan zaman dinasti Ming. Di belakangnya berdiri dua meja batu berukir naga. Keduanya sekaligus menjadi prasasti yang menjelaskan bahwa perbaikan masjid dilakukan pada tahun 1384 dan terjadi atas pe-rintah kaisar di jaman dinasti Ming dan Qing.

INTERIOR Masjid Agung Xi'an sangat oriental

Pada area ketiga terdapat ruang kekaisaran yang merupakan bangunan tertua di kompleks ini, terdapat batu dengan tulisan huruf Arab tulisan seorang Imam yang menjelaskan mengenai perhitungan hari berdasarkan peredaran bulan. Di tengah-tengah halaman berdiri menara menyerupai pagoda dengan tiga susun atap berwarna biru toska

Menara ini dinamakan “Introspection Minaret”, atau menara introspeksi, tempat para muazin mengumandangkan adzan. Sedangkan di sebelah selatan ruang tersebut ada ruang penerima tamu, tempat diletakkan Al-Qur’an tulisan tangan yang dibuat pada zaman dinasti Ming beserta sebuah peta tanah suci Mekah yang berasal dari dinasti Qing.

MIHRAB Masjid Agung Xi'an

Area keempat yang juga merupakan area terbesar adalah bangunan untuk ruang shalat. Jama’ah yang dapat ditampung di area ini mencapai 1.000 orang. Ruang ini dilindungi tiga tingkat atap berwarna biru tosca, berhiaskan ukiran berpola rumput dan bunga-bungaan. Keindahan yang sekaligus mencekam tampak dari dinding ruangan yang terbuat dari kayu berpahatkan ayat-ayat Al-Qur’an lengkap dengan huruf Cina maupun Arab. Benar-benar menakjubkan!

Hingga kini, Masjid Raya Xi’an masih difungsikan sebagai tempat ibadah kaum muslim dari suku Hui. Saat ini diperkirakan jumlah kaum muslim kota Xi’an dan sekitarnya mencapai 60.000 orang. Beberapa muslim Indonesia yang pernah datang ke Masjid ini menceritakan pengalamannya yang disambut begitu ramah oleh pengurus masjid ini. Dengan bekal bahasa Arab dan secara kebetulan bertemu dengan seorang pemuda muslim setempat yang juga pandai berbahasa Arab yang kemudian dengan senang hati dan sukarela menjadi pemandu mereka di masjid ini. Mungkin tips itu patut dicoba bila sedang berada disana.***

Baca Juga


2 komentar:

  1. Assalamualaykum pak, ijin share pak...kebetulan hoby kita sama pak, sy juga penyuka sejarah peradaban islam di seluruh dunia....Syukron pak

    BalasHapus
  2. Januari lalu saya baru saja dari sana. Berbekal Bahasa Mandarin, kami muslim Indonesia disambut dengan sangat hangat. Dan bahkan dipersilahkan untuk melihat madrasah yang ada di komplek masjid.

    BalasHapus

Dilarang berkomentar berbau SARA