Selasa, 12 Juli 2016

Masjid Muhammad Ali Pasha, Kairo

Tinggi menjulang di atas benteng Salahudin di atas bukit kota Kairo, Masjid Muhammad Ali Pasha tak pelak lagi menjadi landmark kota Kairo (foto dari wikipedia)

Tak salah bila Kairo dijuluki sebagai kota seribu menara, kota ini memang bertabur menara menara masjid indah dari berbagai era kekuasaan yang silih berganti menguasai Mesir. Salah satu masjid dengan menara tinggi dan dapat dilihat dari jarak yang begitu jauh karena berada diketinggian Benteng Shalahuddin di atas sebuah bukit di kota Kairo, yakni Masjid Muhammad Ali Pasha. Saking tingginya lokasi masjid ini, Ketika sudah berada disana, pengunjung dapat melihat hampir seantero Kota Kairo, beserta sungai Nil dan piramida dikejauhan dari halaman masjid.

Tak pelak lagi dengan posisinya yang berada di ketinggian dan dapat dipandang dari berbagai sudut kota, masjid ini dengan secara otomatis menjadi landmark kota Kairo. Masjid Muhammad Ali Pasha dinamai sesuai dengan nama Muhammad Ali Pasha penguasa Mesir dari dinasti Muhammad Ali, dinasti Islam terahir yang berkuasa di Mesir sebelum kemudian negeri ini berubah menjadi Republik hingga saat ini. Masjid Muhammad Ali Pasha memiliki banyak nama lain, diantaranya adalah Masjid Alabaster karena sebagian besar dilapisi dengan marmer alabaster. Kadangkala juga disebut sebagai masjid Almarmari merujuk kepada bahan marmer yang mendominasi bangunan masjid ini.


Masjid ini sengaja dibangun oleh Muhammad Ali Pasha ditahun 1830 hingga 1848, untuk mengenang Tusun Pasha, putra tertua-nya yang meninggal pada tahun 1816. Untuk membangun masjid tersebut, beliau mengundang sejumlah insinyur dari Prancis dan Italia untuk merancang Masjid ini. Diantara ide cemerlang yang dikemukakan para insinyur yang mendirikan Masjid Muhammad Ali Pasha adalah pemilihan lokasi yang unik, yakni di puncak Benteng Shalahuddin Al-Ayyubi yang berada di pinggiran Kota Kairo. Dengan dipilihnya lokasi tersebut, panorama di sekitar benteng tersebut pun menjadi benar-benar berubah. Rekonstruksi Masjid Muhammad Ali Pasha dimulai pada tahun 1830 atau sekitar tujuh abad setelah berdirinya Citadel dan selesai tahun 1848.

Jazad Muhammad Ali Pasha sendiri ahirnya di makamkan di halaman masjid ini. Muhammad Ali Pasha wafat di Istana Ras el-Tin Palace di Alexandria pada tanggal 2 Agustus 1849 dan dimakamkan di pemakaman Hosh al-Basha. Adalah Raja Abbas I yang tak lain adalah cucu dari Muhammad Ali Pasha, putra dari Tusun Pasha yang kemudian memindahkan makam Muhammad Ali Pasha ke halaman masjid ini pada tahun 1857.

dari segi ukuran, Masjid Muhammad Ali Pasha ini merupakan masjid terbesar yang pernah dibangun di awal abad ke 19, terutama di Mesir dan Afrika.

Bergaya Turki dengan sentuhan Prancis dan Italia

Masjid Muhammad Ali Pasha secara umum dibangun dengan mengadopsi gaya masjid dinasti Usmaniyah, bangunan masjid dengan dua buah menara tinggi yang ramping dan runcing seperti sebuah pinsil, mengapit kubah utama dan sejumlah kubah kecil disekitarnya. Tinggi kedua menara ini mencapai 82 meter. Sementara itu, bagian kubahnya dibuat megah dan tinggi, mirip dengan Masjid Aya Sofia di Istanbul, Turki.

Bangunan utamanya terdiri dari dua bagian. Pada bagian luar, terdapat tempat berwudhu yang letaknya tepat di tengah-tengah halaman masjid dan sebuah menara jam yang merupakan hadiah dari Raja Prancis, Louis Philippe I, pada tahun 1846. Konon, sebagai hadiah balasan, Raja Muhammad Ali Pasha memberikan obelisk Ramses II dari Kuil Luxor yang terdapat di pintu masuk. Saat ini, obelisk Ramses II tersebut masih bisa dilihat di Place de la Concorde, Paris, Prancis.

Interior Masjid Muhammad Ali Pasha, tak jauh berbeda dengan interior masjid masjid dari masa Usmaniyah lainnya. Terutama Masjid Aya Sofia di Istambul, Turki.
Ruang shalat berada di bawah kubah-kubah yang terdiri atas satu kubah utama yang berada di tengah dan empat kubah berukuran menengah (sedang) serta empat kubah kecil yang mengapit kubah utama. Bagian langit-langit puncak kubah (dari dalam) dihiasi ukiran geometris dengan empat pojok yang terukir kaligrafi empat nama Khulafaur Rasyidin. Dinding ruang sholat diberi celah-celah yang dihias dengan kaca patri berwarna-warni dan pilar pilar pualam yang tidak membuat ruangan masjid tersebut terasa sempit. Di samping pilar pilar utama terdapat juga pilar pualam ramping yang menyangga atap dan kubah-kubah kecil.

Masjid Muhammad Ali Pasha di mata uang Mesir
Selain cahaya alami, sistem pencahayaan masjid ini disinari oleh lampu-lampu gantung raksasa di bagian tengah ruang shalat. Lampu-lampu gantung raksasa tersebut diberi bingkai lampu-lampu gantung listrik yang memiliki ukuran lebih kecil dengan bola-bola kristal yang indah dan menawan yang terdapat di sekelilingnya. Keberadaan ornamen dan lampu-lampu kristal pada bagian ruang shalat ini memberi kesan gaya Baroque, suatu gaya arsitektur yang tumbuh setelah masa Renaisanse yang begitu sarat dengan dekorasi dan ornamen, termasuk dengan bangunan mimbarnya.

Di dalam Benteng Salahudin ini Selain Masjid Muhammad Ali juga terdapat dua museum, yaitu Museum Permata (Qashrul Jawharah) yang berisi perhiasan raja-raja Mesir, Singgasana Raja Farouk, dan Museum Polisi (Mathaf As-Syurthah) yang terdiri dari 6 bagian (diantaranya ruangan yang memamerkan senjata-senjata yang pernah dipakai polisi Mesir sepanjang sejarahnya, ruangan dokumen-dokumen penting semenjak masa pemerintahan Muhammad Ali Pasha hingga kini, dan ruangan-ruangan lainnya.

Menjulang di titik tertinggi benteng Shalahuddin

---------------------

Baca Juga


Minggu, 10 Juli 2016

Masjid Nur- Astana, Kazakhstan

PRESIDEN DAN IBUKOTA. Masjid Nur Astana, merupakan masjid terbesar kedua di Kazakhstan setelah masjid Hasrat Sultan yang juga berada di Astana. Nur adalah nama depan presiden Nursultan Nazarbayev. dan Astana adalah nama kota baru yang dibangun Presiden Nursultan sebagai Ibukota Negara. Paduan dua nama yang cukup selaras.

Astana yang dimaksud disini adalah Kota Astana yang merupakan ibukota Republik Kazakhstan. Dalam Bahasa Kazakh Astana berarti “Ibukota”, sesuai dengan status nya sebagai ibukota negara. Astana merupakan kawasan kota baru yang sengaja di buka dan dikembangkan oleh Presiden Nursultan Nazarbayev Sebagai Ibukota baru Republik Kazakhstan menggantikan kota Almaty. secara resmi ibukota negara Kazakhstan pindah ke Astana di tahun 1998. Di pilihnya nama Astana bagi nama Ibukota negara dengan pertimbangan bahwa kata “Astana” mudah di ucapkan dalam berbagai Bahasa dunia.

Merujuk kepada data dari Spiritual Division of Moslems of Kazakhstan (SDMK), 9 juta jiwa atau setara dengan 67% dari penduduk Kazakhstan adalah pemeluk agama Islam yang tergabung dalam 2337 komunitas Islam. 2334 merupakan komunitas muslim Suni sedangkan 3 komunitas lainnya merupakan komunitas Syi’ah.

GLAMOR dengan kubah berlapis emas di jantung kota Astana

Sejak merdeka sebagai sebuah negara independen lepas dari Uni Soviet, perkembangan Islam di negara ini demikian pesat seiring dengan pencapaian tingkat ekonominya yang menjadikan Kazakhstan sebagai negara paling makmur di kawasan Asia Tengah. Islam di Kazakhstan dibawah kendali Spiritual Division of Moslems of Kazakhstan (SDMK), lembaga ini yang menjadi induk organisasi Islam di Negara tersebut.

Lima belas tahun sejak merdeka sudah lebih dari seribu masjid dibangun di seluruh Kazakhstan termasuk di di kota Almaty, Aktau, Aktobe, Karaganda, Pavlodar, Satpayev dan berbagai daerah lainnya di negara tersebut. Termasuk Masjid Nur Astana yang dibangun atas kerjasama pemerintah Kazakhstan dengan Pemerintah Qatar. Pemerintah Kazakhstan memang cukup agresif menjalin kerjasama dengan berbagai negara Islam termasuk Qatar, Turki, Mesir dan Saudi Arabia dalam upaya memajukan Islam disana.

INTERIOR MEWAH masjid Nur Astana

Nur Astana Terbesar kedua di Asia Tengah

Masjid Nur Astana, berada di tepian sungai di kota Astana, Ibukota Kazakhstan, disebut sebut sebagai masjid terbesar tidak saja di Kazakstan tapi juga terbesar kedua di kawasan Asia tengah, dengan luas keseluruhan mencapai 4000 m2 mampu menampung hingga 5000 jemaah termasuk area pelatarannya. Mulai dibangun 22 Maret 2005 dan diresmikan tahun 2008 dan pengelolaannya dilakukan oleh Spiritual Association of Muslims of Kazakhstan.

Masjid megah ini dibangun dengan menggunakan batu granit dan beton dan tak tanggung tanggung untuk kubah utamanya bahkan dilapis dengan emas, hingga kemilaunya benar benar tampak dibawah sorotan sinar matahari. Empat menaranya berdiri menjulang masing masing setinggi 63 meter (207 ft), Kubah utamanya di topang dengan delapan pilar berukuran besar yang di hias begitu indah termasuk dengan ukiran ukiran kaligrafi Al-Qur’an. Bagian lantai duanya dikhususkan untuk jemaah wanita. Landscape masjid ini ditata sedemikian rupa sehingga menciptakan harmoni dengan kawasan elit di pusat kota Astana diantara bangunan supermodern di kota itu.

Alamat Masjid Nur Astana
Kabanbay-batyr Avenue, 36
Astana - Kazakhstan
Coordinates:   51°7'36"N   71°24'56"E


Simbolisasi

Masjid Nur Astana dibangun setinggi 40 meter menyimbolkan usia Nabi Muhammad s.a.w saat pertama kali menerima wahyu dari Allah swt, sedangkan tinggi masing masing empat menaranya yang setinggi 63 meter menyimbolkan usia nabi Muhammad s.a.w saat beliau wafat. Di masjid ini juga disimpan bagian dari kiswah (kain penutup Ka’bah), disebut sebut juga menyimpan bagian batu dari Ka’bah dan Kitab Suci Al-Qur’an dari Saudi Arabia. Pembangunan masjid ini sendiri merupakan hadiah dari pemerintah Qatar sesuai dengan kesepakatan antara presiden Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev dan Emir Qatar, Hamad bin Khalifa.***

-------------------------

Baca Juga

Sabtu, 09 Juli 2016

Masjid Agung Almaty, Kazakhstan

Kota Apel. Almaty secara harfiah berarti "kota pohon apel" atau "Kota Apel". Masjid terbesar di Kazakhstan dan merupakan masjid utama pada saat Kazakhstan masih ber-ibukota di Almaty. Kota yang indah dengan pemandangan berlatar belakang pegunungan Kaukasus.

Masjid Agung Kota Apel

Almaty adalah ibukota tua Kazakhstan sebelum kemudian dipindahkan ke Astana di tahun 1998. Almaty menjadi ibukota sejak masa Soviet, di mulai pada tahun 1927 setelah sebelumnya pusat pemerintahan berada di kota Kyzyl-orda. Almaty dalam bahasa Kazakh secara harfiah berarti “kota pohon apel”. Satu kota dengan berbagai nama sesuai dengan zamannya, di masa Kekaisaran Rusia (1867 - 1921) kota ini disebut kota Vierny dan di masa Uni Soviet (1921 - 1993) di sebut kota Alma Ata (Bapak nya Apel), dan di masa kemerdekaan menjadi Kota Almaty. Merupakan kota terbesar di Kazakhstan meskipun tak lagi menyandang gelar sebagai ibukota negara. 9% atau sekitar 1,3 juta penduduk Kazakhstan tinggal di kota ini.

Disebut kota pohon apel atau kadang kadang bahkan disebut dengan Apple City, merujuk pada kondisi dimana kota ini disebut sebut sebagai tempat bermulanya pohon apel. Pohon apel merupakan tumbuhan liar di kota ini, tumbuh dimanapun di penjuru kota. Para peneliti menduga pohon apel yang kini tersebar di berbagai penjuru dunia berawal dari kota ini. itu sebabnya hingga kini begitu banyak peneliti yang berdatangan ke kota ini dengan ketertarikan pada pohon apel yang tumbuh liar disana.

Алматы қаласының Орталық Мешiті / The Almaty Central Mosque
ул. Пушкина, 16 (уг.ул. Маметовой), Алматы / Pushkin St,Almaty,Kazakstan



Almaty menjadi Ibukota Kazakstan semasa menjadi bagian dari Uni Soviet antara tahun 1929 hingga tahun 1991. Ketika merdeka pun Kazakhstan masih mempertahankan Almaty sebagai ibukota sampai kemudian dipindahkan ke Astana di tahun 1998. Hingga kini Almaty masih merupakan kota komersial terbesar di Kazakhstan. Kota tua yang berada di ketinggian pegunungan di sebelah selatan Kazakhstan, tak jauh dari perbatasan negara dengan Republik Kyrgystan. Hingga kadangkala Amaty juga disebut sebagai ibukota Kazakhstan di selatan.

Almaty berada di jalur sutra yang populer di abad ke 10 hingga abad ke 14 masehi. Pada masa itu Almaty merupakan salah satu pusat perniagaan, kerajinan dan pertanian serta membuat uang koin resmi di masanya. Kota Almaty muncul pertama kali dalam sejarah tertulis sebagai Almatu di dalam buku dari abad ke 13 masehi.

Tampak Depan. Gerbang besar segi empat tempat pintu masuk utama berada itu biasa disebut Iwan. Masjid Agung Al-maty dibangun dengan empat menara di masing masing sudut bangunan ditambah dengan satu menara utama yang paling tinggi. Di bagian atapnya ada satu kubah Utama ditambah dengan empat kubah yang lebih kecil yang disusun berjejer dari arah iwan hingga ke kubah utama. 

Industrialisasi Kota Almaty mulai terjadi di tahun 1941 ketika pemerintah Uni Soviet melakukan pemindahan masal pabrik pabarik dan pekerja mereka dari wilayah soviet di Eropa ke Kazakhsatan, khusunya ke kota Almaty, menandai perubahan besar besaran wajah kota ini menjadi salah satu kota industri terbesar di seluruh wilayah Uni Soviet. Di masa perang dunia kedua Almaty malah berkembang pesat dengan dipindahkannya berbagai industri dari Moscow ke Almaty termasuk industri militer.

Nama Almaty bagi kota ini secara resmi digunakan pada tahun 1993 menggantikan nama lama Alma Ata yang merupakan nama warisan dari Uni Soviet. Di tahun 1997 ibukota negara Kazakhstan dipindahkan ke Astana berdasarkan dekrit presiden Nursultan Nazarbayev dan pada tanggal 1 Juli 1998 kota Almaty secara resmi menyandang predikat baru dengan status khusus sebagai kota pusat Ilmu pengetahuan, Budaya, Sejarah, Finansial dan Industri.

Masjid Agung Almaty

Central Mosque of Almaty yang kini berdiri megah adalah bangunan masjid yang resmi dibuka pada bulan Juli tahun 1999 dilokasi yang sama dengan masjid sebelumnya yang sudah berdiri sejak tahun 1890. Masjid megah ini merupakan salah satu masjid terbesar di kawasan Asia Tengah dengan daya tampung mencapai 3000 jemaah sekaligus. Pada saat diresmikan Masjid Agung Almaty merupakan masjid terbesar di Kazakhsatan.

INTERIOR Masjid Agung Al-Maty, Megah dan tampak kokoh. Bangunan yang tinggi, dinding tebal, Mihrab penuh dengan ornamen dan Mimbar kayu yang tinggi sangat khas Turki. 

Bangunannya di hias dengan batu pualam lokal diperindah dengan beragam keramik warna warni serta seni mozaik kaca patri yang begitu indah. Motif motif hias di masjid ini menggunakan motif motif tradisional Kazakhstan. Kubah utama masjid ini dibangun setinggi 36 meter dengan diameter 20 meter, bentuk kubah biru toska masjid ini mirip dengan kubah masjid St Petersburg di Rusia. Empat menara mengapir bangunan utama masjid ditambah dengan menara tunggal terpisah yang paling tinggi dengan ketinggian 47 meter.

Bangunan utamanya berdenah segi empat dengan akses masuk melewati iwan menuju ke pekarangan tengah hingga masuk ke masjid yang seluruhnya dibangun di atas pondasi yang ditinggikan dari permukaan tanah disekitarnya.

Pembangunan masjid ini ditangani oleh dua orang arsitek Kazakhstan Baimagambetov dan Sharpiyev, dan selesai tahun 1999. Di tahun 2000, perubahan dilakukan pada bagian kubah masjid dengan mengganti bentuk awalnya yang bewarna emas di ubah dengan bentuk kubah yang khas seperti kubah masjid St. Peterburg, serta ditambahkan Kaligrafi Al-Qur’an oleh Master Kaligrafer dari Turki.

Susasana tarawih dan malam |Ramadhan di masjid Agung Al-Maty

Masjid Agung Almaty merupakan salah satu contoh dari bangunan masjid bergaya Arsitektur Timurid yang ditandai dengan dengan banyaknya pengaruh Arsitektur Persia dengan denah rancangan axial symetry sebagai karakteristik dasar dari struktur bangunan ala Timurid.

Pintu utama masjid ini diletakkan di sebuah iwan yakni sebuah beranda berbentuk gerbang besar berlapis batu pualam dibentuk berupa ceruk tempat dimana pintu utama diletakkan. Sisi depan Iwan dihias dengan dengan kaligrafi Al-Qur’an bewarna purtih diatas warna dasar biru lembut. Disebelah kiri luar pintu masuk dilettakkan lima jam dinding yang masing masing menunjukkan lima waktu sholat wajib.

Dibagian bawah masing masing jam dinding tertulis nama masing masing waktu sholat lima waktu meski semuanya dalam aksara Rusia, namun dibagian paling bawah tertera alamat situ internet masjid ini www.meshet.kz yang jelas menunjukkan statusnya sebagai masjid negara. www. Daun pintu masjid dibuat dari kayu dan dihias dengan ukiran berpola geometris yang sangat rapi bewarna tembaga.

MELAWAN DINGIN. Jemaah sholat di masjid agung Al-Maty yang melakukan sholat di jalan raya harus berjibaku melawan dinginnya salju saat sholat berjamaah.

Masuk ke dalam masjid ini jemaah akan menjumpai ruang besar memanjang menuju ruang sholat utama yang berdenah oktagonal. Hamparan karpet bewarna merah dan hijau mint menutup semua permukaan lantai. Bangunan masjid ini dirancang berlantai dua dengan tipikal bangunan rusia yang megah dan kokoh berbalut batuan pualam alami, berdinding tebal dengan jendea kaca patri motiv warna warni nyaris tanpa bukaan untuk menjaga suhu ruang. Sisi mihrabnya dihias dengan ukiran kayu yang sangat apik demikian juga dengan bebeberapa sudut di dalam ruang masjid ini.

Kota Almaty dan kazakhstan merupakan wilayah empat musim, manakala musim dingin tiba, lapisan salju menyelimuti seluruh kota, muslim disini harus berjibaku melawan dingin untuk menunaikan sholat berjamaah di masjid. Sederet rekaman photo menunjukkan muslim Kazakhstan yang tak kebagian tempat untuk sholat berjamaah di dalam masjid berjuang menahan dingin melaksanakan sholat di atas hamparan salju di luar masjid. Kita yang tinggal di Indonesia dan kawasan yang tak jauh dari garis khatulistiwa memanglah sangat beruntung dengan iklim yang ramah sepanjang tahun. Pantaslah bila para penyair menyebut negeri kita sebagai tanah sorga, negeri impian bagi orang orang Eropa yang sabanhari berkhayal akan indahnya tinggal di sebuah negeri dengan ribuan pulau tropis yang menawan.***

-------------------------

Baca Juga

Masjid Bibi Heybat Baku – Azerbaijan

Islam di Kazakhstan

Muslim Kazakhstan dalam kesibukan menyiapkan domba di hari raya Idul Adha di pekarangan masjid Agung Al-Maty.

Tentang Kazakhstan

Republik Kazakhstan adalah sebuah negara pecahan Uni Soviet yang memproklamirkan kemerdekaannya pada 16 Desember 1991. Secara geografis Kazakhstan berada di kawasan Asia Tengah, wilayahnya terkunci di daratan tanpa akses sama sekali ke lautan. Luas Kazakhstan mencapai 2,724,900 Km2, bahkan lebih luas dari luas gabungan seluruh negara Eropa Barat. Dengan luasnya itu menjadikan negara ini sebagai Negara daratan tanpa lautan dengan wilayah terluas di dunia, sekaligus menjadi negara bekas wilayah Soviet terluas kedua setelah Rusia, dan negara terluas ke 9 di dunia.

Kazakhstan juga merupakan negara lintas benua, sebagian besar wilayahnya masuk dalam kawasan Asia bagian Tengah dan sebagian kecil lainnya masuk kawasan Eropa bagian Timur, sehingga memiliki keuntungan geografis dan secara geopolitik layak diperhitungkan. Wilayahnya yang terbentang dari barisan Pegunungan Altai di timur, hingga Laut Kaspia  di barat. Kazakhstan sering disebut dengan “Virgin Lands” karena beberapa wilayahnya yang belum tersentuh sama sekali. Sebagian besar wilayahnya berbatasan langsung dengan Rusia, terutama di sebelah utara dan barat. Di sebelah timur, berbatasan dengan Provinsi Xinjiang, Tiongkok, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Uzbekistan, Turkmenistan, dan Kirgistan.


Kazakhstan, Al-Farabi & Boikonur

Kazakhstan merupakan tanah kelahiran Al-Farabi (870-950), Ahli filsafat Islam dimasa kekuasaan dinasti Abasiyah, beliau berasal dari Farab dan bernama asli Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi' dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir. ia mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu, ia juga dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik.

Al-Farabi dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles, karena kemampuannya dalam memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama dalam ilmu filsafat. Dia adalah filsuf Islam pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu. Pemerintah Kazakhstan memberikan penghormatan kepada Al-Farabi dengan mengabadikan lukisan dirinya di lembaran uang kertas Kazakhstan.

Baikonur adalah sebuah kota di Kazakhstan bagian selatan. Terkenal di dunia internasional dengan kosmodrom-nya atau pusat peluncuran pesawat luar angkasa yang sudah ada sejak masa Uni Soviet. Pesawat luar angkas Uni Soviet, Sputnik, yang melegenda karena keberhasilannya mendarat di bulan, diluncurkan dari tempat ini. Kini Kosmodrom Baikonur di operasikan oleh Pemerintah Rusia dengan status sewa lahan kepada pemerintah Kazakhstan hingga tahun 2050 dengan nilai sewa mencapai US$115,000,000 per tahun. Aidyn Aimbetov adalah astronot Kazakhstan pertama yang meluncur ke angkasa luar dari Kosmodrom Boikonur di tahun 2015.

Al-Farabi di mata uang kertas kazakhstan, Tenge (KZT)

Sejarah Singkat Kazakhstan

Wilayah yang kini menjadi Republik Kazakhstan dalam sejarahnya pada awalnya dihuni oleh suku suku yang hidup nomaden. Selama berabad abad wilayah ini dipengaruhi begitu kuat oleh Turki dan Mongol, pernah juga menjadi bagian dari wilayah dinasti Abasiyah. Di abad ke 13 Gengis Khan dari Mongolia mencaplok wilayah tersebut dan menjadikannya sebagai bagian dari Kekaisaran Mongolia. Wajar bila kini secara genetik Kazakhstan merupakan perpaduan antara etnis Turki dan Mongol.

Kekuasaan Rusia mulai masuk ke wilayah itu di abad ke 18 hingga pertengahan abad ke 19 sampai ahirnya seluruh wilayah tersebut masuk ke dalam kekuasaan Kekaisaran Rusia. Seiring dengan terjadinya revousia Rusia tahun 1917 dan serangkaian perang sipil, wilayah Kazakhstan kemudian menjadi bagian dari Uni Soviet dengan nama Kazakh Soviet Sosialis Republic. Dan ketika Emperium Uni Soviet runtuh di tahun 1991, Kazakhstan menjadi negara terahir yang memproklamirkan kemerdekaan nya lepas dari Uni Soviet.

Kazakhstan pada mulanya beribukota di Almaty hingga tahun 1998 atau tujuh tahun setelah merdeka dari Uni Soviet, ibukota negaranya dipindahkan ke Astana yang merupakan kota baru yang sengaja dibangun sebagai ibukota pemerintahan negara. Hingga kini Astana menjadi kota terbesar ke dua di negara tersebut setelah Almaty.

Agama di Kazakhstan

Jumlah penduduk Kazakhstan sekitar 15.753.460 jiwa, Etnik terbesar Kazakstan merupakan keturunan dari kabilah Turki dan Mongol. Komposisi pemeluk agama di Kazakhstan yaitu 70,2 persen Muslim; 26,6 persen Kristen; 0,1 persen Budha; 0,2 Yahudi dan 2,8 persen Atheis. Sementara 0.5 persen tidak menjawab, kemungkinan Kristen dari campuran Rusia atau Eropa.

Masjid Agung Al-Maty 

Paling Makmur di Asia Tengah

Titik penting Kazakhstan bisa dilihat dari sosok negara ini yang dahulunya tak dikenal karena terpencil di wilayah Asia Tengah, kini menjelma menjadi sebuah negara dengan kekuatan minyak dunia. Ketika masih bergabung dengan Uni Soviet, Kazakhstan hanya dikenal karena masakan khasnya berupa hasil olahan daging kuda. Namun kini, Kazakhstan berubah menjadi negara paling makmur di antara negara-negara Asia Tengah. Dengan cadangan minyak sebesar 29 miliar barel, menjadikan negara ini sebagai pemilik cadangan minyak terbesar di luar kawasan Timur Tengah.

Cadangan tersebut diperkirakan berlipat ganda pada dasawarsa berikutnya, sehingga mendatangkan pebisnis-pebisnis dari luar negeri. Chevron dan Exxon Mobil dari Amerika Serikat, Total dari Perancis, Gazprom dan Lukoil dari Rusia, serta Chinese National Petroleum Company dari Republik Rakyat Tiongkok sudah mengantri untuk mengeksploitasi minyak. Ladang minyak yang dia buka di Tengiz dan Kazhagan banyak menghasilkan keuntungan bagi Kazakhstan. Tiongkok bahkan merancang jalur pipa sepanjang 1.000 km untuk mengalirkan minyak dari Atasu di Kazakhstan ke Daerah Otonomi Xinjiang di Tiongkok.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Kazakhstan

Hubungan Indonesia dan Kazakhstan

Pemerintah Republik Indonesia telah menjalin hubungan diplomatik dengan Republik Kazakhstan sejak 2 Juni 1993. Pembukaan hubungan diplomatik secara resmi tersebut merupakan titik awal hubungan kerja sama kedua negara, setelah sebelumnya Indonesia memberikan pengakuannya bagi proklamasi kemerdekaan negara Republik Kazakhstan, pada 16 Desember 1991. Indonesia telah menempatkan kantor Kedutaan besar Republik Indonesia di kota Astana. Duta Besar Republik Indonesia yang berkedudukan di Astana sekaligus merangkap sebagai duta besar dan berkuasa penuh Republik Indonesia untuk Republik Tajikistan. Kunjungan tingkat kepala negara pernah dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Kazakhstan di Bulan September 2013.

Indonesia dan Kazakhstan memiliki banyak kesamaan, berupa sumber daya alam melimpah, yang membuat keduanya dapat memperoleh pendapatan negara yang signifikan. Mayoritas penduduk kedua negara memeluk agama Islam, dengan keanekaragaman budaya yang melimpah dan dapat hidup berdampingan secara harmonis, serta sama-sama memiliki komitmen di bidang penegakan hak asasi manusia, supremasi hukum dan demokrasi.

Islam di Kazakhstan

Islam mulai masuk ke Kazakhstan di abad ke-8 saat bangsa Arab mulai masuk ke Kazakhstan dan memperkenalkan Islam. Bangsa Arab menguasai Transoxania (Mavarannahr) di bagian selatan Kazakhstan, terletak antara sungai Syr-dar’ya dan Amu-dar’ya dan secara bertahap berkembang hingga wilayah utara. Dinasti Abbasiyah yang berkuasa di Irak menguasai wilayah Kazakhstan hingga abad ke-12. Islamisasi pertama kali terjadi pada masa ini, dimana penduduk Kazakhstan saat itu masih banyak menganut Zoroaster (penyembah api), Kristen, Budha dan pagan masih banyak dianut oleh penduduk Kazakhstan. Namun proses Islamisasi ini berakhir ketika Mongol menguasai Kazakhstan pada tahun 1220-an.

Tradisi Islam. Pakaian tradisional Kazakhstan di abadikan dalam salah satu prangko resmi Kazakhstan. Dari pakaiannya terlihat tradisi Islam memang sudah mengakar dalam tradisi dan budaya Kazakhstan, sejak berabad abad yang lalu.

Gelombang kedua Islamisasi terjadi pada abad ke-18 dan 19, ketika Islam mendominasi di bidang politik saat Kazakhstan berada di bawah kekuasaan Tsar Rusia. Kekaisaran Rusia memberi ruang bagi perkembangan Islam dimasa Kazakhstan berada dibawah kendali Kazan Khanate. Gerakan nasionalisme sempat muncul di tahun 1917 digaungkan oleh kelompok nasionalis sekuler yang dikenal dengan Horde of Alash (nama legendaris bagi bangsa Kazakhs) dan mereka berhasil mewujudkannya, namun hanya berlangsung selama dua tahun (1918-1920).

Pemerintahan ini akhirnya dilindas oleh Uni Soviet, dan Kazakhstan akhirnya dijadikan salah satu republik otonom di lingkungan Uni Soviet. Berkuasanya Uni Soviet di Kazakhstan sekligus juga menghentikan perkembangan Islam periode kedua di wilayah tersebut. Seiring dengan runtuhnya Tsar Rusia dan berganti dengan rezim Uni Soviet yang berhaluan Komunis memberangus Nasionalisme dan Islamisasi di Kazakhstan.

Runtuhnya Uni Soviet

Mikhail S. Gorbachev naik sebagai penguasa Soviet pada tahun 1985-1991 dia menunjuk Gennady Kolbin sebagai penguasa di Kazakhstan, menggantikan Dinmukhamed Kunayev yang dianggap oleh pemerintah Moscow melakukan KKN. Namun kepemimpinan Kolbin tak disukai oleh warga Kazakhstan. Pada akhirnya kedudukan Kolbin digantikan oleh Nursultan Nazarbayev, seorang insinyur, pada tahun 1989.

Masjid Agung Oktobe di kota Oktober, Kazakhstan

Ketika Gorbachev mendeklarasikan perestroika, dan diikuti oleh kemerdekaan negara-negara di bawah payung Uni Soviet, pada tahun 1990, maka pada bulan Maret 1990, Kazakhstan mengadakan pemilu multipartai, dan Nursultan Nazarbayev memenangkan pemilu tersebut. Akhirnya pada tanggal 16 Agustus 1991, Kazakhstan menyatakan kemerdekaannya, dan melepaskan diri dari cengkeraman Uni Soviet, Nursultan A. Nazarbayev terpilih sebagai presiden pertama di era merdeka.

Kemerdekaan negara itu memberikan ruang kepada Islam untuk kembali berkembang di Kazakhstan. Islam tumbuh dengan cepat antara tahun 1990-1995. Pembangunan masjid baru maupun menghidupkan masjid yang terbengkelai ketika komunis Soviet berkuasa dilakukan hampir seluruh kota di seluruh Kazakhstan. Hingga tahun 1991 saja, sudah 170 masjid yang dibuka di negara ini, dan lebih setengahnya adalah masjid masjid baru, dan diperkirakan komunitas Islam saat itu sudah mencapai 230 organisasi yang aktif berdakwah. Edisi al-Qur’an terjemahan pertama dalam bahasa Kazakhs yang didasarkan pada alfabet Cyrillic diterbitkan di Almaty pada tahun 1992.

Perguruan tinggi Islam banyak didirikan, terutama untuk mengkaji literatur-literatur Arab. Dengan ghirah Islam seperti itu, banyak negara-negara Islam yang bersimpati dan akhirnya memberikan bantuan dana demi tegaknya Islam di Kazakhstan, antara lain berasal dari Turki, Mesir dan Saudi Arabia. Mereka memberikan donasi sebesar US $ 10 juta untuk membangun Pusat Kebudayaan Islam (Islamic Cultural Center) di Almaty, dan peletakan batu pertama dilakukan oleh Nursultan Nazarbayev, Presiden Kazakhstan pada tahun 1993.

Masjid Agung Nur Astana di Astana, Ibukota Kazakhstan

Islam dan Negara

Di tahun 1990 Nulsultan Nazarbayev yang berstatus sebagai Sekjen Partai Komunis Kazakhstan di era Soviet, mendirikan lembaga Islam negara yang lepas dari Otoritas Lembaga Islam Asia Tengah bentukan Uni Soviet yang berfungsi sebagai lembaga induk seluruh organisasi Islam di kawasan Asia Tengah. Nazarbayev kemudian membentuk lembaga Islam sendiri (Mufti) bagi muslim Kazakhstan. Pemisahan diri dari lembaga Mufti Asia Tengah tersebut justru menandai dengan tegas pemisahan agama (Islam) dari Negara.

Konstitusi Kazakhstan tahun 1993 dengan jelas melarang parta politik berbasis agama. Disusul kemudian dengan konstitusi tahun 1995 dengan tegas melarang organisasi apapun yang berlabel suku bangsa tertentu baik secara politik ataupun agama, serta memberikan pengawasan yang ketat terhadap lembaga keagamaan negara luar yang beroperasi di Kazakhstan. Konstitusi 1995 tersebut secara tegas menjadikan negara itu sebagai negara sekuler, Sekaligus menjadikan Kazakhstan sebagai satu satunya negara Asia Tengah yang tidak memberikan status khusus apapun kepada Islam dalam konstitusinya, meskipun negara tersebut menjadi bagian dari Organisasi Konfrensi Islam (OKI).

Kazakhstan menjadi sebuah negara berpenduduk mayoritas muslim namun memproklamirkan diri sebagai negara sekuler. Akan tetapi di sisi lain tetap mempertahankan identitas ke-Islaman-nya. Nursultan Nazarbayev berusaha memainkan peran sebagai penghubung dunia Islam di timur dengan dunia Kristen di barat, menjalin hubungan erat dengan negara negara Islam dan dunia barat namun tetap berupaya mendapatkan dukungan dari Rusia, sebagai contoh nyata adalah ketika di tahun 1994 beliau berkunjung ke ke kota suci Mekah, namun di tahun yang sama beliau juga melakukan kunjungan kenegaraan ke Paus Paulus II di Vatikan.***

-----------------

Baca Juga

Masjid Baiken Dibangun di Bekas Tempat Judi 
Masjid Heydar Baku – Azerbaijan 

Minggu, 03 Juli 2016

Masjid Shah Hamadan Tertua di Kashmir

# Masjid di Atap Dunia

Masjid Shah Hamdan

Kashmir merupakan sebuah lembah di India dan Pakistan yang dikenal sebagai dunianya orang shaleh dan kaum sufi. Lembah di ketingggian Himalaya, hingga seringkali di sebut sebagai negeri atap dunia. Berbagai masjid yang berhubungan dengan tokoh sufi masih berdiri hingga kini di wilayah ini dan menjadi salah satu daya Tarik wisata tersendiri bagi para pelancong. salah satunya adalah Masjid Shah Hamdan di Srinagar yang dibangun di “petilasannya” Mir Sayyid Ali Hamadani.

Masjid Shah Hamadan atau lebih dikenal dengan nama Khanqah-e-Moula adalah sebuah masjid tua di Distrik Srinagar, Negara Bagian Jammu & Kashmir, India. Masjid ini merupakan masjid tertua di kawasan Kashmir India. Dibangun tahun 1395 oleh Sultan Sikander. Masjid ini beri nama Masjid Shah Hamadan sebagai bentuk penghormatan kepada Mir Sayyid Ali Hamadani atau Shah Hamdan yang merupakan tokoh sufi sekaligus penyebar Islam di Kashmir.

Shamswari,Srinagar,
Jammu and Kashmir 190001 India


Riwayat Pembangunan                                  

Masjid Shah Hamadan merupakan masjid pertama yang dibangun di Srinagar. Dulunya tempat tersebut merupakan kediaman Shah Hamdan di tepian sungai Jhelum, disana beliau melakukan aktivitas sehari hari termasuk sholat lima waktu, dan pusat penyebaran dan pengajaran Islam di daerah itu. Konon, batu pondasi tempat masjid ini berdiri dulunya dari bekas kuil yang pendetanya telah ber-Islam dan menjadi murid pertama Syah Hamdan di Kashmir.

Sejak pertama kali dibangun, masjid ini telah beberapa kali mengalami kerusakan lalu dibangunan kembali. Pada tahun 1480 masjid tersebut hancur akibat kebakaran, kemudian di restorasi oleh Sultan Hassan Shah. Kemudian tahun 1493 bangunan tersebut lagi lagi  hangus terbakar, bangunan nya kemudian dibangun ulang menjadi bangunan dua lantai. Namun lagi lagi hancur oleh kebakaran tahun 1791 yang kemudian dibangun ulang secara total dalam bentuknya saat ini oleh Abul Barkat Khan. Beberapa perbaikan setelah itu dilaksanakan sebagai akibat kebakaran di tahun 2012 menyusul kemudian kerusakan akibat gempa bumi dan banjir di tahun 2015.

Ditepian sungai Jhelum

Siapakah Shah Hamdan

Mir Syed Ali Hamadani (1314- 1384) atau Shah Hamdan atau Ameer-e-Kabir, adalah seorang ulama yang berasal dari daerah Hamadan, Persia (Iran) dan datang ke Kashmir di sekitar tahun 1372 untuk menyebarkan ajaran Islam. Cukup lama tinggal di Kashmir sebelum kemudian melanjutkan perjalanannya ke asia tengah melalui Ladakh di tahun 1381 dan membangun masjid pertama di Ladakh.

Selain Khanqah e Mu’alla di Srinagar beliau juga membangun masjid di Tral, Doru dan Shey (Ladakh) serta beberapa mushola di Sopore dan Pampore. Shah Hamdan kemungkinan wafat di Hazara (Pakistan) atau di Kafiristan. Namun demikian, diketahui bahwa makam tempat jenazah beliau dimakamkan berada di Khatlan (Tajikistan). Salah satu masjid peninggalan Shah Hamdan di wilayah Kashmir yang kini masuk ke dalam wilayah negara Pakistan adalah Masjid Chaqchan yang merupakan salah satu masjid tua yang berdiri di “negeri negeri atap dunia”.

Struktur kayu yang rumit
Shah Hamdan mengunjungi dan menetap di Kashmir dalam tiga periode, periode pertama adalah di masa kekuasaan Sultan Shihab-ud-Din tahun 774H/1372M. Setelah menetap sebentar beliau kemudian pergi berhaji ke Mekah. Kunjungan keduanya ke Kashmir tahun 781H/1379M dimasa kekuasaan Sultan Qutbu’d-Din. Kala itu beliau menetap sekitar dua setengah tahun lalu melanjutkan perjalanan ke Turkistan melalui Ladakh tahun 783H.

Kunjungan beliau ketiga kalinya ke Kashmir tahun 785H/1383M menetap di Kashmir sebentar lalu pindah dari sana karena masalah kesehatan dan menetap di Pakhli selama sepuluh hari atas permintaan dari penguasa setempat yang bernama Sultan Muhammad. Shah Hamdan Wafat tahun 786H di usia 73 tahun di kota Kanar, di dalam wilayah Pakhli. Namun jenazah beliau dibawa ke Khattalan (kini di Tajikistan) di makamkan disana pada tanggal 25 Jamadil Awwal, 787H (14 July 1385). Dakwah beliau di Kashmir kemudian dilanjutkan oleh putranya Mir Mohammad Hamadani.

Berjamaah

Tradisi Masjid Shah Hamdan

Di masjid ini ada satu tradisi tahunan untuk mengenang hari kematian almarhum Shah Hamdan. Ribuan Jemaah memadati masjid ini disetiap hari ke enam bulan Bulan terahir kalender Hijriah untuk menghormati Syed Ali Hamdani, Seperti acara “haul” di Indonesia. Sama seperti tempat tempat ibadah bernuansa sejarah di Indonesia, di masjid ini pun para Jemaah luar kota, ataupun pelancong akan bertemu dengan para peminta minta yang ramai disekitar masjid ini.

Warisan Rosulullah

Menurut kabar yang beredar di masjid ini tersimpan beberapa relik yang berhubungan dengan Nabi Muhammad s.a.w, diantaranya adalah bahwa di masjid ini tersimpan Bendera Rosulullah yang dipakai dalam beberapa pertempuran semasa hidup Rosulallah, serta sebatang tiang tenda Rosulullah. Di masjid ini juga masih disimpan tongkat Shah Hamdan.

Interior Masjid Shah Hamdan

Aristektural Masjid Shah Hamdan

Masjid Shah Hamdan tidak sekedar sebagai masjid tapi juga merupakan salah satu tujuan ziarah bag kaum sufi. Secara umum bangunan masjid ini dibangun berupa bangunan kubus dengan atap piramida lancip yang ditopang dengan beberapa pilar. hich represents the minaret. Dibangun dengan tipologi bangunan setempat dengan ukuran sekitar 23 meter di setiap sisinya dan berdiri di tempat yang tak biasa, berupa material batuan dari sebuah bangunan kuil yang sudah tak terpakai.

Dibangun berlantai dua dengan atap limas lancip bertumpang satu sama lain dengan ukuran yang berbeda di setiap tumpukannya. Bagian kayu penopang atap masjid ini kemudian di perindah dengan begitu padatnya ukiran ukiran indah. Bangunan lantai dasarnya memiliki beranda ber-arkade ganda kecuali pada bagian pintu utamanya. Bagian lantai dua dibangun dengan balkoni ber-arkade yang menjorok keluar di ke-empat sisi struktur utama bangunan.

Arkade beranda dan balkoninya dengan beberapa pilar kecil dari kayu berukir dan kolom kolom bundar tidak saja menjadi penopang struktur atapnya tapi juga cukup impresif dengan ukurannya yang mencapai 16 meter membuat masjid ini terlihat menjulang. Atap piramida di lantai duanya di buat terbuka sebagai tempat bagi muazin mengumandangkan azan di berikan atap berbentuk piramida.

Terpana

Sejarawan menyebut masjid ini meskipun kecil namun sangat menarik, selain sebagai masjid pertama di Srinagar, mengingat atap masjid ini memiliki kemiripan dengan bagian atap kuil yang bertebaran di Kashmir hingga ke Nepal. Angka tahun 1384M/786H terukir di atas bagian pintu masuk sebagai peringatan tahun  wafatnya Shah Hamdan.

Dinding ruang sholat masjid ini dibuat dari panel panel kayu dengan sedikit sentuhan batuan. Beberapa ornamen bertuliskan lafadz Allah di ukir di lempengan ke-emasan menghias bagian dalam masjid. Di tengah ruang sholat berdiri empat batang pilar besar dari kayu setinggi 7 meter dalam konfigurasi segi empat yang menopang lubang angin di atasnya. Di hias dengan lukisan dari kayu yang di tata membentuk seperti tulang ikan pada batangan pilar sedangkan dasar pilar diukir berbentuk bunga teratai.

Diantara ribuan merpati

Pengaruh Shah Hamdan Bagi Kashmir

Shah Hamdan memiliki peran begitu besar dalam tradisi dan budaya Kashmir. Beliau yang berasal dari Iran, telah membawa agama dan tradisi Islam Persia ke wilayah Kashmir dan sekitarnya. Termasuk juga seni bina bangunan, ukiran, pahatan, lukisan dan sebagainya yang kemudian berbaur dengan tradisi dan budaya Kashmir yang kala itu masih menganut Hindu dan Budha, sehingga menghasilkan tradisi dan budaya Islam Kashmir yang unik. terlihat dari bangunan masjid Shah Hamdan atau Khanqah-e-Moula ini.

Bangunan masjid dari kayu dengan beragam fitur artistik bernilai tinggi yang menjadi keindahan dari pahatan ukiran serta lainnya di masjid ini. Interiornya kaya dengan ukiran dan lukisan tangan dengan corak aneka warna dalam dominasi warna hijau dan kuning serta ditambah dengan lampu gantung antik dan tua memberikan nuansa kejayaan masa lalu yang teramat kental dengan pengaruh budaya Persia. Wajar bila kemudian seniman Muhammad Iqbal Menyebut Kashmir sebagai ‘The Little Persia”. Sedangkan Unesco menyebut Shah Hamdan sebagai tokoh pembentuk tradisi dan budaya Kashmir.***

----------------------

Baca Juga Artikel Masjid di Atap Dunia Lainnya


Sabtu, 02 Juli 2016

Masjid Diyanet Center of America

Mengahdirkan Turki di Amerika. Komplek Kuliye ini selain berdiri bangunan masjid khas Turki juga dibangun rumah tempat tinggal dan bangunan pendukung lainnya yang semuanya berarsitektur khas Turki, sehingga seakan akan menghadirkan Turki di Amerika.

Masjid Agung Bergaya Usmaniyah Terbesar Pertama di AS

Sabtu 2 April, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan meresmikan Islamic Center pertama di wilayah Maryland-Amerika dengan pendanaan 100% dari pemrintahTurki. Komplek Islamic center yang dalam istilah Turki disebut Kulliye ini mencerminkan pemikiran dari dunia Islam. Dengan pemahaman untuk membangun sebuah kota Islam Turki kuno di Amerika. Struktur kota klasik dari masa Emperium Islam Usmaniyah menjadi unggulan bagi masjid yang menjadi pusat untuk kota yang dibangun di sekitarnya.

9704 Good Luck Rd
Lanham, MD 20706
Amerika Serikat


Keseluruhan komplek Kuliye ini seluas 60.000 meter persegi (64.600 kaki persegi). Bangunan masjid menjadi pusatnya dibangun di atas lahan seluas 879 meter persegi (9.461 kaki persegi) dan dilengkapi dengan halaman yang cukup besar untuk menampung sekitar 3.000 jamaah pada waktu yang sama, dilengkapi juga dengan taman Islam khas Turki di depannya, tepat di sebelahnya, ada pusat budaya, yang merupakan harmoni antara arsitektur klasik dan modern. Pusat kebudayaan meliputi perpustakaan, ruang konferensi dan pameran, sebuah aula pertemuan dan ruang penyambutan.

Bangunan masjid megah dalam komplek Islamic Center ini dibangun dengan arsitektur Imperium Usmani abad ke 16 yang sangat khas ditandai dengan bangunan berukuran tinggi besar dengan Kubah berukuran besar di atapnya ditambah dengan dua bangunan menara lancip tinggi menjulang seperti sebatang pensil yang diraut runcing di bagian ujungnya. Ornamen Bulan Sabit menjadi ciri khas lainnya dari semua bangunan masjid Khas Turki Usmani.

Taman di depan masjid

Sedangkan Gedung Pusat Budaya yang terdapat di dalam komplek Islamic Centers ini dibangun dengan model khas arsitektur Imperium Islam Seljuk abad ke 11, yang terdiri dari ruang perpustakaan, ruang konferensi, ruang-ruang pameran, ruang-ruang meeting, dan ruang khusus untuk penyambutan para tamu.

Ada juga Pusat Penelitian Islam dalam gedung yang akan memberikan layanan konsultasi untuk mahasiswa sarjana dan pascasarjana yang berasal dari Turki di  AS. Ada juga Museum Seni Islam seluas 300 meter persegi (3.229 kaki persegi)  di bawah masjid dan 10 rumah tradisional Usmaniyah, di mana para tamu dapat menginap. Rumah-rumah di kompleks dibentuk seperti lingkungan Islam Turki. Komplek ini juga dilengkapi dengan pemandian tradisional Turki (Hamam) untuk pria dan wanita, kolam renang, ruang serbaguna, dan sebuah kompleks olahraga dalam ruangan. Masjid di komplek islamic center atau Diyanet Center atau kuliye ini menjadi masjid terbesar di Amerika Serikat.

Riwayat Pembangunan

Pembangunan komplek ini dimulai tahun 1990 dengan pembelian tanah rawa rawa oleh Turkish Presidency of Religious Affairs, sedangkan rancangan bangunnannya ditangani oleh arsitek Turki, Muharrem Hilmi Senalp. Proyek konstruksinya dimulai tahun 2009 dengan proses pembangunan

Pelataran tengah lengkap dengan area tempat wudhu nya

Dalam membangun masjid, Dinasti Usmaniyah menggunakan sistem pengukuran yang disebut yard Turki yang digunakan selama beberapa masa bahkan oleh Republik Turki yang baru didirikan setelah keruntuhan Dinasti Usmani. Sistem satuan pengukuran tersebut digunakan dalam pembangunan komplek kulliye di Maryland ini disebut sebut untuk mematuhi gaya tradisional.

Meskipun bekerja sama dengan perusahaan AS untuk pembangunan kulliye, semua bahan material diangkut melalui laut atau udara dari Turki. Semua tenaga ahli juga datang dari Turki untuk membangun kompleks ini. Bahkan seni dan kerajinan pada kulliye dikerjakan oleh pengrajin Turki yang sangat istimewa dengan menggunakan teknik kuno dan hampir punah.

Ada banyak koordinasi dengan otoritas AS tentang rincian arsitektur dalam membangun kompleks dimana struktural seperti ini belum pernah ada sebelumnya di Amerika, yang menjadikan proyek pembangunan komplek ini terbilang cukup unik.

Di dalam masjid 

Wapres JK Ikut Meresmikan

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla hadir dan ikut meresmikan Dinayet Center of America ini bersama dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Sabtu, 2 April 2016. Kehadiran Wapres Jusuf Kalla dalam peresmian Dinayet Center of America ini usai mengikuti Nuclear Security Summit (NSS/KTT Keamanan Nuklir) yang berlangsung di Washinton DC pada 31 Maret-1 April 2016. Dimana Erdogan juga ikut dalam KTT tersebut. NSS saat ini beranggotakan 52 negara (termasuk Indonesia) dan 4 Organisasi Internasional.

Kritik Erdogan

Dalam upacara peresmian yang dipadati ribuan orang di halaman masjid ini, Erdogan sempat melontarkan penyataan yang cukup keras dengan menyebut “masih ada orang orang yang berjalan berkeliling dan menyebut muslim sebagai teroris” sebuah pernyataan yang oleh banyak pihak disebut sebut sebagai kritisi terhadap para elit dan masyarakat Amerika.

Beliau menyalahkan kandidat presiden yang disebutnya turut menyebarkan sentimen anti Islam dalam masyarakat Amerika. Pernyataan tersebut mengesankan ditujukan kepada capres dari pantai Republik, Donald Trump yang dalam kapanyenya menyerukan “pelarangan sementara bagi masuknya muslim ke Amerika”. Bahkan kolega dekatnya. Ted Cruz – meminta polisi di negara tersebut untuk berpatroli di lingkungan muslim di Amerika.

Pak JK bersama Erdogan meresmikan masjid Turki di Amerika

“suatu yang sangat menarik perhatian dan sangat mengejutkan, bahwa beberapa kandidat presiden di Amerika Serikat menggunakan Alegasinya dan menggunakan Label yang melekat pada diri mereka untuk melawan Ummat Islam secara terbuka dan secara berkelanjutan.” Ungkapnya. “tidak ada kaitan terorisme dengan komunitas muslim, bahkan faktanya komunitas muslim justru berkontribusi membangun kekuatan Amerika Serikat” imbuhnya dan “komunitas muslim sudah menjadi elemen primer masyarakat Amerika” tambahnya.

Pemerintah Turki dibawah pemerintahan Erdogan tekenal sangat agresif mengkampanyekan Islam ke seluruh dunia, salah satunya dengan mendanai proyek pembangunan masjid di berbagai negara termasuk di negara negara dengan komunitas muslim yang minoritas. Di dalam negeri Turki sendiri pemerintahannya gencar mengupayakan mengembalikan fungsi Hagia Sophia sebagai masjid setelah lebih dari 80 tahun di alih fungsi menjadi museum oleh Kemal Attaturk paska penggulingan Khalifah Islam terahir yang berpusat di Istambul pada tanggal 3 Maret 1922, dan kemudian mendirikan Republik Turki yang sekuler.***

Sisi Kiblat 
------------------------

Baca Juga