Minggu, 11 Desember 2016

Masjid Istiqlal Jakarta

Megah di belantara kota Jakarta, Masjid Istiqlal, Sejak berdiri hingga kini bertahan dengan rekor nya sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara dan salah satu masjid terbesar di dunia.

Masjid Istiqlal di Jakarta adalah ‘Masjid Negara’ Republik Indonesia, dibangun oleh orang orang besar bagi penduduk muslim di sebuah negara besar dan sejak diresmikan hingga hari ini senantiasa dikunjungi oleh orang orang besar dari berbagai negara, salah satu landmark ibukota negara, kebanggaan muslim Indonesia, dan masih memegang rekor sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara. Masjid Istiqlal juga merupakan simbol toleransi beragama di Indonesia, para pendiri negara dengan sengaja membangun Masjid Istiqlal berseberangan dengan Katedral, dan juga rancangan masjid Istiqlal dibuat oleh arsitek Frederich Silaban yang beragama Kristen Protestan.

Kata ISTIQLAL di ambil dari bahasa arab yang berarti MERDEKA. Penamaan masjid nasional ini dengan nama Istiqlal merupakan satu bentuk rasa syukur kepada Allah S.W.T atas anugerah kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Nama Istiqlal kemudian juga menjadi nama Masjid Indonesia di Sarajevo, ibukota Bosnia & Herzegovina, yang dibangun dari sumbangan muslim Indonesia sebagai hadiah bagi muslim Bosnia & Herzegovina yang baru saja merdeka dari penindasan berdarah oleh etnis Serbia.

Lokasi Masjid Istiqlal - Jakarta

Masjid Istiqlal Jakarta
Jl. Taman Wijayakusuma
Jakarta – Indonesia



Masjid Istiqlal berada di sebelah timur kawasan Tugu Monumen Nasional (Tugu Monas). Berdiri dibekas Taman Wilhelmina, yang di bawahnya terdapat reruntuhan benteng Belanda dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah dan pusat-pusat perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka. Tata letak seperti ini sama halnya dengan tata letak pusat pusat pemerintahan kesultanan kesultanan masa lalu di pulau Jawa dan daerah-daerah lainnya di Nusantara bahwa masjid selalu berdekatan dengan kraton / Istana. Pemilihan lokasi ini merupakan ide dari Bung Karno, disepakati oleh Bung Hatta dan Panita pembangunan masjid Istiqlal.

Fakta bahwa Masjid Istiqlal dibangun di kawasan bekas Taman Wihelmina kota Batavia mempertegas makna “Merdeka” pada nama masjid nasional ini. Taman Wihelmina merupakan salah satu bentuk hegemoni kekuasaan kolonial Belanda di Batavia dan dinamai sesuai dengan nama Ratu Kerajaan Belanda. Nama Taman Wihelmina kemudian diganti Taman Wijaya Kusuma, Taman “Bunga Kejayaan” dan ditengahnya berdiri megah Masjid Istiqlal, “Masjid Merdeka”. Jakarta.

Sejarah Masjid Istiqlal – Jakarta

Ide Pembangunan Masjid Istiqlal

Ide pembangunan masjid Istiqlal tercetus empat tahun setelah proklamasi kemerdekaan. Pada tahun 1950, KH. Wahid Hasyim yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Agama RI dan H. Anwar Tjokroaminoto dari Partai Syarikat Islam mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh Islam di Deca Park, sebuah gedung pertemuan di jalan Merdeka Utara, tidak jauh dari Istana Merdeka. Pertemuan dipimpin oleh KH. Taufiqurrahman, yang membahas rencana pembangunan masjid. Gedung pertemuan yang bersebelahan dengan Istana Merdeka itu, kini tinggal sejarah. Deca Park dan beberapa gedung lainnya tergusur saat proyek pembangunan Monumen Nasional (Monas) dimulai.

Masjid Istiqlal pada saat sedang dibangun, terlihat di latar belakang pemandangan kota Jakarta yang masih sepi dari gedung gedung jangkung. 

Masjid tersebut disepakati akan diberi nama Istiqlal. Secara harfiah, kata Istiqlal berasal dari bahasa Arab yang berarti: kebebasan, lepas atau kemerdekaan, yang secara istilah menggambarkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat berupa kemerdekaan bangsa.

Pembentukan Panitia

Pada pertemuan di gedung Deca Park tersebut, secara mufakat disepakati H. Anwar Tjokroaminoto sebagai ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Beliau juga ditunjuk secara mufakat sebagai ketua panitia pembangunan Masjid Istiqlal, meskipun beliau terlambat hadir karena baru kembali ke tanah air setelah bertugas sebagai delegasi Indonesia ke Jepang membicarakan masalah pampasan perang saat itu.

Pada tahun 1953, Panita Pembangunan Masjid Istiqlal, melaporkan rencana pembangunan masjid itu kepada kepala negara. Presiden Soekarno menyambut baik rencana tersebut, bahkan akan membantu sepenuhnya pembangunan Masjid Istiqlal. Kemudian Yayasan Masjid Istiqlal disahkan dihadapan notaris Elisa Pondag pada tanggal 7 Desember 1954.

Simbol toleransi dan Bhineka Tunggal Ika. Masjid Istiqlal berseberangan dengan Katedral Jakarta.

Presiden Soekarno mulai aktif dalam proyek pembangunan Masjid Istiqlal sejak beliau ditunjuk sebagai Ketua Dewan Juri dalam Sayembara maket Masjid Istiqlal yang diumumkan melalui surat kabar dan media lainnya pada tanggal 22 Pebruari 1955. Melalui pengumuman tersebut, para arsitek baik perorangan maupun kelembagaan diundang untuk turut serta dalam sayembara itu.

Penentuan Lokasi

Terjadi perbedaan pendapat mengenai rencana lokasi pembangunan Masjid Istiqlal. Ir.H. Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI) berpendapat bahwa lokasi yang paling tepat untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut adalah di Jl. Moh. Husni Thamrin yang kini menjadi lokasi Hotel Indonesia. Dengan pertimbangan lokasi tersebut berada di lingkungan masyarakat Muslim dan waktu itu belum ada bangunan di atasnya.

Sementara itu, Ir. Soekarno (Presiden RI) mengusulkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina, yang di bawahnya terdapat reruntuhan benteng Belanda dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah dan pusat-pusat perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka. Hal ini sesuai dengan simbol kekuasaan kraton di Jawa dan daerah-daerah di Indonesia bahwa masjid selalu berdekatan dengan kraton.

Taman Wihelmina kota Batavia, kini berubah menjadi Taman Wijaya Kusuma yang merupakan kawasan Masjid Istiqlal Jakarta.

Pendapat H. Moh. Hatta tersebut akan lebih hemat karena tidak akan mengeluarkan biaya untuk penggusuran bangunan-bangunan yang ada di atas dan di sekitar lokasi. Namun, setelah dilakukan musyawarah, akhirnya ditetapkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina bekas benteng Belanda.

Sayembara Rancangan Masjid Istiqlal

Dewan Juri sayembara maket Masjid Istiqlal, terdiri dari para Arsitek dan Ulama terkenal. Susunan Dewan Juri adalah Presiden Soekarno sebagai ketua, dengan anggotanya Ir. Roeseno, Ir. Djuanda, Ir. Suwardi, Ir. R. Ukar Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), H. Abu Bakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.

Sayembara berlangsung mulai tanggal 22 Februari 1955 sampai dengan 30 Mei 1955. Sambutan masyarakat sangat menggembirakan, tergambar dari banyaknya peminat hingga mencapai 30 peserta. Dari jumlah tersebut, terdapat 27 peserta yang menyerahkan sketsa dan maketnya, dan hanya 22 peserta yang memenuhi persyaratan lomba.

Di dalam Masjid Istiqlal

Setelah dewan juri menilai dan mengevaluasi, akhirnya ditetapkanlah 5 (lima) peserta sebagai nominator. Lima peserta tersebut adalah:

Pemenang Pertama: Fredrerich Silaban dengan disain bersandi KETUHANAN
Pemenang Kedua: R. Utoyo dengan disain bersandi ISTIGFAR
Pemenang Ketiga: Hans Gronewegen dengan disain bersandi SALAM
Pemenang Keempat: 5 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi ILHAM
Pemenang Kelima : adalah 3 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi KHATULISTIWA dan NV. Associatie dengan sandi LIMA ARAB

Pada tanggal 5 Juli 1955, Dewan Juri menetapkan F. Silaban sebagai pemenang pertama. Penetapan tersebut dilakukan di Istana Merdeka, sekaligus menganugerahkan sebuah medali emas 75 gram dan uang Rp. 25.000. Pemenang kedua, ketiga, dan keempat diberikan hadiah. Dan seluruh peserta mendapat sertifikat penghargaan.

Pemasangan Tiang Pancang

Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, disaksikan oleh ribuan ummat Islam. Selanjutnya pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar. Sejak direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak kemajuan. Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif.

Masjid Istiqlal terdiri dari bangunan utama, dua plataran tengah dan satu menara 

Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak pada tahun 1965 saat meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama sekali. Setelah situasi politik mereda,pada tahun 1966, Menteri Agama KH. M. Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini. Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.

Peresmian Masjid Istiqlal

Tujuh belas tahun kemudian, Masjid Istiqlal selesai dibangun. Dimulai pada tanggal 24 Agustus 1961, dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978, ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam. Biaya pembangunan diperoleh terutama dari APBN sebesar Rp. 7.000.000.000,- (Tujuh Milyar Rupiah) dan US$. 12.000.000 (dua juta Dollar AS).

Lembaga lembaga di bawah Masjid Istiqlal

KBIH Intiqlal semula bernama KBIH Kostiq didirikan tahun 2002 oleh Yayasan Kostiq Istiqlal. Pada tahun 2003 dilaksanakan peremajaan pengurus yang efektif melakukan kegiatannya mulai tahun 2004, dapat menerima pendaftaran dan melakukan bimbingan manasik haji. KBIH didirikan dengan niat yang ikhlas semata-mata untuk menyiarkan Agama Islam, dengan membantu memberikan kemudahan bagi calon Haji untuk menjadi haji yang mabrur. Pusat kegiatan KBIH Istiqlal baik pelayanan administrasi maupun pelayanan bimbingan manasik kepada jamaah calon haji baik secara teori maupun praktek, berlokasi di Masjid Istiqlal.*** (dari  berbagai sumber)


1 komentar:

  1. I wɑs recommended tһiѕ web site by my cousin. І am not positive ѡhether
    tһis post is wrіtten via hіm as no one else recognise ѕuch certain aƄout my trouble.

    You are incredible! Ꭲhanks!

    BalasHapus

Dilarang berkomentar berbau SARA