Minggu, 12 Agustus 2012

Masjid Rahmatullah Lampu’uk, Lhoknga, Aceh Besar

Bertahan dari terjangan tsunami 2004. Masjid Rahmatullah Lampu'uk, Lhoknga, Aceh Utara, Nangroe Aceh Darussalam. Salah satu masjid yang mampu berdiri kokoh sendirian diantara bangunan dan seluruh kawasan Lampu'uk yang rata dengan tanah oleh bencana tsunami Aceh dan kawasan Samudera Hindia 26 Desember 2004 silam. Pertama kali dibangun tahun 1990 dan direnovasi tahun 2004.

Memang terlalu sulit untuk membayangkan dan mengirangira bagaimana mungkin masjid satu ini bisa selamat dari terjangan dasyatnya tsunami yang menyapu daratan Aceh dan kawasan Samudera Hindia 26 Desember 2004 silam padahal lokasinya hanya terpaut sekitar 500 meter dari bibir pantai, sementara seluruh bangunan disekitarnya luluh lantak menyisakan puing puing berserakan. Lampu’uk dan seluruh kota Lhoknga rata dengan tanah, tak hanya meluluhlantakkan Lhoknga tanpa sisa, dahsyatnya tsunami itu telah merenggut ribuan jiwa penduduk Lhoknga dari awalnya lebih dari 6000 jiwa, paska tsunami tersisa hanya sekitar 700 jiwa saja. 250 ribu orang meninggal dunia dengan sekejap di seluruh Aceh dan Nias. Infrastruktur yang berada 3-4 km dari garis pantai hancur total dilanda tsunami yang datang dengan kecepatan mencapai 600 km/per jam itu.

Tak mengherankan bila kemudian para penulis, jurnalis, reporter, relawan hingga masyarakat dalam dan luar negeri menyebut masjid ini dan masjid masjid lainnya yang selamat dari tsunami Aceh sebagai masjid Ajaib. Siapapun yang melintas di daratan, lautan ataupun wilayah udara Lhoknga paska tsunami hanya dapat menyaksikan bangunan masjid ini sebagai satu satunya bangunan yang masih berdiri di hamparan puing puing kota Lhoknga yang terdiam dalam sunyi selama berbulan bulan sampai kemudian proses pemulihan kawasan tersebut dimulai dan denyut kehidupanpun kembali berdetak di kawasan itu.  Nyatanya nama masjid ini nyatanya tak sekedar nama tapi benar benar sebuah doa yang di ijabah sebagai masjid yang dirahmati Allah.

dulu dan sekarang ::: foto atas ketika tsunami menghajar Aceh, Masjid Rahmatullah menjadi satu satunya spot yang masih utuh berdiri meski seluruh kawasan disekitarnya tak bersisa dihantam gelombang tsunami. Foto bawah, kondisi saat ini di kawasan Lampu'uk di abadikan dari salah satu dari dua menara Masjid Rahmatullah.

Masjid Rahmatullah bukanlah satu satunya masjid yang masih berdiri sendirian diantara puing puing kehancuran tsunami Aceh, selain Masjid Rahmatullah ada sekitar 25 masjid lainnya di seantero Aceh yang mengalami keajaiban serupa termasuk diantaranya adalah Masjid Raya Baiturrahman di Kutaraja Banda Aceh, Masjid Baiturrahim di Ulee Lheue, Masjid Raya Teuku Cik Maharaja Ghurah di Peukan Bada, Masjid dekat makam Syah Kuala, Masjid di Ujung Karang, Meulaboh, dan beberapa masjid lain di sejumlah tempat di Nangroe Aceh Darussalam.

Alamat dan Lokasi Masjid Rahmatullah

Mesjid Rahmatullah Lampu’uk
Jalan Banda Aceh – Meulaboh, Desa Lhonga km 2.1
Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar
Propinsi Nangroe Aceh Darussalam - Indonesia



Catatan Sejarah Masjid Rahmatullah Lampu’uk

Bila berkunjung ke Masjid Rahmatullah kita akan menemukan tiga prasati pembangunan sekaligus yang menorehkan sejarah masjid Rahmatullah sejak pertama kali dibangun hingga kemudian mengalami proses renovasi besar besaran paska tsunami oleh Bulan Sabit Merah Turki yang tidak saja melakukan renovasi masjid ini tetapi juga membangun kota baru di sekitar Masjid Rahmatullah lengkap dengan fasilitas pendukungnya bagi penduduk Lhoknga yang selamat. Kawasan baru tersebut dinamai dengan “perkampungan Bulan Sabit Merah Turki - Turkish Red Crescent Village”

Sebagaimana dijelaskan dalam prasasti pertama bahwa Masjid Rahmatullah Lampu’uk pertama kali dibangun pada tahun 1990M (1410H), ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan masjid oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Aceh Besar, Drs. H. Sanusi Wahab, pada tanggal 21 Sya'ban 1410H bertepatan dengan tanggal 19 Maret 1990.

Empat prasasti peringatan pembangunan masjid Rahmatullah.

Proses pembangunan masjid selesai dilaksanakan dan diresmikan oleh Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh, Prof. DR. H. Syamsuddin Mahmud Pada tanggal 10 Jumadil Awal 1818H bertepatan dengan tanggal 12 September 1997M. sebagaimana dijelaskan dalam prasasti kedua.

Prasasti ketiga dibuat dalam tiga bahasa yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Turki, menjelaskan pembangunan masjid ini paska tsunami 2004. Teks lengkapnya berbunyi sebagai berikut :

“Pekerjaan perbaikan mesjid Rahmatullah yang rusak akibat gempa dan tsunami pembangunan dua unit menara dan pagar keliling oleh Bulan Sabit Merah Turki”

“Rahmatullah Caminin Tsunamide hasar gormus kisimlari, minateleti ve cevre duvarlari Turkiye Kizilay Dernegi Tarafindan Yapilmistir”

“The parts damaged by tsunami, the minarets and the sorounding walls of Rahmatullah Mosque mosque were constructed by Turkish Red Crescent Society”

2004 - 2012 ::: foto atas adalah kondisi masjid Rahmatullah setelah dihantam tsunami 26 Desember 2004, sedangkan foto bawah adalah kondisi masjid Rahmatullah saat ini, selain seluruh bangunan sudah direnovasi total oleh Bulan Sabit Merah Turki, tapi kini jugda dilengkapi dengan dua menara. menara kembar seperti ini merupakan arsitektur khas Turki meski bentuknya sudah disingkronisasi dengan bentuk bangunan induk.

Sedangkan prasasti ke empat menjelaskan perjalanan singkat sejarah masjid Rahmatullah dalam Bahasa Aceh, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

“Meuseujid Rahmatullah Lampu'uk geupeudong bak uroe 19 Maret 1990. Bak waree tsunami 26 Desember 2004, cit meung Mesuseujid nyoe sagai bangonan nyang seulamat di dairah Lampu'uk.”

“Masjid ini pertama kali dibuka untuk umum pada 19 Maret 1990. Ketika tsunami 26 Desember 2004 terjadi mesjid ini merupakan satu satunya bangunan yang tetap berdiri dari daerah Lampu'uk.”

“This Mosque was first opened to the publik in 19 March 1990. at the time of tsunami on 26 December 2004, this mosque was the only building left standing in the Lampu'uk area.”

Lampu'uk dulu dan kini ::: 8 Tahun Paska tsunami kini Lampu'uk sudah kembali normal, kawasan yang hancur dan benar benar terkikis habis di Lampu'uk seperti foto atas kini berdiri Perkampungan Bulan Sabit Merah Turki.

Bantuan dan Jejak Turki di Tanah Rencong, Serambi Mekah

Pemerintah Turki melalui Bulan Sabit Merah Turki memberikan dukungan luar biasa bagi pemulihan Aceh paska tsunami. Hubungan sejarah yang begitu erat di masa lalu memang membangkitkan semangat persaudaraan sesama muslim di Turki untuk memberikan segala bantuan yang diperlukan bagi muslim Aceh Korban tsunami. Hari Selasa 26 Desember 2006, dua tahun paska bencana tsunami Wakil Perdana Menteri Turki, Mehmet Ali Sahin datang langsung ke Lampu’uk mewakili pemerintah dan rakyat Turki untuk meresmikan berbagai fasilitas yang dibangun oleh Bulan Sabit Merah Turki di Aceh dalam sebuah acara yang dipusatkan di halaman Masjid Rahmatullah Lampu’uk.

Berbagai pejabat negara datang ke tempat acara yang dipusatkan di halaman Masjid Rahmatullah Lhok Nga itu. Termasuk (ketika itu masih calon gubernur NAD) Muhammad Nazar yang hadir duduk membaur diantara para tamu sampai kemudian panitia menyadari kehadirannya dan meminta beliau duduk bersama para tamu kehormatan di acara tersebut. Termasuk juga Irawadi Yusuf (pasangan M. Nazar dalam Pilkada Aceh Pertama).

Rangkaian sejarah Masjid Rahmatullah sejak tsunami, renovasi dan penambahan dua menara  hingga ke bentuknya saat ini lengkap dengan gerbang bertuliskan nama masjid dalam 3 bahasa, Bahasa Indonesia, Turki dan Inggris.

Dua tahun paska tsunami memang bukan waktu yang lama. Tapi perubahan dratis kini 'me 'menyulap' Serambi Makkah termasuk desa Lampu’uk di Lhoknga. Kawasan Lhoknga yang dahulu rata dengan tanah, pun mulai hidup kembali. Jalanan sudah teraspal rapi. Masjid Rahmatullah megah berdiri setelah direnovasi. 1.052 rumah dengan tipe 45 yang dibangun dengan biaya Rp 92 juta per unit, fasilitas umum, dan empat gedung sekolah. serta perbaikan pemakaman prajurit Turki di kampung Bitai, dan sebuah masjid di dirikan di depannya. Pemakaman tersebut merupakan komplek pemakaman prajurit Turki yang dikirim ke Aceh untuk membela Aceh dari serbuan Kolonial Portugis empat ratus tahun silam.

Kedahsyatan bencana tsunami Aceh, menurut Wakil Perdana Menteri Turki, Mehmet Ali Sahin, langsung mengusik rakyat Turki dengan segera membuka rekening dompet bencana `Asia Menangis'. Hasilnya, lebih dari dua juta warga negara yang mayoritas Muslim di daratan Eropa itu, terketuk hatinya. Sebesar 260 juta dolar AS kemudian disumbangkan ke Aceh. Empat ratus tahun silam Turki pernah mengirimkan bantuan untuk mengusir penjajah Portugis dari Aceh. Sultan Selim dari Mesir memberangkatkan 15 kapal perang ke Aceh. Bahkan sebagian dari prajurit Turki itu kemudian menjadi warga Aceh dan dimakamkan di Kampung Bitai, Sebagai bukti dari hangatnya hubungan Aceh-Turki.

Gerbang Masjid Rahmatullah ::: Rahmatullah Camii ::: Rahmatullah Mosque

Dari cerita orang kampung, jasad yang dimakamkan itu adalah para ahli meriam dan strategi perang. Salah satu murid asuhannya adalah Laksamana Malahayati. Tentara Turki ini yang mengajari Aceh bagaimana membangun sebuah angkatan laut yang baik. 'Jasa mereka memang besar. Bahkan, sebelum bencana ada dua meriam peninggalan mereka yang dipajang di depan kompleks makam, namun ikut hilang dibawa tsunami. Pakar sejarah Islam Universitas Indonesia, Dr Muhammad Zafar Iqbal, menyatakan beberapa ratus tahun lalu 300 orang prajurit Turki didatangkan ke Aceh. 'Sultan Al Kohar yang berkuasa di Aceh memang meminta bantuan Sultan Turki untuk melawan Portugis.

Masjid Rahmatullah Kini

Hampir 6 bulan, kesan kehancuran masih tampak kental di kawasan ini. Hanya sekitar 700 orang yang selamat dari enam ribu lebih penduduknya yang terdiri dari kebanyakannya pekerja PT Semen Andalas Indonesia (SAI) Lampu’uk, guru, doktor, petani dan nelayan. Sebelum tsunami Lampu’uk mempunyai pantai yang indah sehingga merupakan salah satu tempat rekreasi bagi masyarakat Banda Aceh dan daerah sekitarnya. Paska tsunami seluruh kawasan rata dengan tanah, termasuk pabrik PT. SAI. Sedimen pasir dan tanah telah menutup kawasan itu berpuluh puluh sentimeter dari permukaan aslinya.

Salah satu sudut Masjid Rahmatullah

Meski masih berdiri kokoh sebagai satu satunya bangunan yang tersisa di Lampu’uk dan Lhoknga, Masjid Rahmatullah memang tidak benar benar utuh dari terjangan tsunami tersebut, kerusakan cukup parah menerpa beberapa bagian masjid ini. setelah mengalami proses renovasi total dan penambahan berbagai fasilitas penunjang masjid Rahmatullah kini kembali pulih dan siap melayani muslim Lampu’uk dan muslim manapun yang sedang melawat ke masjid ini. satu sudut ruang dalam masjid sengaja dibiarkan tak diperbaiki dari kerusakan sebagai pengingat bencana kemanusiaan itu. Sekeliling area tersebut dipagar kaca tembus pandang lengkap dengan berbagai koleksi foto foto bencana tsunami. Dan selembar tulisan berbahasa Turki, Indonesia dan Inggris “Tsunami Yi Unitma - Jangan Lupakan Tsunami – Don’t Forget Tsunami”.

Kawasan Pantai Lampu’uk telah populer sejak tahun 90-an. Tiap akhir pekan atau pada masa liburan, pantai ini selalu padat dikunjungi wisatawan. Sekitar lokasi pantai merupakan tempat hunian bagi ribuan warga yang lengkap dengan fasilitas pemukiman kelas menengah atas.  Tahun 2012 ini, delapan tahun sejak terjadinya tsunami, Pantai Lampu’uk telah berbenah. Berbagai fasilitas pelengkap seperti banana boat dan cottage telah tersedia seiring makin banyaknya wisatawan yang berkunjung. Masjid Rahmatullah yang populer karena keutuhan bangunannya setelah diterjang tsunami akhirnya juga menjadi salah satu tujuan wisata orang-orang yang berkunjung ke Pantai Lampu’uk.

Salah satu sudut interior Masjid Rahmatullah ini dengan sengaja tidak direnovasi  sebagai pengingat bagi peristiwa besar yang mengguncang Aceh tersebut.
Pemandangan kawasan Lampu'uk dari menara masjid Rahmatullah, pandangan jauh hingga ke garis langit. Disebelah kiri foto adalah Perkampungan Bulan Sabit Merah Turki untuk masyarakat Lampu'uk
Khas Aceh ::: Kubah dan fasad masjid Rahmatullah ini serupa dengan kubah dan fasad masjid masjid lainnya di Aceh, seperti juga pada Masjid Raya Baiturrahman, kutaraja - Banda Aceh.
Interior Masjid Rahmatullah, lampu'uk
Mimbar dan Mihrab Masjid Rahmatullah, Lampu'uk
Masjid Rahmatullah Lampu'uk ini dibangun dengan kubah lebih dari satu menghasilkan suasana interior yang lega berikut ventilasi cahaya alami di jendela jendela kecil di bawah kubahnya.
------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

1 komentar:

  1. https://radiomaya.blogspot.com/2015/09/radio-serambi-fm-902-mhz-banda-aceh.html?sc=1661760699554&m=1#c394260446996422718

    BalasHapus

Dilarang berkomentar berbau SARA