Sabtu, 14 Juli 2012

Masjid Agung Sultan Qaboos, Muscat - Oman

Masjid Agung Sultan Qaboos di kota Muscat menyembul diantara bukit bukit batu disekitarnya , empat menara dengan warna, bentuk dan tinggi seragam mengapit empat penjurubangunan masjid ditambah dengan satu menara utama dengan ketinggian hampir dua kali lipat dari ketinggian empat menara lainnya.

Oman merupakan negara Arab yang terletak di ujung tenggara semenanjung Arabia, berbentuk kesultanan mutlak, berbatasan darat langsung dengan Republik Yaman di barat daya, Saudi Arabia disebelah barat dan memiliki perbatasan yang unik dengan Uni Emirat Arab di barat laut. Satu exclave Oman berada di wilayah Uni Emirat Arab di tanjung Musandam menghadap ke selat Hormuz, serta tumpang tindih wilayah di daerah Madha, di Madha satu wilayah kecil milik Oman berada di tengah tengah wilayah Uni Emirat Arab tapi di tengah wilayah kecil oman itu terselip kota kecil milik Uni Emirat Arab. Sejauh ini Oman merupakan satu negara Arab yang paling stabil.

Kesultanan Oman beribukota di Muscat, saat ini dipimpin oleh Sultan Qaboos (dibaca Sultan Qabus), hukum islam menjadi hukum negara dan pemerintahan sehari hari dijalankan oleh seorang Perdana Menteri. Masjid pertama di Oman diperkirakan dibangun tahun 1300 masehi, Reruntuhan masjid tua itu ditemukan di wilayah Qalhat di timut laut Oman, oleh ekspedisi arkeologi gabungan antara Oman dan Prancis di tahun 2011 lalu. Masjid tua itu dibangun oleh Bibi Maryam dandihancurkan oleh kolonial Portugis tahun 1508.

Di tahun 1992, Sultan Qaboos memerintahkan pembangunan sebuah Masjid Nasional bagi Kesultanan Oman di Kota Muscat. Masjid Nasional itu diresmikan pada tahun 2001 dinamai Masjid Agung Sultan Qaboos. Ketika diresmikan masjid ini memegang rekor sebagai masjid dengan Karpet dan lampu gantung terbesar di dunia, kini menjadi rekor terbesar kedua dunia seiring diresmikannya Masjid Agung Sheikh Zayed di kota Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, tahun 2007.

Lokasi Masjid Agung Sultan Qaboos

As Sultan Qaboos Street, Matrah
MuscatOman


Mengenal Kesultanan Oman

Islam masuk dan berkembang di Oman di abad ke 7 masih di masa hidup Rosullulloh. Di abad ke 8 alirah Ibadis shi’ah dan Suni mendomonasi kehidupan Islam di Oman dan menjadikan Oman sebagai satu satunya negara Islam dengan aliran Ibadi. Komunita awal Islam ini yang kemudian memilih pemimpin diantara komunitas mereka. Sentuhan Oman dengan dunia barat terjadi di tahun 1508 ketika Portugis menjajah beberapa bagian kecil wilayah pantai Oman dan bertahan disana selama hampir satu abad. Portugis yang menghancurkan masjid pertama yang dibangun di Oman oleh Bibi Maryam. Sisa sia benteng Portugis masih dapat dlihat hari ini di kota Muscat.

Oman terbilang sebuah negara merdeka sepanjang sejarah terlepas dari penguasaan sedikit wilayahnya oleh Portugis dan Persia yang berkali kali berupaya menguasai wilayah tersebut. Portugis terusir dari Oman di tahun 1650. Dalam persaingan kekuasaan dengan Persia, Oman berhasil melebarkan wilayahnya hingga ke Zanzibar, hingga ke pantai timur benua Afrika, serta sebagian wilayah selatan semenanjung Arabia.

Wilayah Kesultanan Oman

Dan kepemimpinan Oman pun beralih dari para imam Ibadi yang dipilih secara berkala kepada sistem kesultanan yang berkuasa secara turun temurun hingga saat ini dan bertahta di kota Muscat. Penguasa di Muscat terus mengembangan wilayah dengan mendirikan berbagai pos perdagangan di berbagai pantai wilayah Persia hingga daerah Makram (kini menjadi wilayah Pakistan) di awal abad ke 19, kala itu Oman menjelma sebagai kekuatan utama di semenanjung Arabia dan menunjukkan kehadirannya di wilayah pantai timur Afrika.

Oman sempat menjadi objek perebutan antara Farncis dan Inggris di abad ke 18. Di abad ke 19 Oman dan Inggris Raya menandatangani beberapa fakta kerjasama dan perdagangan. Dan ditahun 1908 inggris memasuki era perjanjian persahabatan dengan Oman. Hubungan tradisional antara kedua negara ini di syahkan pada  pada tahun 1951 melalui sebuah fakta persahabatan, pedagangan dan navigasi dan pengakuan Inggris Raya terhadap eksistenti Oman sebagai sebuah Kesultanan yang berdaulat penuh.

Sultan Qaboos
Tatkala Sultan Al-Busaid wafat di tahun 1856 putranya berebut kekuasaan, yang berujung pada perpecahan kesultanan Oman menjadi dua wilayah Zanzibar, bersama dengan wilayah barat Afrika, Muscat dan Oman. Zanzibar membayar upeti tahunan kepada Muscat dan Oman sampai kemerdekaan Zanzibar di awal tahun 1964. Di penghujung abad ke 19 dan pertengahan abad ke 19, Sultan Oman sempat menghadapi pemberontakan dari anggota Ibadi yang menuntut otonomi penuh diwilayah mereka yang berpusat di kota Nizwa dengan Imam Ibadi sebagai pemimpinnya. Konflik tersebut selesai dengan fakta perjanjian Seeb di tahun 1920. Oman memberikan kewenangan kepada Imam Ibadi untuk mengatur wilayahnya sebagai bagian dari Kesultanan Oman.

Seiring dengan ditemukannya minyak di kawasan otonom ibadi, konflik merebak lagi di tahun 1954, pemberontakan sporadis tersebut dipimpin oleh Imam Ibadi yang baru, menuntut wewenang lebih bagi pengelolaan wilayahnya. Pemberontakan itu berahir dengan kekalahan pasukan pemberontak di tahun 1959 dengan bantuan Inggris. Imam Ibadi kemudian dipecat dari jabatannya dan diasingkan ke Saudi Arabida di tahun 1960-an dengan dukungan dari para pendukung dan beberapa pemerintah Arab, namun semua dukungan tersebut berahir di tahun 1980-an.

Di tahun 1964 pemberontakan separatis terjadi di Provinsi Dhofar. Didanai oleh komunis dan pemerintahan negara negara beraliran kiri termasuk Republik Demokratik Yaman (Yaman Selatan). Para pemberontak membentuk Fron Pembebasan Dhofar (Dhofar Liberation Front – DLF) yang kemudian digabungkan dengan Front beraliran Marxist, Populat Front For the Liberation of Oman and Arab Gulf (PFLOAG). Fron ini mendeklarasikan keinginan untuk menggulingkan rezim teluk Arab. Di tahun 1974 PFLOAG menyingkat nama mereka menjadi Popular Front for Liberation of Oman (PFLO) dan memulai perjuangan politik daripada pendekatan militer dalam upaya meraih kekuasan di negara negara teluk, namun juga tetap meneruskan perang gerilya di Dhofar.

Keindahan Masjid Agung Sultan Qaboos di Malam Hari.

Kudeta Oleh Sultan Qaboos

Dengan bantuan dari penasihat Inggris, Sultan Qaboos Naik takta pada tanggal 23 Juli 1970 dengan melakukan kudeta terhadap ayahandanya sendiri, Sa’id Bin Taymur yang kemudian meninggal dalam pengasingan di London. Baru naik tahta, Sultan Qaboss sudah berhadapan dengan setumpuk permasalahan yang warisan semasa kekuasaan Ayahnya, termasuk masalah penyakit menular, buta aksara, dan kemiskinan. 

Salah satu langkah pertama yang dilakukannya adalah menghapuskan begitu banyak larangan yang dulu pernah diberlakukan ayahnya yang mengakibatkan ribuan warga Oman kabur ke luar negeri serta memberikan begitu banyak amnesti kepada tokoh tokoh yang berseberangan dengan rezim sebelumnya untuk memungkinkan mereka semua kembali ke Oman.

Beliau juga membentuk struktur pemerintahan moderen dan meluncurkan program program pengembangan untuk mengangkat tingkat fasilitas pendidikan dan kesehatan negara, membangun infrastruktur moderen dan pengembangan sumber daya alam nasional. Dalam upaya mengatasi krisis di Dhofar, Sultan kemudian memperluas dan melengkapi kekuatan angkatan perangnya dan memberikan amnesti kepada semua tokoh pemberontak yang menyerah namun terus melancarkan serangan besar besaran ke wilayah tersebut. 

Exterior Masjid Sultan Qaboos

Beliau mendapatkan dukungan militer langsung dari Inggris Raya, Iran dan Yordania. Di awal tahun 1975 para pembrontak yang bergerilya terkurung di wilayah seluas 50 kilometer persegi di perbatasan Yaman dan dalam waktu singkat dapat dikalahkan. Seiring berahirnya perang, program program bagi rakyat sipil dilancarkan dengan prioritas tinggi untuk membangun kembali wilayah bekas perang tersebut juga dalam upaya memulihkan kembali kepercayaan publik terhadap pemerintahan Sultan.

Ancaman dari PFLO dengan sendirinya terhapus seiring dengan dicapainya hubungan diplomatik antara Yaman Selatan dan Kesultanan Oman di bulan Oktober tahun 1983. Yaman Selatan sendiri telah mengurangi secara berkelanjutan mengurangi segala bentuk aktivitas propaganda suversif terhadap Oman. Di penghujung tahun 1987, Oman membuka Kedutaannya di Aden (ibukota Yaman Selatan) dan menunjuk Duta besar pertamanya untuk Yaman Selatan.

Kerjasama dengan Amerika Serikat

Wilayah ujung Utara Oman yang terpisah oleh wilayah Uni Emirat Arab, sebuah tanjung bernama Semenanjung Musandam, merupakan wilayah yang sangat strategis di selat Hormuz, berhadapan langsung dengan Iran di seberang selat sejauh 35 mil laut. Oman yang sadar akan keamanan dan stabilitas kawasan itu, menjaga hubungan diplomatiknya dengan Irak selama perang teluk tahun 1990-1991 namun mendukung pasukan Gabungan PBB dengan mengirimkan kontingen pasukannya untuk bergabung dengan kekuatan koalisi.

Kubah Masjid Agung Sultan Qaboos yang menawan, sementara di bawah kubah besar ini tergantung lampu gantung ukuran super besar

Sejak tahun 1980 Oman dan Amerika Serikat terikat dalam Perjanjian kerjasama militer dan kemudian di perbaharui tahun 2000. Oman juga sudah begitu lama berpartisipasi secara aktif dalam upaya menciptakan perdamaian di kawasan Timur Tengah. Menyusul serangan 11 September 2001 di menara kembar WTC, Oman secara serius memberikan dukungan kepada pemerintah AS dalam perang melawan teroris. Oman menjadi salah satu negara yang menyetujui hampir semua perjanjian anti terorisme yang disponsori oleh PBB.

Sengketa perbatasan dengan Yaman dengan sendirinya berahir ketika Yaman Utara dan Yaman Selatan kembali bergabung sebagai Republik Yaman di bulan Mei tahun 1990. Perjanjian perbatasan antara Oman dan Republik Yaman yang baru dibentuk (kembali) ditandatangani pada tanggal 1 Oktober 1992. Oman juga kemudian menyelesaikan perjanjian garis demarkasi dengan negara negara tetangganya yang lain termasuk garis demarkasi dengan Uni Emirat Arab diratifikasi tahun 2003.

Panorama keindahan Masjid Agung Sultan Qaboos

Pada bulan November 2010, Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) menyatakan bahwa Oman, di antara 135 negara sedunia, merupakan negara yang paling terperbaiki dalam 40 tahun terakhir. Menurut indeks-indeks internasional, Oman adalah salah satu negara yang paling maju dan stabil di Dunia Arab

Pembangunan Masjid Agung Sultan Qaboos

Di tahun 1992 Sultan Qaboos memerintahkan pembangunan sebuah masjid agung resmi, bagi kesultanan Oman. Rancang bangun untuk masjid agung tersebut pun diselenggarakan pada tahun 1993 dan kemudian terpilihlah lokasi di Bausher bagi pembangunan masjid tersebut. Proses pembangunan dimulai pada tahun 1995. Pekerjaan pembangunannya dilaksanakan oleh Carillion Alawi LLC selama enam tahun empat bulan. Dan diresmikan oleh Sultan Qaboos pada tanggal 4 Mey 2001.

Ruang Utama Masjid Agung Sultan Qaboos dalam sesi kunjungan umum (foto dari wikipedia)

Keseluruhan proses pembangunan masjid ini menghabiskan 300 ribu ton batu pasir merah dari india. Ruang sholat utamanya berbentuk bujur sangkar berukuran 74.4 m x 74.4 m, kubah besarnya setinggi 50 meter dari permukaan lantai. Selain kubah besar di bangunan utama, masjid ini juga dlengkapi dengan sebuah menara utama setinggi 90 meter serta diapit oleh empat menara yang lebih kecil masing masing setinggi 45.5 meter menjadi fitur utama bangunan masjid ini.

Kapasitas Masjid

Masjid Agung Sultan Qaboos memiliki area mencapai 416 ribu meter persegi. Dengan ukuran bangunan masjid mencapai 40 ribu meter persegi. Ruang sholat utamanya masjid ini dapat menampung 6.500 jemaah, ruang sholat khusus wanita berkapasitas 750 jemaah, are luar masjid mampu menampung hingga 8.000 jemaah ditambah lagi dengan area di pelatarang tengah dan sepanjang koridor masjid. Keseluruhan daya tampungnya mencapai 20 ribu jemaah sholat sekaligus.

Selama kunjungannya di MuscatOman, wakilPresiden Amerika Serikat,  Dick Cheney menyempatkan diri berkunjung ke Masjid Agung Sultan Qaboos. 

Karpet Buatan Tangan dan Chandelier Terbesar di Dunia

Karpet dan Chandelier (lampu gantung) menjadi fitur utama rancang bangun interior masjid Agung Sultan Qaboos. Dua hal tersebut tercatat sebagai karpet buatan tangan dan chandelier terbesar ke dua di dunia. Selembar karpet yang menutup ruang dalam masjid ini terdiri dari satu juta tujuh ratus pintalan, dengan berat keseluruhan mencapai 21 ton dan proses pembuatannya menghabiskan waktu selama empat tahun. Karpet berukuran besar ini dirajut dalam gabungan seni klasik tradisional Tabriz, Kashan dan Isfahan (Iran). Terdiri dari 28 warna dalam berbagai variasi tingkat kecerahan, sebagian besar bergambar buah buahan kering

Dengan ukurannya yang begitu besar menjadikan karpet di masjid ini sebagai selembar karpet dengan ukuran terbesar nomor dua di dunia. Karpet rajutan tangan berukuran raksasa ini dibuat oleh Iran Carpet Company (ICC) atas permintaan dari Diwan of the Royal Court of Sultanate of Oman untuk menutup keseluruhan lantai ruang sholat utama masjid Agung Sultan Qaboos di Muscat ini. Karpet terbesar ke dua di dunia ini berukuran 70 m × 60 m, dan mampu menutup area seluas 4,343 meter persegi, semuanya hanya satu lembar karpet.

Selain karpetnya, lampu lampu gantung di masjid Agung Sultan Qaboos juga menjadi lampu gantung terbesar ke dua di dunia. Chandelier ini berukuran panjang 14 meter merupakan produksi dari pabrik Faustig di Jeman.***

Foto Foto Masjid Agung Sultan Qaboos

Sebelum diresmikannya Masjid Agung Sheikh Zayed di Uni Emirat Arab, lampu gantung di masjid agung Sultan Qaboos ini merupakan lampu gantung terbesar di dunia.
Tata lampu yang begitu apik di malam hari dengan latar belakang rembulan malam di Masjid Agung Sultan Qaboos
mengingat Oman merupakan salah satu negara yang berada di jazirah Arabia, rasanya memang luar biasa para pembangun masjid ini yang tidak saja membangun sebuah masjid yang megah tapi juga mampu menghadirkan landscape yang hijau di sekelilingnya.
Hamparan karpet ini juga merupakan karpet terbesar di dunia pada saat diresmikan sebelum kemudian  rekor terbesar itu dikalahkan oleh ukuran karpet di Masjid Agung Sheikh Zayed, Uni Emirat Arab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA