Sabtu, 11 Maret 2017

Masjid Bajrakli Beograd, Serbia

Masjid Bajrakli Beograd, Serbia

Masjid Bajrakli merupakan satu satunya masjid yang tersisa, masih berdiri dan masih berfungsi di kota Beograd. Pertama kali dibangun pada tahun 1575 dimasa Emperium Usmaniyah berkuasa di wilayah Serbia. Masjid ini sempat di ubah menjadi gereja Katholik pada masa kekuasaan singkat kekaisaran Austria di Serbia diantara tahun 1717-1739. Namun kemudian dikembalikan fungsinya sebagai masjid pada tahun 1741 seiring dengan kembalinya kekuasaan Emperium Usamniyah di wilayah itu.

Bertahan melewati masa berat di perang dunia kedua, masa kekuasaan Uni Soviet, era Yugoslavia, hingga ke masa Serbia saat ini paska runtuhnya Negara Yugoslavia yang bekas wilayahnya kini masing masing berdiri sendiri sebagai Negara merdeka, Terdiri dari Republik Serbia, Slovenia, Croasia, Bosnia & Herzegovina, Macedonia, Montenegro dan Kosovo.

Bajrakli mosque, Belgrade
Gospodar Jevremova 11, Beograd 105402, Serbia



Kota Beograd yang kini menjadi ibukota Negara Serbia pernah menjadi bagian dari wilayah Emperium Usmaniyah (Turki) pada paruh pertama abad ke 16 hingga paruh kedua abad ke-19. Salama masa itu kota Beograd menjadi pusat kebudayaan utama bersama dengan beberapa kota lainnya di kawasan semenanjung Balkan, seperti Sarajevo dan Skoplje di Bosnia, dengan sekitar 160 masjid dari 273 masjid diseluruh Serbia, 7 pemandian umum khas Turki dan sekitar 7000 gedung kamar mandi dan 21 caravan-saray.

Namun dari sekian banyak bangunan tersebut telah mengalami kerusakan ataupun pengrusakan sejak masa kekuasaan Kekaisaran Austria hingga ke masa pemerintahan Serbia. Dari sekian banyak masjid yang ada di kota Beograd hanya tersisa Masjid Bajrakli sebagai satu satu nya masjid di kota Beograd hingga hari ini yang masih berdiri di kawasan tertua di kota Beograd.

Masjid Bajrakli berdiri kokoh di tepian ruas jalan Gospodar Jevremova yang lenggang namun kaya dengan sejarah masa lalu di kota Beograd di sekitar sudut jalan Kralja Petra Street, berdekatan dengan bekas Sinagog Yahudi yang kini sudah beralih fungsi menjadi Galeri dan sebuah Gereja Ortodok, di wilayah yang bernama Dorcol.

Bendera di menara Masjid Bajrakli

Nama Dorcol bagi kawasan ini berasal dari Bahasa Turki yang berarti “Empat jalan”. Pada masanya kawasan ini merupakan salah satu harmoni kehidupan di pusat kota Beograd, ditempat ini menjadi rumah bagi tiga pemeluk agama berbeda. Namun keharmonisan tersebut ternoda oleh sebuah kerusuhan massa pada tahun 2004 pada saat masjid tersebut dibakar oleh sekelompok masa akibat sentiment anti Kosovo yang dianggap melakukan tindakan disintegrasi.

Dari nama dan gaya arsitektunya, kawasan Darcol di kota Beograd ini mencerminkan sejarah masayarakat sekaligus kota Beograd. Khusus tentang kawasan Dorcol ini, seorang penulis dan pelukis ternama setempat pernah menulis “Bila saya hanya diberi waktu satu jam untuk menunjukkan seperti apa Serbia kepada pelancong yang datang, maka saya akan membawanya ke Kralja Petra street. Laksana sebuah pelangi, ruas jalan ini menghubungkan dua peradaban, dua budaya dan dua sungai sekaligus yakni Sungai Sava dan Sungai Danube”.

Satu Masjid Tiga Nama

Pada awal di bangun tahun 1575 masjid ini bernama Masjid Čohadži mengambil nama dari pendirinya yang bernama Hadzi Alija. Beliau adalah seorang muslim pedagang kain (tekstil). Pada masa itu pedagang kain dipanggil Coha, sehingga beliau lebih dikenal dengan nama panggilan CoHadzi dan nama itu pula yang kemudian dilekatkan kepada masjid ini.

Bendera yang serupa di dalam masjid Bajrakli

Serbia sempat jatuh ke tangan kekaisaran Austria tahun 1717 hingga tahun 1739 dan masjid ini sempat di ubah menjadi Gereja Katholik. Namun kemudian dikembalikan fungsinya sebagai masjid pada tahun 1741 seiring dengan kembalinya kekuasaan Emperium Usamniyah di wilayah itu

Masjid Bajrakli kemudian di diperbaiki dan dikembalikan ke bentuk dan fungsinya semula sebagai masjid oleh Hussein-bey, yang merupakan chehaya (wakil) dari komandan pasukan Usmaniyah Turki, Ali-pasha. Dan oleh Karena itu pula masjid ini sempat juga disebut sebagai Masjid Hussein-Bey atau Masjid Hussein-chehaya.

