Sabtu, 23 Juni 2012

Masjid Agung Lisabon – Portugal

Masjid Agung Lisabon / Mesquita Central de Lisboa.

Masjid Agung Lisabon atau Mesquita Central de Lisboa atau Lisbon Central Mosque, adalah masjid agung di kota Lisabon, Ibukota Portugal. Masjid Agung Lisabon merupakan satu satunya masjid di kota Lisabon dan menjadi masjid utama bagi komunitas muslim Portugal. Masjid Agung Lisabon diresmikan penggunaanya di tahun 1985 lalu. Masjid megah ini merupakan hasil rancangan dari arsitek António Maria Braga dan João Paulo Conceição. Tampilan luarnya sangat menonjol dibandingkan dengan bangunan lain disekitarnya. Sebagai sebuah masjid lengkap dengan kubah dan menara. Dibagian dalamnya selain ruang sholat utama juga dilengkapi dengan aula dan auditorium.

Lokasi masjid ini berdiri berada di sebuah bukit di kota Lisbon di kawasan strategis tempat berdirinya hotel hotel terkenal, gedung gedung perkantoran dan perumahan. Dari kejauhan kubah dan menaranya menyembul diantara gedung gedung tinggi disekitarnya. Bangunan mesjid terlihat megah dari luar. Bagian luarnya terbuat dari batu bata merah, dengan ornamen (kubah, gerbang, hiasan) lain berwarna hijau. masuk ke dalam. tempat sholat laki-laki di lantai atas dan perempuan di lantai atas. cukup bagus di bagian dalamnya. Ada tempat menyimpan sepatu. Lampu tempat sholat menyala otomatis ketika mendekat.

Cara tercepat menuju masjid Agung Lisabon dari pusat kota adalah kesana adalah naik metro. Turun di halte Praca de Espanha. Bila tak punya tiket metro, bisa menggunakan angkutan alternatif menggunakan bus kota. Letak mesjid tak jauh dari viaduk, saluran air legendaris Lisbon. Keduanya searah, dari stasiun kereta api Campolide ada bus nomor 756 ke arah mesjid.

Lokasi dan Alamat Masjid Agung Lisabon

Masjid Agung Lisabon
Mesquita Central de Lisboa
R. Mesquita 2, 1070-238 Lisboa, Portugal

 

Arsitektural Masjid Agung Lisabon

Masjid Agung Lisabon dibangun dan dikelola oleh Comunidade Islamica de Lisboa. Masjid empat lantai ditambah dengan lantai basement ini terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu : Ruang Sholat utama, Pelataran Tengah dan Perpustakaan. Ruang sholat utama untuk jemaah pria seluas 1393m2 mampu menampung 750 jemaah, dan ruang sholat wanita seluas 1053 mampu menampung 200 jemaah, masing masing diletakkan di lantai tiga dan empat.

Dinding dan pilar di ruang sholat utama di lapis dengan material material bewarna cerah seperti batu pualam,  keramik bangunan dan bata. Beberapa bagian temboknya di plester semen biasa. Ruang sholat utama berada di bawah Kubah besar yang menghias atap masjid sedangkan lantainya di lapis dengan  hamparan karpet tebal.

Masjid ini tidak dilengkapi dengan perangkat AC ataupun peralatan ventilasi mekanis. Tata suara di dalam masjid menggunakan empat loudspeaker di masing masing pojok ruang utama, delapan speaker lebih kecil dipasang di kubah, dan empat lagi dipasangkan di  masing masing pojok ruangan agak ke atas.

Masjid Agung Lisabon.

Masjid ini berada di daerah yang cukup bising karena arus lalu lintas yang padat ditambah lagi dengan dilintasi oleh jalur penerbangan yang melintas hampir setiap tiga menit. Karenanya rancangan masjid inipun dibuat sedemikan rupa untuk meredam kebisingan sekitarnya.

Islam di Portugal

Islam Pernah 'Menguasai' Portugal Bila ditarik lebih ke belakang, Islam dan Portugal sebenarnya memiliki sejarah yang panjang. Dan, sejarah itu berkaitan erat dengan penguasaan kaum Muslimin di Andalusia antara abad 7 dan 8 M. Situs wikipedia menyebutkan, tentara Islam pernah menaklukkan Portugal di bawah pimpinan panglima Musa bin Nashir. Kaum Muslim kemudian menyebut wilayah itu al Garb al Andalus (Andalusia Barat).

gerbang serambi Masjid Agung Lisabon.

Penguasaan ini diteruskan oleh Abdul Aziz, putra Musa bin Nashir. Di bawah kendalinya, tentara Islam secara bertahap menaklukkan kawasan yang lebih luas sehingga Portugal takluk. Menurut situs historymedren, wilayah itu lantas dibagi dua oleh tentara Islam, yakni yang berada di sepanjang Sungai Duoro dan Sungai Tagus. Kawasan di Sungai Duoro beriklim dingin serta sulit membuka lahan perkebunan, dan ini tidak disukai kaum Muslim. Ini berbeda dengan wilayah Sungai Targus yang suhunya lebih hangat serta tanahnya subur.

Kaum Muslim kemudian mengonsentrasikan keberadaan mereka di sini dan selanjutnya 'menghidupkan' kota-kota yang ada. Sebagian penduduk setempat pun beralih ke agama Islam. Dan, oleh pemerintah kekhalifahan, beberapa tokoh masyarakat (yang menjadi mualaf) diangkat menduduki jabatan di tingkat lokal. Meski demikian, kaum Muslimin tetap memberikan kebebasan bagi penduduk yang beragama non-Muslim. Orang-orang Yahudi tidak diusik, bahkan diberikan peranan penting pada sektor perdagangan dan ekonomi.

Masjid Agung Lisabon dengan dua kubah dan menaranya yang unik dengan tangga luar yang melingkar sebagaimana tangga pada Masjid Agung Samara, Irak.

Berangsur, wilayah al Garb al Andalus tumbuh dengan pesat di berbagai bidang. Sekolah-sekolah yang mempelajari ilmu pengetahuan umum dan agama banyak didirikan, ladang pertanian memberikan panen memuaskan, irigasi dibangun di banyak tempat dan sebagainya. Pendek kata, kemakmuran tercipta. Tak hanya itu, umat Islam juga mengenalkan seni arsitektur dan kaligrafi yang bernilai tinggi, dan hal tersebut diterapkan pada sejumlah bangunan.

Bahasa Arab digunakan dalam komunikasi sehari-hari, baik di kota maupun di desa. Sejarawan termuka, Al Idrisi, mengisahkan, ketika itu penduduk Kota Selpa yang non-Muslim sekalipun, berbicara dengan bahasa Arab. ''Pengaruh itu masih bisa dirasakan hingga kini, di mana terdapat sekitar 600 kosakata Arab yang diadopsi ke dalam bahasa Portugis,'' urai situs historymedren .

salah satu kubah masjid ini menggunakan atap transfaran sehingga sinar matahari menembus masuk ke ruang dalam. sedangkan pada ujung menaranya di hias dengan ornamen kaligrapi geometris Allahuakbar.

Selama 250 tahun situasi kondusif berlangsung. Sampai memasuki paruh abad ke-11, para penguasa lokal yang merasa sejahtera, tidak lagi setia kepada kekhalifahan. Mereka membentuk raja-raja kecil, seperti di Badajoz, Merida, Lisbon, dan Evora. Perpecahan terjadi. Situasi tersebut membuka peluang bagi kaum Visigoth Kristen yang selama ini hidup di kawasan pegunungan untuk berkonsolidasi. Mereka lantas melakukan ofensif dan berlanjut hingga lepasnya kekuasaan Islam di Andalusia.

Masuknya Kembali Islam ke Portugal

Portugal atau Portugis dikenal secara luas di buku buku sejarah Nasional Indonesia sebagai salah satu negara kolonial yang pernah menguasai sebagian dari wilayah Nusantara di masa lalu. Selain wilayah Nusantara, Portugal juga pernah menjajah beberapa negara di bagian bumi yang lain. Ketika masa kolonialisme berahir, Portugal memiliki kedekatan dengan negara-negara bekas jajahannya. Banyak penduduk negara jajahan yang bermigrasi ke Portugal, dengan membawa serta tradisi, identitas, maupun agama yang mereka anut. Portugal pun menjelma menjadi negara multietnis dan multiagama. Terdapat komunitas warga Afrika, Amerika Latin, hingga Asia di sana. Pun halnya dengan agama, ada pemeluk Hindu, Buddha, Sikh, Yahudi, serta Islam.  

interior masjid Agung Lisabon dengan Jemaah yang memadati ruang utamanya.

Islam di Portugal Saat ini

Jumlah umat Muslim diperkirakan mencapai 30 ribu jiwa. Mereka berasal dari berbagai etnis, terutama dari Mozambik, Kenya, Makao, Pulau Goa di India, bagian timur Indonesia, dan keturunan orang-orang Muslim India. Tak ketinggalan kaum Muslimin yang datang dari Afrika Barat dan Timur Tengah, seperti Mesir, Maroko, dan Aljazair. Ada pula para mualaf Portugal walaupun jumlahnya tidak terlampau banyak. Kedatangan imigran Muslim ke Portugal mulai berlangsung selepas Perang Dunia II.

Portugal merupakan negara sekuler. Seperti halnya di banyak negara Eropa, mereka memisahkan secara tegas aspek keagamaan dengan pemerintahan. Meski begitu, negara tetap memberikan perhatian terhadap kehidupan agama dan hubungan antarumat beragama. Ada dua aturan pokok yang berlaku: Pertama, perjanjian khusus ( concordata ) tahun 1940 dengan Keuskupan Roma. Hal itu terkait mayoritas penduduk (84,5 persen) menganut agama Katolik Roma. Kedua, undang-undang kebebasan beragama. Diterbitkan sejak 2001, peraturan itu bertujuan memberikan pengakuan serta hak-hak umat agama lain yang selama ini tinggal di Portugal.

Masjid Agung Lisabon dari Kejauhan. bentuknya begitu mencolok dibandingkan dengan bangunan disekitarnya.

Periode tahun 80 sampai 90-an bisa dikatakan menjadi masa-masa penuh harmoni dalam kehidupan masyarakat di Portugal. Umat Islam dan umat agama lain bisa melaksanakan peribadatan dengan leluasa. Masjid, mushala, dan sekolah Islam pun banyak didirikan.

Portugal lantas memiliki dua masjid jami dan 17 mushala, sebagian besar terletak di Lisabon, Coimbra, Filado, Evoradi, dan Porto. Sekolah Dar al-Ulum al-Islamiyyah melengkapi sarana pendidikan di Lisabon. Sekolah ini setingkat dengan sekolah menengah pertama dan menengah atas. Di samping itu, sejumlah masjid dan mushala turut membuka kelas halaqah tahfiz Alquran al-Karim, bahasa Arab, dan ilmu-ilmu Islam. Kaum Muslim juga menerbitkan sejumlah jurnal berbahasa Portugal dan berbahasa Arab seperti majalah Islam.

plakat pembangunan Msjid Agung Portugal.

Berdirinya Masjid Agung Lisabon

Momen penting bagi muslim Portugal terjadi pada 1968, yakni untuk pertama kalinya didirikan sebuah lembaga Islam di Lisabon bernama al-Jamaah al-Islamiyyah lilisybunah. Melalui lembaga ini, berbagai aktivitas keagamaan umat dapat dikoordinasikan sehingga lebih terarah. Selain itu, lembaga tersebut juga menjadi bukti eksistensi umat semakin diakui. Seiring makin meningkatnya arus imigran Muslim ke negara ini di era tahun 70-an, pemerintah bersedia memberikan sebidang tanah di ibu kota Lisabon untuk dimanfaatkan membangun masjid dan Islamic Center. Butuh waktu untuk menyelesaikan pembangunan masjid yang cukup besar dan representatif.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA