Sabtu, 15 Oktober 2016

Islam di Mauritius (1)

Mauritius terletak di Samudera Hindia sekitar 5538.7 km dari Jakarta.

Mauritius merupakan salah satu negara pulau yang terletak di Samudera Hindia, terpisah sekitar 2000km dari lepas pantai tenggara benua afrika atau sekitar 900km sebelah timur pulau Madagaskar. Bila ditarik lurus, jarak dari Indonesia ke Mauritius ini sekitar 5538.7 kilometer dan butuh waktu penerbangan dengan pesawat selama kurang lebih 13 jam. Negara Mauritius ini berbentuk Republik dengan seorang Presiden sebagai kepala Negara dan Seorang Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan. Ibukota negaranya berada di kota Port Louis.

Wilayah negara Mauritius terdiri dari beberapa pulau yang terpisah pisah di samudera Hindia, yakni Pulau Mauritius yang merupakan pulau terbesar, Pulau Rodrigues [560 kilometres sebelah timur, Pulau Agaléga, dan pulau St. Brandon. Mauritius juga mengklaim wilayah kepulauan Chagos yang kini merupakan wilayah seberang lautan Inggris Raya serta pulau Tromlin yang kini merupakan wilayah seberang lautan Prancis. Bila digabungkan seluruh daratan Mauritius ini seluruhnya seluas 2.040 km2 atau sedikit lebih kecil dibandingkan dengan pulau Morotai di kabupaten Kepulauan Morotai, provinsi Maluku Utara yang memiliki luas 2.266km2.


Mauritius dianugerahi alam yang begitu mempesona, salah satu pemandangan alamnya yang mengundang decak kagum dunia adalah pemandangan air terjun bawah laut yang sangat fenomenal, meskipun sebenarnya bukanlah air terjun yang sebenarnya namun karena memang jernihnya air laut disana menghasilkan efek pemandangan yang luar biasa tersebut.

Agama agama di Mauritius

Merujuk kepada data wikipedia agama Hindu memiliki penganut terbesar di Mauritius dengan presentase mencapai 48.5%, disusul dengan penganut agama Nasrani 32.7%, sedangkan Islam berada di urutan ke tiga dengan 17,3%, kemudian Budha 0.4% dan Agama lainnya sebesar 1.1%.

Masyarakat keturunan India (Indo-Mauritian) kebanyakan menganut agama Hindu dan Islam. Kemudian masyarakat keturunan Perancis (Franco-Mauritians), Keturunan Afrika (Creoles) dan Masyarakat keturunan China (Sino-Mauritians) kebanyakan menganut agama Kristen. Sebagian kecil dari Sino-Mauritian ini menganut gama Buda dan agama lainnya termasuk agama Islam. Konstitusi Mauritius tahun 1968 telah mengakui empat katagori agama yakni : Hindu, Muslim, Sino-Mauritian dan Masyarakat Umum.

Senja di kota Port Louis, Ibukota Mauritius

Ada yang menarik tentang kelompok masyarakat Sino-Mauritian ini. Seperti halnya bagian dari kelompok komunitas lainnya di Mauritius, rata rata mereka datang ke Mauritius secara sukarela untuk berdagang dan sebagainya termasuk kelompok pendatang awal dari China, namun ada satu kasus dimana ada orang orang china yang ‘diculik’ dari Pulau Sumatera (Indonesia) tahun 1740 oleh Laksamana Angkatan Laut Perancis, Admiral Charles Hector, untuk dipaksa bekerja di Mauritius. Mereka kemudian melakukan mogok kerja sebagai aksi protes atas penculikan mereka. Beruntung aksi tersebut tidak berujung kematian oleh tindakan kejam dari sang admiral, mereka kemudian semuanya dikembalikan ke pulau Sumatera.

Islam di Mauritius

Masih merujuk kepada data Wikipedia, muslim di Mauritius sekitar 17.3% dari total penduduknya, data tersebut sama dengan data word fact book. Sementara situs muslimpopulation.com dan pewforum.org menampilkan data berdasarkan sensus tahun 2000 menyebutkan angka 16.6% atau setara dengan 214.000 jiwa dari sekitar 1.3 juta jiwa penduduk negara tersebut.

Masjid Jummah di Port Louis

Di Mauritius sangat banyak Masjid dan Madrasah. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Creole (Bahasa Resmi mirip dengan Bahasa Perancis), kemudian Bahasa Perancis, lalu bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Mauritius adalah bekas jajahan Perancis selama 20 th, dan juga Inggris pada tahun 1950. Muslim Mauritius kebanyakan merupakan keturunan India namun kini tumbuh dan berkembang masyarakat umum yang masuk Islam dari kelompok Creole serta dari kelompok Sino Mauritian serta dari masyarakat China. Komunitas muslim yang berasal dari beragam latar belakang ini menghasilkan keanekaragaman budaya muslim disana.

Pemerintah setempat memberikan kebebasan beragama bagi penduduknya dan diatur dalam konstitusi. Idul Fitri telah lama di akui sebagai hari libur nasional sehingga memberikan keleluasaan kepada muslim disana untuk berlebaran. Setiap hari Jum’at muslim disana juga diberi kesempatan untuk melaksanakan sholat jum’at berjamaan meskipun selama jam kerja dan setiap masjid disana bebas menyuarakan azan dari speaker masjid masjid-nya tanpa larangan ataupun keberatan dari komunitas pemeluk agama lain.

Kelompok Jemaah Tabligh cukup memainkan peran di negara ini salah satu aktivitas mereka adalah dengan membangun Salat-ul-Khanah yakni semacam mushola kecil bagi muslim yang tinggal di luar pulau Mauritius ataupun yang tinggal di kawasan non muslim sehingga jumlah mereka hanya sedikit saja. Mushola mushola kecil telah dibangun di daerah Albion, Pointe aux Sables dan Petite Rivière. Kelompok Jemaah Tabligh juga secara rutin melakukan kunjungan dakwah ke berbagai bagian wilayah negara tersebut.

Seorang turis asing mengikuti pengurus masjid masuk ke dalam komplek Masjid Jummah di Port Louis untuk berkunjung.

Beragam model dakwah yang dilakukan di negara ini telah mengundang minat dari masyarakat umum untuk memeluk Islam. Dakwah konvensional hingga street dawah telah dilaksanakan sejak beberapa tahun terahir oleh beberapa kelompok muslim, sebagai bagian dari upaya menyampaikan risalah.

Kelompok kelompok Muslim Mauritius

sebagian besar muslim Mauritius merupakan muslim suni yang terbagi dalam berbagai kelompok seperti Salafi, Sufi, Tawhidis dan Jeamaah Tabligh (JT). Mayoritas bermazhab Hanafi serta sebagian lagi bermazhab Syafe’i. Sebagian kecil muslim disana juga menganut faham Syiah dan Ahmadiyah.

diantara kaum muslimin di Mauritius terdapat tiga kelompok yang dikenal dengan nama kelompok Memon dan Surti yakni kelompok para pedagang kaya yang datang dari daerah Kutch dan Surat provinsi Gujarat, India. Kemudian kelompok Hindi Calcattias merupakan kelompok muslim yang datang ke Mauritius dari provinsi Bihar, India, sebagai para pekerja paksa di masa penjajahan. Sebuah Novel terkenal di Mauritius berjudul Humeirah karya Sabah Carrim, menceritakan tentang kelompok Memons dan Hindi Calcattias yang ada di Mauritius.*** Bersambung ke bagian 2.

---------------

Baca Juga


6 komentar:

  1. namanya agak aneh tapi, bangunanya bagus. keren

    BalasHapus
  2. Saya suka info ini, tapi untuk komunitas muslim indonesia di sana memang belum ada ya?

    BalasHapus
  3. Alhamdullillah 2010 saya sudah sampai sana...indah banyak kenangan,pengen kembali lagi ke sana

    BalasHapus
  4. Lihat laut nya seperti nya keren, minat kesana setelah Corona pergi

    BalasHapus

Dilarang berkomentar berbau SARA