Pada ahir abad ke 18 Masjid ini menjadi masjid utama di Beograd dan masjid masjid lainnya akan mengikuti aba aba dari masjid ini untuk mengumandangkan azan. Aba aba yang digunakan adalah dengan mengibarkan Bendera bulan sabit bewarna hijau di atas menara masjid, setelah melihat bendera tersebut baru masjid lainnya mengikuti menyuarakan azan.

Bangunan asli Masjid Bajrakli, terlihat sedikit di sisi kanan foto bangunan tambahan di belakang bangunan asli.

Bendera dalam Bahasa Turki disebut Bajrak, dan sejak saat ini masjid ini lebih dikenal dengan Nama Bajrakli atau secara harfiah bermakna sebagai masjid berbendera. Hingga kini bendera bulan sabit hijau senantiasa dipasang di menara masjid ini. Namun demikian tak ada lagi suara azan bersahutan dan berkelanjutan dari masjid masjid lain-nya karena memang Masjid Bajrakli merupakan satu satunya masjid yang masih berdiri di kota Beograd.

Masjid ini pernah di restorasi pada abad ke 19 oleh seorang bangsawan Serbia. Di tahun 2004, masjid ini sempat mengalami kerusakan parah akibat kebakaran dalam rusuh masa, namun kemudian kembali diperbaiki dan dikembalikan ke bentuknya semula. Peristiwa berawal dari pemisahan diri Kosovo sebagai Negara merdeka dari Federasi Yugoslavia yang ditentang oleh pemerintah pusat di Beograd.

Pertentangan tersebut berujung kepada ikut campurnya dunia internasional. Di tahun 1999 kota Beograd digempur oleh pasukan NATO dalam upaya menekan Yugoslavia (Negara kesatuan sebelum terpecah belah) yang melakukan intimidasi kejahatan kepada rakyat Kosovo. Berbagai gedung strategis militer dan pemerintahan di bombardir oleh tentara NATO. Sebagai salahsatu bentuk perlawanan, Masjid ini kemudian dibakar oleh masyarakat Serbia sebagai bentuk protes dan kekesalan warga terhadap sikap disintegrasi Kosovo yang notabene berhaluan Islam.

Interior Masjid Bajrakli ke arah pintu masuk dan mezanin

Arsitektur Masjid Bajrakli

Bangunan masjid ini menjadi tumpuan satu satunya bagi muslim kota Beograd yang merupakan bagian dari muslim Serbia yang kini hanya tersisa sekitar 3% dari total penduduk Negara tersebut. Bangunan yang dilengkapi dengan satu kubah utama dan satu menara terpisah dari bangunan utama.

Masjid Bajrakli kini sudah dilengkapi dengan bangunan masjid tambahan yang berada di belakang bangunan asli tanpa mengubah bentuk bangunan asalnya. Bangunan tambah ini selain berfungsi sebagai area sholat, juga merupakan bagian dari pusat aktivitas ke-Islaman muslim Beograd, termasuk tempat bekantornya Mufti dari Komunitas Muslim Serbia serta Konsul Komunitas Muslim Serbia.

Bangunan asli masih dengan bentuk dan fitur aslinya, Bangunan utamanya terdiri dari dua lantai, lantai dua-nya berupa lantai mezanin dari kayu yang dikhususkan untuk jemaah wanita. Lantai dasar atau area sholat utamanya khusus untuk jamaah laki laki. Ruangan dalam-nya tidak dilengkapi dengan peralatan pengatur suhu ruangan sehingga pada musim dingin suhu dalam ruangan masjid ini akan terasa alami dinginnya, berbeda dengan bangunan tambahannya yang merupakan bangunan baru dan sudah dilengkapi dengan perangkat penghangat ruangan.

Masjid Bajrakli saat dibakar tahun 2004
Ditahun 2014, Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Indonesia di Beograd turut andil memantu muslim Serbia membangun kembali masjid ini dan turut menyampaikan harapan dari umat Islam Serbia, kepada Presiden Serbia, Nikolic, kiranya berkenan melimpahkan tanah dan bangunan di komplek Masjid "Bajrakli" di Beograd, menjadi milik umat Islam Serbia dan membantu rencana pendirian Islamic Center di kota Beograd. Atas dukungan dan upaya upaya tersebut, Dubes Indonesia mendapatkan penghargaan tertinggi dari Komunitas Muslim Serbia.

Masjid ini mengamalkan Islam Sunni, dan banyak dipengaruhi oleh pengaruh kultur Turki dan Bosnia. Khutbah jumat dilakukan dalam 3 bahasa, yakni Inggris, Serbia dan Arab. Jamaah masjid ini umumnya adalah warga keturunan dan para ekspatriat asing yang ada di Beograd. Warga muslim Serbia sendiri sudah banyak yang memilih mengungsi dan menetap di Albania, Bosnia, atau Kosovo.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA