Minggu, 14 Oktober 2012

Islam dan Masjid di Laos (bagian 2)

Lokasi Republik Demokratik Rakyat Laos.

Muslim Champa dari Kamboja

Muslim Kamboja yang kini menjadi bagian dari muslim Laos. Memiliki perjalanan yang cukup panjang. Seiring dengan runtuhnya kerajaan Islam Champa yang berkuasa di bagian selatan dan tengah Vietnam, akibat kekalahan mereka melawan serbuan Kerajaan Vietnam dari dinasti Nguyen di penghujung abad ke 17 hingga ahirnya dibubarkan pada paruh pertama abad ke-19, sebagian dari muslim Champa mengungsi ke Kamboja, Thailand, Malaysia hingga ke Pulau Hainan (China).
 
Namun perjalanan sejarah memaksa muslim Champa di Kamboja mengungsi untuk kedua kalinya manakala rezim Khmer Merah pimpinan Pol Pol melakukan pembantaian massal terhadap rakyat Kamboja termasuk muslim disana. Dalam masa kekuasaan Khmer Merah dari tahun 1975 hingga tahun 1979, diperkirakan dua juta penduduk Kamboja menjadi korban pembantaian massal yang dilakukan oleh Khmer Merah, dan diperkirakan lima ratus ribu diantaranya adalah kaum muslimin Kamboja dari etnis Champa.
 
Arus pengungsi muslim Champa dari Kamboja ini tiba di Laos pada tahun 1975, mereka diterima dengan baik dan kemudian menetap dan menjadi bagian dari Laos. Sebagian besar mereka menetap di kawasan pemukiman kelas para pekerja di Chantabouli, disebelah barat laut pusat kota Vientiane. Ditahun 1976 atau setahun setelah mereka tiba di Laos, Muslim Champa dari Kamboja ini mendirikan sebuah masjid kecil bernama Masjid Azhar atau lebih terkenal dengan sebutan Masjid Kamboja dengan imamnya, Imam Musa Abu Bakar, tokoh tertua muslim Champa di Laos.

Masjid Kamboja ::: Masjid Azhar di Vientiane dibangun oleh muslim Champa dari Kamboja, karenanya masjid ini lebih dikenal dengannama sebagai masjid Kamboja.

Masjid Azhar merupakan masjid kecil dengan beberapa kubah di atapnya. Masjid ini terdiri dari dua ruangan besar, satu ruang utama sebagai ruang sholat sementara satu ruangan lagi untuk ruang belajar bagi sekitar 50 an anak anak belajar agama Islam. lembaga lembaga Islam dari Malaysia cukup aktif membantu syiar Islam di Laos termasuk aktivitas yang diselengarakan di Masjid Azhar ini.

Bagaimanapun muslim Champa yang tersebar di berbagai negara memang memiliki pertalian yang cukup erat dengan muslim di wilayah utara semenanjung Malaysia dan Kesultanan Aceh di Sumatera. Tak mengherankan bila dalam rekaman video dibawah ini anda dapat mendengar imam Masjid Azhar Vientiane ini berbicara dalam bahasa Melayu yang cukup fasih.

Saat ini komunitas Muslim Champa di Vientiane ada sekitar enam puluh satu keluarga. Sebagian dari mereka merupakan para pekerja dan pedagang obat obatan herbal tradisional yang mereka datangkan dari Kamboja. Kebanyakan dari Muslim Champa dari Kamboja ini menetap di tak jauh dari kawasan pecinanan di pusat kota Vientiane, tempat berdirinya Masjid Azhar yang mereka bangun.

Huru Hara Paska Kemerdekaan

Di tahun 1953 Laos berhasil memperoleh kemerdekaan dari Prancis melalui perjuangan dan pertumpahan darah yang termat panjang. Namun tahun berikutnya justru tenggelam dalam perang saudara mematikan akibat pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok komunis Pathet Lao dukungan Vietnam, China dan Uni Soviet terhadap Raja Savang Vatthana yang di dukung oleh Amerika dan Prancis di tahun 1975.
 
Untuk kesekian kalinya muslim Champa yang sudah menjadi bagian Laos harus mengungsi ke negara negara tetangga untuk menyelamatkan jiwa mereka. Begitu pun dengan muslim dari etnis lainnya. Dipertengahan tahun 1960 diperkirakan terdapat sekitar tujuh ribu muslim di Laos namun seiring dengan meletusnya perang memaksa mereka mengungsi ke berbagai negara. Dan yang tersisa kebanyakan adalah rakyat miskin yang tidak mampu untuk pergi kemanapun.
 
Perang berahir ketika Amerika mendapat tekanan untuk menghentikan perang di Laos, dan dua tahun setelah itu kekuatan komunis Pathet Lao mengambil alih seluruh negara dan mendirikan negara Republik Demokratik Rakyat Laos meng-ahiri era kerajaan Laos dan kekuasaan Raja Savang Vatthana yang telah berkuasa sejak tahun 1959. Sejak itu Laos yang di abad ke-14 hingga abad ke-18 disebut sebagai Lan Xang atau "Negeri Seribu Gajah" ini menjadi negara komunis yang tersisa di Asia Tenggara.
 
Etnis Lao dari komunitas Hmong yang merupakan kaum loyalis terhadap Raja Savang Vatthana, diam diam melakukan semacam pemberontakan rahasia terhadap pemerintahan komunis Pathet Lao akibatnya komunitas ini dikenakan retribusi, sehingga banyak yang mengungsi ke Thailand. Ribuan pengungsi Hmong juga mengungsi ke Amerika dan berbagai negara lain nya. Yang lainnya kembali ke Laos dengan program repatriasi dari PBB. Saat ini sekitar 8000 orang warga Hmong masih menjadi pengungsi di Thailand.
 
Hubungan Indonesia dan Laos
 
Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Laos pertama kali dimulai tahun 1957 melalui kantor perwakilan pemerintah Indonesia di Bangkok. Hubungan tersebut kemudian ditingkatkan ke tahap kedutaan pada tahun 1962 dan pada tahun 1965 secara resmi pemerintah Indonesia membuka kantor Kedutaan Besar di Vientiane. Dalam dunia pendidikan, secara berkala pemerintah Indonesia melalui KBRI Vientiane memberikan beasiswa bagi mahasiswa Laos berprestasi untuk melanjutkan studi mereka di Indonesia.***

Kembali ke bagian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA